Pertemuan Cendekiawan Muslim, UIII Depok Bahas Peran Islam dalam Isu Global

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi membuka Annual International Conference on Islam, Science and Society (AICIS+) 2025 di Gedung Rektorat UIII, Kota Depok, Rabu (29/10/2025).
AICIS+ ke-24 berlangsung selama 3 hari, 29–31 Oktober 2025, di UIII Kota Depok.
Konferensi internasional ini mempertemukan para cendekiawan Muslim dari berbagai negara untuk membahas peran Islam dalam menghadapi krisis kemanusiaan dan tantangan global.
Sekretaris Jenderal Kemenag, Phil Kamaruddin Amir, mengatakan tema AICIS+ ke-24 kali ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini.
Baca juga: Pemkot Depok Fasilitasi Pembentukan Posbankum di 63 Kelurahan
“Kami mencoba menerjemahkan bagaimana nilai-nilai Islam bisa kontributif dalam merumuskan solusi persoalan kemanusiaan, kebangsaan, dan global. Misalnya, bagaimana Islam berperan dalam mitigasi perubahan iklim atau global warming melalui pendekatan ekoteologi,” ungkap Kamaruddin.
AICIS+ tahun ini menghadirkan 12 pembicara internasional dari delapan negara, yaitu Malaysia, Australia, Indonesia, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Inggris, Singapura, dan Prancis.
Ia menambahkan, melalui forum ini, pemerintah ingin menegaskan bahwa nilai-nilai keagamaan dapat diaktualisasikan untuk kemaslahatan bersama.
“Dengan keyakinan agama, kita bisa berbuat sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan, menjaga alam dan dunia yang kita tempati. Alam adalah milik bersama yang harus dijaga bersama, dan ini merupakan kepentingan global,” jelas Kamaruddin.
Baca juga: Dari Sampah ke Listrik: Kolaborasi Apik PLN Icon Plus Dengan Bank Sampah Mekar Sari
Kemenag memastikan setiap karya dan penelitian yang lahir dari AICIS+ akan memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan dunia. Seluruh makalah yang dipresentasikan akan diterbitkan di jurnal bereputasi internasional agar dapat diakses secara luas.
“Dampaknya ada yang tangible, seperti gerakan tanam pohon yang menginspirasi masyarakat untuk menjaga lingkungan, dan ada yang intangible berupa penyebaran gagasan ke seluruh dunia melalui publikasi ilmiah,” terang Kamaruddin.
Selain itu, Kemenag juga mendorong kolaborasi riset lintas negara dan lintas disiplin.
“Riset kolaboratif adalah ciri dari future of knowledge pursuit. Itu sudah berjalan dan akan terus kita tingkatkan,” tegas Kamaruddin. (***)
