Home > Nasional

Ancaman Banjir Hantui Jakarta, Enam Program Ini jadi Fokus

Program pengendalian banjir yang pertama yaitu membangun lebih banyak ruang limpas sungai (RLS) atau floodway yang merupakan jalur khusus yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air saat debit sungai meningkat.
Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Fahira Idris. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)
Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Fahira Idris. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK — Jakarta terus terancam banjir terutama jika hujan ekstrem melanda seperti yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Banjir bukan hanya menggenangi permukiman warga, tetapi juga ruas-ruas jalan Jakarta.

Ketinggian air bervariatif, mulai dari 30 hingga 100 sentimeter. Genangan air di berbagai titik ini menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu dan perjalanan terhambat, bahkan di beberapa wilayah, warga terpaksa harus mengungsi.

Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Fahira Idris mengungkapkan, banjir di Jakarta merupakan masalah kompleks yang memerlukan pendekatan multifaset atau dari banyak aspek atau sisi. Berbagai langkah strategis perlu segera dilakukan untuk mengendalikan banjir Jakarta yang hampir pasti terjadi terutama saat hujan ekstrem.

“Banjir akan terus jadi ancaman Jakarta, sehingga harus segera ada upaya pengendalian. Setidaknya ada enam program pengendalian banjir yang harus menjadi fokus, yaitu pengembangan ruang limpas sungai, drainase vertikal, sumur resapan, sistem polder, percepatan revitalisasi waduk, dan peningkatan kapasitas kali dan sungai. Keenam program ini merupakan bagian dari strategi komprehensif yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko banjir di Jakarta,” ujar Fahira Idris di Jakarta, Jumat (31/01/2025).

Program pengendalian banjir yang pertama yaitu membangun lebih banyak ruang limpas sungai (RLS) atau floodway yang merupakan jalur khusus yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air saat debit sungai meningkat. Program ini bertujuan untuk mengurangi risiko luapan sungai ke permukiman warga.

Dengan adanya ruang limpas, air yang meluap dapat dialirkan ke daerah yang lebih aman, sehingga banjir dapat diminimalisir. Saat ini, sudah ada beberapa RLS antara lain RLS Lebak Bulus, RLS Brigif, dan RLS Pondok Ranggon.

Program drainase vertikal efektif mengendalikan banjir karena memungkinkan air hujan meresap langsung ke dalam tanah melalui sumur atau lubang resapan. Model drainase ini menggunakan gravitasi untuk membantu infiltrasi air ke dalam tanah.

Drainase vertikal bisa berupa sumur resapan, kolam resapan, lubang biopori, dan taman vertikal. Pembangunan drainase vertikal dalam jangka panjang berguna sebagai konservasi air tanah.

Sedangkan dalam jangka pendek berfungsi untuk menambah kapasitas penampungan air hujan dan mengurangi runoff (limpasan permukaan) yang mengakibatkan genangan air hujan.

Program pengendalian banjir lainnya yaitu sumur resapan berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air hujan ke dalam tanah. Sumur resapan juga mengurangi beban sistem drainase di Jakarta yang daya tampungnya sudah sangat terbatas.

Sementara sistem polder perlu diperbanyak di wilayah Jakarta dengan elevasi rendah, seperti kawasan pesisir dan cekungan. Sistem yang bekerja dengan mengombinasikan tanggul, pompa air, dan waduk ini efektif mengendalikan ketinggian air di suatu wilayah.

Revitalisasi waduk juga harus dipercepat. Menurut Fahira Idris, revitalisasi waduk menjadi langkah krusial dalam pengendalian banjir.

Pengerukan sedimen dan pelebaran waduk dapat meningkatkan kapasitas tampung air, sehingga mengurangi risiko banjir di banyak wilayah di Jakarta.

Terakhir, banjir bisa dikendalikan dengan terus menerus meningkatkan kapasitas kali dan sungai. Salah satu penyebab utama banjir di Jakarta adalah kapasitas sungai yang tidak memadai dalam menampung debit air yang meningkat.

“Oleh karena itu, peningkatan kapasitas kali dan sungai penting menjadi program prioritas dalam pengendalian banjir. Naturalisasi sungai dan pengerukan sedimentasi, dapat meningkatkan aliran air dan mencegah luapan ke permukiman,” tandas Fahira Idris. (***)

× Image