RUZKA INDONESIA — Musisi Ivan Nestorman dan penari Indonesiana Ayuningtyas membuat kolaborasi live music dan tari di hadapan tokoh-tokoh asal Minagkabau dan dari daerah di Sumatera lainnya dalam acara reuni tim pembangunan dan restorasi rumah gadang yang diadakan di rumah milik arsitek Yori Antar di kawasan Cinere, Depok, Ahad 28 Desember 2025.
Kedua seniman itu membawakan tarian kontemporer hasil interpretasi langsung dari lagu “Kala Sang Surya Tenggelam” karya Guruh Soekarnoputra yang populer dibawakan oleh penyanyi Chrisye. Dalam membawakan tarian ini, Indonesiana diiringi langsung oleh Ivan Nestorman dkk.
Lagu “Kala Sang Surya Tenggelam” dipilih karena dinilai mengandung metafora yang relevan dengan kondisi saat ini di Sumatera yang sedang dirundung duka karena bencana alam.
“Saat surya tenggelam dan kabut menelan cahaya, dua remaja berjalan di jalan berliku kehidupan. Seperti Bapak Langit yang diuji gelap dan Ibu Bumi yang menanggung luka, mereka belajar kehilangan rindu, dan menghadapi cobaan. Dalam senja yang muram, cobaan besar menjadi penawar, menguatkan cinta, menumbuhkan harapan. Dan mari kita sama-sama melihat tanda-tanda alam yang sedang meminta dipulihkan,” jelas Ketua Komoenitas Makara Fitra Manan saat membacakan sinopsis karya kolaborasi itu.
Lagu tersebut diilustrasikan dengan koreografi oleh Indonesiana Ayuningtyas dengan menggabungkan berbagai ragam gerak tari Nusantara.
Indonesiana tak hanya memasukkan ragam gerak tari Minangkabau, namun ia masukkan pula ragam gerak tari dari daerah lain seperti Melayu, Sunda, Jawa, dan Betawi.
Penggabungan ini bukan tanpa maksud, Indonesiana memaknai ini untuk menyuarakan bahwa Sumatera tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini, tapi semua saudara se tanah air pun ikut merasakan dan ingin bersama membantu.
Ivan Nestorman adalah seorang maestro musik asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dikenal sebagai pelopor aliran musik neo-tradisi atau world music di Indonesia.
Ia memiliki gaya khas dalam menggabungkan kekayaan bunyi bahasa dan tradisi dengan ekspresi musik modern dan kontemporer. Meskipun berakar pada budaya NTT, Ivan terus bereksplorasi.
Pada Juli 2025, ia merilis lagu berbahasa Jawa berjudul “Life Goes On (Ora Usah Mlayu)”. Ia juga pernah merilis single “Singkawang Mosichin” pada Januari 2025 yang menggambarkan multikulturalisme Nusantara.
Selama lebih dari 25 tahun berkarier, ia telah memenangkan berbagai penghargaan bergengsi, termasuk AMI Award (seperti kategori Lagu Berbahasa Daerah terbaik tahun 2020), SCTV Award, hingga Diplomacy Award dari Maroko.
Ivan Nestorman juga pernah menjadi Duta Budaya di Kancah Global, seperti tampil di berbagai panggung bergengsi dunia, termasuk Sydney Opera House (Australia), Tower Bridge (London), serta kota-kota besar di Amerika Serikat, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. Ivan juga dikenal dengan julukan “The Man of Eastern Voice” karena konsistensinya mempopulerkan identitas budaya NTT ke dunia internasional.
Adapun Indonesiana Ayuningtyas atau biasa dipanggil Nesia, adalah seorang seniman muda, penari, dan pegiat budaya asal Kota Depok, Jawa Barat, yang dikenal karena dedikasinya dalam melestarikan seni tradisional.
Meski baru berusia 14 tahun dan masih mengenyam pendidikan di kelas 8 SMP Negeri 2 Depok, Ia sudah menguasai 54 tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
Pencapaian sudah diraihnya di dunia tari seperti menjadi Juara Umum dalam pentas tari tradisional se Jabodetabek pada Februari 2025.
Nesia juga menjadi penari, penyanyi, dan pendongeng di ajang Jakarta Fair untuk menghibur anak-anak disabilitas dan berkebutuhan khusus sejak 2022 hingga tahun 2024.
Pada Desember 2024, remaja kelahiran 7 Juni 2011 ini dipercaya menjadi koreografer saat Teater Sastra UI mementaskan drama berjudul “Ayu (Tidak) Sekolah” karya sutradara I Yudhi Soenarto di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Depok.
Nesia juga sempat diminta menjadi asisten pelatih tari oleh Makara Art Center Universitas Indonesia pada 16 Januari 2025, meski saat itu masih berusia 13 tahun ia dipercaya untuk melatih puluhan mahasiswa dari School of Chemical Engineering, University of Queensland, Australia, dalam acara bertajuk “Indonesian’s Art & Culture Workshop” di Universitas Indonesia (UI).
Selain di dunia tari tradisional, Ia juga sempat mencuri perhatian publik melalui penampilannya sebagai tokoh Kiku yang merupakan pemeran utama dalam teater musikal “Kerajaan Burung” bersama Teater Huma Rumil di bawah binaan aktris Sha Ine Febriyanti di Galeri Indonesia Kaya pada Juli 2025.
Nesia juga saat ini tergabung dengan kelompok musik etnik Swara SeadaNya yang sedang menyelesaikan project pentas musik etnik dan tari dari hasil alih wahana naskah-naskah kuno Nusantara.
Dengan karya kolaborasi itu baik Ivan Nestorman dan Indonesiana Ayuningtyas seolah ingin memberi semangat lewat seni bagi saudara kita di Sumatera yang sedang berduka karena dilanda musibah bencana alam.
Lirik “Kala Sang Surya Tenggelam”
Lagu Chrisye ‧ 1978
Karya Guruh Soekarnoputra
Surya tenggelam
Ditelan kabut kelam
Senja nan muram
di hati remuk redam
Jalan berliku dalam kehidupan
Dua remaja kehilangan
Penawar rindu, kasih pujaan
Menempuh cobaan
Malam mencekam
Rembulan sendu rawan
Anak perawan
Menanggung rindu dendam
Jalan berliku dalam kehidupan
Dua remaja kehilangan
Penawar rindu, kasih pujaan
Menempuh cobaan
Surya tenggelam
Ditelan kabut kelam
Senja nan muram
di hati remuk redam
Jalan berliku dalam kehidupan
Dua remaja kehilangan
Penawar rindu, kasih pujaan
Menempuh cobaan
Penawar rindu, kasih pujaan
Menempuh cobaan
Surya tenggelam. (***)
Editor: Rusdy Nurdiansyah

Komentar