Menggapai Semua Keinginan dengan Satu Pertanyaan Sederhana: Apa Dampaknya untuk Akhirat?

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Pernahkah Kita merasa seperti berlari di treadmill—berusaha keras, berkeringat, tapi tak juga sampai ke mana-mana? Hidup ini penuh dengan keinginan: kekayaan, karir cemerlang, keluarga harmonis, kebahagiaan.
Tapi mengapa sebagian orang seolah mudah meraih semuanya, sementara yang lain terus terjebak dalam kelelahan yang sia-sia?
Jawabannya mungkin ada pada satu pertanyaan sederhana yang sering kita abaikan:
"Apa dampak dari apa yang akan aku lakukan ini untuk akhiratku?"
### Dunia Akan Mengejar Kita Jika Kita Mengejar Akhirat
Baca juga: Catatan Cak AT: Janji Kampung Haji
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad � bersabda:
"Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina." (HR. Ahmad, Ibnu Majah)
Lihatlah betapa paradoksal ini: Semakin kita mengejar dunia, dunia justru menjauh. Tapi ketika kita fokus pada akhirat, dunia malah datang merunduk.
Baca juga: Catatan Cak AT: Bukan Cuma Halal, Tapi Juga Thayyib
### Mengapa Pertanyaan "Apa Dampaknya untuk Akhirat?" Begitu Powerful?
1. Menyaring Niat
Setiap keputusan besar—mulai dari memilih pekerjaan, bisnis, hingga cara kita berinteraksi dengan orang lain—jika diuji dengan pertanyaan ini, akan mengungkap motivasi terdalam kita. Apakah kita bekerja hanya untuk gaji, atau juga untuk memberi manfaat? Apakah kita berbisnis sekadar menumpuk harta, atau untuk menciptakan nilai yang berkah?
2. Memusatkan Energi pada Hal yang Bermakna
Banyak orang menghabiskan waktu untuk hal-hal yang urgent tapi tidak important. Dengan bertanya, "Apa nilai akhirat dari aktivitas ini?" kita akan otomatis memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting: menuntut ilmu, beramal shaleh, membangun relasi yang tulus.
3. Mengunduh Rezeki yang Tak Terduga
Ketika kita mengutamakan akhirat, Allah akan memudahkan urusan kita. Bukan berarti kita tidak perlu usaha, tapi jalan-jalan tak terduga akan terbuka. Rezeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka, karena Allah yang mengatur segalanya bagi hamba-Nya yang ikhlas.
Baca juga: In Memoriam Wina Armada, Hoax dan Kematian Kebenaran
### Praktikkan dalam 3 Langkah Sederhana
1. Awali Hari dengan Pertanyaan Ini
Sebelum memulai aktivitas, tanyakan: "Apa yang bisa kulakukan hari ini yang bernilai untuk akhirat?"
2. Evaluasi Setiap Keputusan Besar
Sebelum mengambil langkah penting—nikah, investasi, perubahan karir—timbang dengan pertanyaan: "Apakah ini akan mendekatkanku kepada Allah atau justru menjauhkanku?"
3. Jadikan Kebiasaan
Semakin sering kita menanyakan ini pada diri sendiri, semakin otomatis hidup kita akan terarah pada hal-hal yang penuh berkah.
### Kisah Nyata: Ketika Dunia Datang Merunduk
Pernah dengar tentang orang-orang sukses yang justru semakin kaya saat mereka beralih fokus ke akhirat? Ada pengusaha yang tadinya terobsesi profit, lalu beralih memprioritaskan kejujuran dan pelayanan. Hasilnya? Bisnisnya justru meledak.
Mengapa? Karena Allah yang mengatur rezeki. Ketika kita mengejar ridha-Nya, Dia akan mengatur dunia mengikuti kita—bukan sebaliknya.
Baca juga: Pembangunan MTsN Depok Tetap Berjalan Sesuai Rencana, yang Menghalangi akan Ditindak Tegas
### Hidup Bukan tentang Mengejar, Tapi tentang Dikejar
Kita sering berpikir bahwa kebahagiaan ada di ujung pencapaian: "Aku akan bahagia kalau sudah kaya, punya rumah mewah, atau jabatan tinggi." Tapi Rasulullah � mengajarkan sebaliknya:
Jadikan akhirat sebagai tujuan utama, maka dunia akan mengejar Kita.
Otak kita dibombardir 35.000 keputusan sehari. Kebanyakan noise. Dengan bertanya, "Apa dampak aktivitas ini untuk akhirat?", Anda mengaktifkan priority algorithm yang langsung memilah:
- Relevan: Investasi ilmu, sedekah, membangun relasi baik.
- *Distraksi: Gosip, scrolling tanpa tujuan, proyek yang hanya mengejar *likes.
Baca juga: Catatan Cak AT: Ekonomi Tumbuh Loyo
Contoh: Steve Jobs terkenal dengan pertanyaan, "Jika hari ini adalah hari terakhir hidupku, apakah aku akan melakukan ini?" Versi muslimnya lebih dahsyat: "Apakah ini akan berguna untuk kehidupan abadiku nanti?"
#### 2. Menciptakan *Leverage dalam Setiap Tindakan*
Ekonomi modern menyebutnya compound effect. Sedikit tindakan bermakna, jika konsisten, menjadi kekuatan besar. Shalat tahajud + belajar 2 jam sehari mungkin terlihat kecil, tapi dalam 5 tahun, Anda bisa menguasai bidang sekaligus memiliki kedekatan dengan Allah.
Analoginya: Sebutir benih kurma yang ditanam untuk akhirat, akan tumbuh menjadi pohon yang akarnya menghujam bumi dan buahnya dinikmati dunia.
#### 3. Dunia "Dihinakan" kepada Anda = Datang dengan Mudah
"Dunia datang dalam keadaan hina" bukan berarti miskin. Tapi dunia tak lagi menjadi tuan, melainkan alat. Lihatlah kisah Utsman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf—kaya raya tapi hatinya tetap free.
Fenomena ini mirip law of detachment dalam psikologi: Semakin Anda tak terobsesi pada sesuatu, semakin mudah ia datang.
Baca juga: Kabar Gembira, Gubernur KDM Usulkan Optimalisasi 50 Siswa per Kelas SMAN/SMKN
---
### 3 Langkah Praktis Membangun Pola Pikir Akhirat-Centric
#### 1. The Daily Question
Sebelum memulai aktivitas, tanyakan:
- "Apakah ini membantu bekal akhiratku?"
- "Jika aku mati besok, apakah ini akan kusesali?"
Contoh:
- Bekerja → "Apakah niatku mencari nafkah halal untuk keluarga yang barokah?"
- Bersosial media → "Apakah ini untuk silaturahim atau sekadar validation?"
#### 2. The Legacy Test
Bayangkan Anda sudah meninggal. Apa yang ingin orang lain ingat tentang Kita?
Ini mengubah cara Anda berinvestasi: Waktu, uang, dan energi dialirkan ke hal yang meninggalkan everlasting impact.
#### 3. The "Reverse Engineering" Trick
Mulai dari akhir:
1. Tulis outcome akhirat yang Anda inginkan (misal: masuk surga tanpa hisab).
2. Turunkan ke tujuan dunia (misal: jadi ahli sedekah).
3. Break down ke aksi harian (misal: sisihkan 10% penghasilan untuk amal tersembunyi).
Baca juga: Kemenag dan BAZNAS Kerja Sama Program Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid
---
### Kesimpulan: The Paradox of Success
Dunia itu seperti bayangan—semakin dikejar, semakin menjauh. Tapi ketika Anda fokus pada akhirat, dunia justru "menyerah" dan mengikuti Kita.
Mulai hari ini, jadikan pertanyaan "Apa dampaknya untuk akhirat?" sebagai default setting pikiran. Anda akan kaget melihat bagaimana:
- Rezeki datang dari pintu tak terduga.
- Konflik mulai terurai.
- Hati merasa enough dalam kondisi apa pun.
Seperti kata Rhenald Kasali: "Strategy is about sacrifice." Berkorbanlah untuk sesuatu yang abadi, maka yang sementara akan tunduk melayani Anda.
Jadi, mulai sekarang, sebelum bertindak, tanyakan pada diri sendiri:
"Apa dampaknya untuk akhiratku?"
Dan lihatlah bagaimana hidup Kita berubah.
Penulis: Bobby Sumantri/Pengusaha muda muslim Indonesia dan Pemimpin perusahan media online Ruzka Indonesia,