HIRADC dan Manajemen Risiko, Pilar Keselamatan Bangun Kekuatan Energi Nuklir Indonesia

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Upaya membangun ketahanan energi nasional, Indonesia mulai melirik energi nuklir sebagai salah satu alternatif strategis untuk masa depan.
Namun, potensi energi ini harus dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan pengendalian risiko yang tinggi. Di sinilah peran HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control) menjadi krusial.
Sebagai negara berkembang dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, Indonesia perlu mengelola risiko operasional dan strategis dari fasilitas nuklir secara menyeluruh.
Baca juga: Segera Hadir Sumitro Institute, Bersiap Memasuki Paradigma Baru Pembangunan
HIRADC bukan sekadar kewajiban regulatif, melainkan merupakan pilar utama dalam sistem manajemen risiko nuklir yang terintegrasi.
Melalui identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan penentuan langkah pengendalian yang tepat, HIRADC menjadi jaminan bahwa pengembangan energi nuklir tidak mengorbankan keselamatan manusia dan lingkungan.
“Energi nuklir bisa menjadi tulang punggung kekuatan energi nasional, tapi harus dibangun di atas fondasi keselamatan dan kepercayaan publik. HIRADC berperan besar dalam menciptakan transparansi dan kontrol terhadap risiko-risiko yang ada,” ujar Dr. Capt.Muhammad Irwansyah, selaku Direktur Pusat Pengajian Inovasi Nuklir Energi Baru Terbarukan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (PUSPINEBT ICMI) Orwil Jawa Barat dalam keterangan yang diterima, Rabu (04/06/2025).
Baca juga: Catatan CaK AT: Tragedi Longsor Kreatif Gunung Kuda Cirebon
Proses HIRADC yang efektif harus melibatkan analisis multidimensi, mulai dari potensi paparan radiasi, kemungkinan kegagalan sistem pendingin reaktor, hingga risiko eksternal seperti bencana alam dan ancaman keamanan.
Penilaian risiko tidak cukup bersifat teknis, tetapi harus diperluas ke konteks manajerial dan strategis.
Penerapan pendekatan manajemen risiko dalam HIRADC juga menempatkan energi nuklir dalam kerangka pembangunan nasional yang bertanggung jawab.
Baca juga: Jurnalis Senior yang Menjaga Logika
Dengan mendasarkan pengambilan keputusan pada data dan proyeksi risiko yang objektif, pemerintah dan pelaku industri dapat memastikan bahwa pembangunan fasilitas nuklir berjalan aman, efisien, dan berkelanjutan.
Regulasi nasional melalui BAPETEN telah menetapkan standar tinggi untuk sistem keselamatan nuklir, termasuk kewajiban pelaksanaan HIRADC secara berkala.
Namun, integrasi antara HIRADC dan manajemen risiko korporat masih memerlukan penguatan dari sisi budaya organisasi, pelatihan, dan komitmen pimpinan.
Baca juga: Kesaktian Pancasila, Ini Dialog Presiden Soekarno dengan Presiden Josef Broz Tito
Ketika Indonesia semakin serius mengembangkan teknologi nuklir sebagai bagian dari transisi energi, penerapan HIRADC yang sistematis dan manajerial akan menjadi salah satu indikator kesiapan bangsa.
Lebih dari sekadar alat teknis, HIRADC adalah representasi dari komitmen Indonesia dalam mengelola energi masa depan dengan cara yang aman, cerdas, dan bertanggung jawab.
Dengan menjadikan HIRADC sebagai bagian dari kekuatan manajemen risiko nasional, Indonesia dapat membuktikan bahwa energi nuklir bukan ancaman, melainkan peluang strategis yang dapat dikelola untuk kemakmuran dan kemandirian bangsa.
Baca juga: Catatan Cak AT: Homo Erectus Purba di Laut Madura
Catatan redaksi:
HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control) adalah proses identifikasi potensi bahaya di tempat kerja, penilaian tingkat risikonya, dan penentuan langkah pengendalian yang tepat.
Dalam industri nuklir, HIRADC merupakan bagian dari sistem manajemen keselamatan dan risiko yang menentukan kesiapan suatu fasilitas untuk beroperasi secara aman. (***)