Home > Mancanegara

World Press Freedom Day Diperingati Setiap 3 Mei, Tema Tahun ini Dampak AI Terhadap Pers dan Media

Selain itu, Hari Kebebasan Pers Sedunia juga menjadi hari refleksi bagi para profesional media tentang isu-isu kebebasan pers dan etika profesional.
Flayer World Press Freedom Day yang diperingati setiap tahun pada 3 Mei. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Flayer World Press Freedom Day yang diperingati setiap tahun pada 3 Mei. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Hari Kebebasan Pers Sedunia atau World Press Freedom Day yang diperingati setiap tahun pada 3 Mei.

Hal itu ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1993 setelah Rekomendasi yang diadopsi pada sesi ke-26 Konferensi Umum UNESCO pada 1991.

Hal ini merupakan tanggapan terhadap seruan jurnalis Afrika yang pada tahun 1991 menghasilkan Deklarasi Windhoek yang bersejarah, suatu pernyataan tentang prinsip kebebasan pers yang dirangkumkan oleh wartawan surat kabar Afrika di Windhoek.

Baca juga: Pacu Transformasi Cerdas di Indonesia, Huawei Dorong Adopsi AI melalui Solusi Cloud Full-Stack

Hari Kebebasan Pers Sedunia dirayakan untuk meningkatkan kesadaran bahwa betapa pentingnya kebebasan pers dan mengingatkan pemerintah akan tugas mereka untuk menghormati dan menjunjung tinggi hak kebebasan bersuara seperti yang tertulis dalam Pasal 19 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia 1948.

Selain itu, Hari Kebebasan Pers Sedunia juga menjadi hari refleksi bagi para profesional media tentang isu-isu kebebasan pers dan etika profesional.

Peringatan ini memiliki beberapa tujuan utama yang menjadi sorotan komunitas internasional, antara lain:

- Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kebebasan pers sebagai bagian dari hak asasi manusia.

- Mengevaluasi kondisi kebebasan media di seluruh dunia.

- Memberikan penghormatan kepada jurnalis yang gugur saat menjalankan tugasnya.

- Melindungi media dari tekanan politik atau kekerasan yang dapat membatasi independensinya

Baca juga: PLN Berhasil Pulihkan Kelistrikan Bali, Seluruh Pelanggan Kembali Menyala

Tema Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 akan berfokus pada pengaruh besar Kecerdasan Buatan (AI) terhadap jurnalisme dan media yakni "Reporting in the Brave New World - The Impact of Artificial Intelligence on Press Freedom and the Media" atau "Pelaporan di Dunia Baru yang Berani - Dampak Kecerdasan Buatan terhadap Kebebasan Pers dan Media".

Merujuk situs PBB, pertumbuhan dan penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) yang pesat mengubah jurnalisme, media, dan kebebasan pers secara besar-besaran.

Meskipun prinsip-prinsip media yang bebas, independen, dan pluralistik tetap penting, dampak AI pada pengumpulan, pemrosesan, dan penyebaran informasi sangat besar, menghadirkan peluang inovatif sekaligus tantangan serius.

Baca juga: Calhaj Diimbau Persiapkan Fisik dan Luruskan Niat ke Tanah Suci

AI dapat membantu mendukung kebebasan berekspresi dengan membuat informasi lebih mudah diakses, memungkinkan lebih banyak orang berkomunikasi di seluruh dunia, dan mengubah cara informasi mengalir secara global.

Namun, pada saat yang sama, AI membawa risiko baru, misalnya untuk menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan, meningkatkan ujaran kebencian daring, dan mendukung jenis penyensoran baru.

Beberapa orang menggunakan AI untuk pengawasan massal terhadap jurnalis dan warga negara, sehingga menciptakan efek mengerikan pada kebebasan berekspresi.

Baca juga: Diskusi Mengenai Tantangan dan Peluang dalam Penerjemahan Audiovisual

Platform teknologi besar menggunakan AI untuk menyaring dan mengontrol konten apa yang dilihat, sehingga menjadikannya penjaga informasi yang kuat.

Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa AI dapat membuat media global terlalu mirip, mengurangi sudut pandang yang berbeda, dan menyingkirkan outlet media yang lebih kecil.

AI juga dapat membantu organisasi media dengan mengotomatiskan tugas, membuatnya lebih efisien, dan membantu mereka memenuhi permintaan.

Baca juga: DPRD Depok Usulkan Pembentukan 3 BUMD Baru, Ini Respon Supian Suri

Namun, pada saat yang sama, kesehatan finansial banyak media sedang melemah. Alat AI generatif menggunakan kembali konten jurnalistik tanpa pembayaran yang adil, mengambil pendapatan dari media independen, dan memberikannya kepada platform teknologi dan perusahaan AI.

Selain itu, AI memainkan peran yang lebih besar dalam Pemilu, contohnya membantu pengecekan fakta dan melawan disinformasi.

AI juga menyediakan alat bagi jurnalis dan pemilih untuk mendukung partisipasi yang terinformasi dalam demokrasi.

Namun, AI juga menimbulkan risiko. AI dapat digunakan untuk membuat konten palsu tetapi realistis, seperti deepfake, yang dapat merusak kepercayaan pada sistem demokrasi.

Baca juga: Pemkot Depok Telah Pasang 1.058 Titik Internet Publik dan Internet RW

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, media, dan masyarakat sipil.

Pakta Digital Global PBB mengatakan penting untuk menangani masalah yang disebabkan oleh teknologi sambil tetap melindungi privasi dan kebebasan berekspresi masyarakat.

Fokus tema ini adalah bagaimana teknologi kecerdasan buatan memengaruhi jurnalisme, baik dari sisi tantangan seperti disinformasi dan otomatisasi konten, maupun peluang seperti efisiensi liputan dan analisis data.

Melalui tema Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025, UNESCO mengajak dunia untuk bersama-sama memastikan kemajuan teknologi tidak mengorbankan prinsip dasar kebebasan pers. (***)

× Image