Home > Nasional

Saat Depok Bersholawat di Penghujung Oktober

Depan Balai Kota Depok, jalan Margonda sudah ramai sejak pukul enam lewat. Suara knalpot motor-mobil menambah kebisingan kota.
Flayer Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW bersama Mamah Dedeh. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Flayer Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW bersama Mamah Dedeh. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Sehari lagi bulan Oktober 2025 akan berakhir. Tapi di penghujungnya, Depok justru terasa paling hidup.

Langit pagi menggantung lembut di atas kota, seolah ikut mendengarkan langkah ratusan orang yang bergerak menuju Lapangan Balai Kota Depok.

Depan Balai Kota Depok, jalan Margonda sudah ramai sejak pukul enam lewat. Suara knalpot motor-mobil menambah kebisingan kota.

Bunyi derap sepatu dan sandal jamaah bersahutan memasuki gerbang Balai Kota Depok. Ditambah sesekali rayuan penjual kopi berpadu jadi irama khas kota yang sedang bersiap menyambut sesuatu yang besar.

Baca juga: Indosat Ooredoo Hutchison Terus Dorong Inovasi dan Daya Saing di Tengah Tantangan Makro

Dari gang-gang kecil, ibu-ibu berselendang putih dan warna lain berjalan beriring, beberapa menenteng tas berisi mukena, sebagian lagi menggandeng anak-anak yang masih mengantuk.

Di sisi lain, para santri berpeci hitam melangkah ringan, membawa semangat tuk mengikuti Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW.

Udara masih sejuk, tapi ritme kehidupan sudah memanas. Jantung kota Depok, pagi itu, benar-benar berdetak.

Lapangan Balai Kota Depok yang biasanya dipenuhi pegawai saat apel pagi, kini berubah menjadi lautan ibu-ibu berhijab aneka warna. Ratusan orang duduk rapi di atas karpet berwarna biru, sebagian di bawah tenda, sebagian berpayung sinar mentari.

Baca juga: Tanam Harapan di Tengah Beton: UPER Hadirkan Urban Farming yang Ramah Lingkungan

Para tamu undangan pun sudah mengambil tempat duduknya, memenuhi area dimana Tabligh Akbar itu berlangsung.

Dari pengeras suara, suara sholawat menggema lembut, menyambut peringatan Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW Tingkat Kota Depok yang digelar pada Kamis (30/10/2025) di lapangan Balai Kota Depok.

Tema yang diusung pun terasa dekat dengan denyut zaman: “Menguatkan Ketahanan Keluarga di Era Digital dengan Nilai-Nilai Keimanan dan Akhlak.”

Sebuah tema yang bukan hanya religius, tapi juga reflektif karena keluarga hari ini memang diuji bukan hanya oleh ekonomi, tapi oleh teknologi yang perlahan mencuri ruang-ruang kebersamaan.

Di panggung yang tak begitu tinggi namun berdiri megah, Wali Kota Depok Supian Suri mengambil mikrofon. Suaranya tenang, tapi penuh getaran keyakinan. Ia pun memberi sambutan.

Baca juga: Laporan Jatam, Gubernur Sherly Tjoanda Terindikasi Dukung Korporasi Tambang

“Mulai tahun ini, kita sudah menyiapkan sekolah swasta gratis. Ada 49 sekolah yang sudah bergabung, terdiri dari 32 SMP dan sisanya madrasah tsanawiyah. Semua biayanya ditanggung Pemkot Depok.”

Tepuk tangan riuh mengiringinya. Beberapa ibu di barisan depan mengangguk pelan, matanya berkaca. Barangkali teringat anaknya yang akan segera lulus SD dan kini punya harapan melanjutkan sekolah tanpa beban biaya.

“Sekitar 3.000 siswa sudah terdaftar, dengan total anggaran mencapai Rp9 miliar,” lanjut Supian. “Kita ingin memastikan tidak ada anak Depok yang berhenti sekolah karena masalah biaya.”

Pemerintah juga menggandeng Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk memastikan mutu pembelajaran dan kurikulum di sekolah swasta gratis sebanding dengan sekolah negeri.

Namun pagi itu bukan hanya tentang pendidikan formal. Supian berbicara lebih jauh tentang pesantren, tempat di mana karakter dibentuk, bukan sekadar otak diasah.

Baca juga: Dari Seoul ke Depok: Zihan dan Cahaya Belajar dari Negeri Ginseng

"Di pondok, anak-anak belajar hidup bersama, jauh dari kecanduan gawai, dan menghormati kiai. Ini penting agar mereka tumbuh menjadi generasi berakhlak dan mandiri.”

Supian lalu menambahkan: "Kini ada 139 pondok pesantren di Depok. Beberapa di antaranya bahkan menyediakan pendidikan gratis. Kita harap nanti pondok-pondok ini juga mendapat manfaat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang dijalankan pemerintah pusat.”

Matahari mulai naik. Warna langit beranjak dari biru muda menjadi terang. Di sela pidato, terdengar lantunan musik gambus yang mengiringi suasana menjadi semakin hangat. Tak lama kemudian, suara lantang yang sudah tak asing bagi jamaah terdengar, penceramah kondang, Mamah Dedeh naik ke atas panggung menyapa para jamaah.

Suasana seketika hening. Lalu Mamah Dedeh menatap jamaah dengan sorot mata teduh. Ia membuka ceramahnya dengan mengutip dalam Al-Qur'an, Surat Ali Imran, Ayat 6.

Baca juga: Baru Diluncurkan, Desain Minimalis Casio G-SHOCK Lini G-STEEL Lebih Nyaman Dipakai

“Lihat, ibu-ibu, ayat ini menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang berbeda, laki-laki, perempuan, warna kulit, watak, dan rezeki. Semua itu kehendak Allah. Jadi jangan pernah merasa kurang, jangan iri, dan jangan bandingkan keluarga kita dengan keluarga orang lain,” ujarnya.

Tepuk tangan lembut terdengar dari barisan perempuan.

“Allah sudah bentuk kita sempurna di dalam rahim. Tapi tugas kita menjaga bentuk batin kita, akhlak, iman, dan keluarga. Itulah ketahanan sejati yang dimaksud dalam tema tabligh ini,” lanjutnya.

“Kita harus kembali pada nilai iman dan akhlak. Karena keluarga yang kuat, itu benteng dari zaman yang gila,” lanjutnya, menutup tausiyah dengan doa panjang untuk Depok yang lebih damai.

Dalam kesempatan tersebut, Supian turut menyampaikan berbagai inisiatif Pemkot Depok, termasuk pembangunan Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Depok di Pancoran Mas, serta rencana alokasi dana Rp300 juta per RW pada 2026, yang di antaranya akan digunakan untuk kegiatan wisata keberagaman masyarakat.

Baca juga: Langen Matanya Bedhayan Gamdrungmanis, Reaktualisasi Tari Berdasarkan Naskah Kuno

Wali Kota Depok, Supian Suri kembali berdiri, kali ini menutup tabligh dengan janji yang membuat warga tersenyum lega: “Insya Allah tahun depan, setiap RW akan mendapat Rp300 juta untuk program pemberdayaan masyarakat.

Termasuk Rp25 juta untuk kegiatan wisata ibu-ibu. Silakan dimanfaatkan untuk memperkuat kebersamaan.”

Kata “kebersamaan” itu seakan menjadi benang merah hari itu. Dari sholawat, dari tausiyah, hingga wajah-wajah jamaah yang pulang dengan hati hangat.

Menjelang pukul sembilan lewat, acara perlahan usai. Di bawah pohon flamboyan, anak-anak berlarian sambil menirukan gaya Mamah Dedeh berceramah.

Di sudut lapangan, seorang bapak paruh baya menatap panggung sambil berucap pelan, “Semoga benar-benar jadi kota yang beriman dan cerdas.”

Baca juga: Presiden Pabowo Apresiasi Upaya Polri Cegah Peredaran Narkoba

Sebelum meninggalkan tempat, Supian Suri sempat berpesan: "Mari kita jaga kesehatan dan terus menanam pohon. Karena setiap pohon adalah amal.”

Kalimat sederhana itu menutup pagi dengan rasa teduh. Dalam dunia yang sering lupa pada akar, menanam pohon menjadi simbol menanam harapan.

Dan begitulah, di penghujung Oktober, Depok bukan sekadar memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kota ini seperti sedang belajar kembali: bahwa kemajuan tidak boleh menjauh dari nilai, dan bahwa iman, sesederhana apa pun bentuknya tetap menjadi fondasi bagi keluarga dan bangsa.

Di bawah langit yang semakin biru, gema sholawat perlahan sayup terdengar. Tapi semangatnya belum padam. Karena pagi itu, Depok tak hanya bersholawat, ia sedang menulis sejarah kecilnya sendiri: tentang doa, kebersamaan, dan cita-cita yang tumbuh di antara karpet biru, tenda, dan sinar matahari. (***)

Penulis: Djoni Satria/Wartawan Senior

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image