Home > Kolom

Gen Z Bikin Gebrakan: Dari Medsos ke Jalanan

Jadi wajar kalau politik sekarang terasa lebih dekat sama keseharian kita dan gampang menyebar ke mana-mana.
Foto ilustrasi Gen Z di era digital. (Foto: Dok REPUBLIKA) 
Foto ilustrasi Gen Z di era digital. (Foto: Dok REPUBLIKA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Sekarang politik tuh ada di mana-mana. Nggak cuma di televisi atau ruang sidang DPR, tapi juga muncul di Instagram, TikTok, sampai X.

Scroll bentar aja, kita bisa menemukan obrolan serius soal masa depan negara di tengah-tengah konten hiburan yang biasanya receh.

Medsos yang dulu cuma jadi tempat buat ketawa, curhat, atau pamer, sekarang berubah menjadi ruang baru di mana anak muda, terutama Gen Z, ikut menyelam ngomongin hal-hal penting.

Jadi wajar kalau politik sekarang terasa lebih dekat sama keseharian kita dan gampang menyebar ke mana-mana.

Baca juga: Catatan Cak AT: Nafir

Gen Z lahir di era serba digital. Dari kecil sudah akrab sama HP, internet, dan banjir informasi. Tiap hari kita lihat berita, video, atau opini yang datang dan pergi secepat kilat.

Bedanya, kita bukan cuma jadi penonton pasif. Kita juga bisa membuat, mengedit, dan menyebarkan konten sendiri. Jadi hal besar pun bisa muncul dari video reels atau short video, meme receh tapi ngena, atau hashtag yang tiba-tiba trending.

Cara ini jelas beda banget sama generasi sebelumnya yang harus lewat jalur formal atau media besar biar suaranya terdengar.

Kalau dilihat sekilas, politik di medsos kadang keliatan lucu. Tapi jangan salah, efeknya nyata. Coba ingat aksi “17+8 Tuntutan Rakyat” kemarin. Ribuan anak muda akhirnya turun ke jalan, nggak cuma nonton dari layar HP, tapi bener-bener menuntut pemerintah dan DPR buat dengerin suara mereka.

Baca juga: Presiden Prabowo Terbitkan Perpres Kelola Sampah Jadi Sumber Energi Terbarukan

Itu bukti nyata kalau medsos udah jadi lebih dari sekadar tempat gosip artis atau ajang pamer gaya hidup, tapi juga jadi ruang politik yang serius dan punya pengaruh besar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa media dan teknologi digital sekarang udah jadi bagian penting dari ruang publik baru.

Di ruang ini, masyarakat bisa bebas berpendapat, berdebat, dan saling memengaruhi lewat jaringan komunikasi. Artinya, siapa pun bisa ikut menyuarakan pandangan dan terlibat dalam proses demokrasi lewat media sosial dan platform digital lainnya.

Tapi politik ala Gen Z nggak selalu mulus. Ada dua sisi yang jelas banget. Di satu sisi, Gen Z kreatif parah. Mereka bikin konten edukatif yang gampang dicerna, kampanye interaktif yang seru, sampai hashtag kayak #IndonesiaGelap yang bikin orang-orang jadi lebih paham kondisi negara.

Baca juga: Kolaborasi Pentahelix Masjid Pantai Bali, Spirit Islam Rahmatan lil alamiin

Politik yang tadinya ribet bisa jadi sederhana dan relate buat semua kalangan. Tapi di sisi lain, ada juga masalahnya. Meme bisa aja menyesatkan, debat di kolom komentar sering nggak ada ujungnya, dan hoaks gampang banget nyebar, bikin masyarakat terpecah- belah.

Makanya, literasi digital itu penting banget. Nggak cukup cuma bisa nge-like atau share. Kita juga harus bisa bedain mana informasi yang valid, mana yang cuma karangan.

Di tengah itu semua, influencer punya peran besar banget. Mereka kayak megafon yang bikin suara Gen Z makin kenceng. Banyak public figure ikut menyorotin “17+8 Tuntutan Rakyat”.

Ada Ferry Irwandi yang menjelaskan detail isi tuntutan, Salsa Erwina Hutagalung yang aktif meski tinggal di luar negeri, Jerome Polin dengan jutaan followers-nya, sampai Abigail Limuria yang rajin nulis soal isu sosial.

Baca juga: INACA The Most Outstanding Efforts and Commitment to Indonesias Aviation Excellence Diraih Pertamina Patra Niaga

Mereka bikin politik yang biasanya ribet jadi lebih mudah dipahami, lebih dekat, dan sampai ke jutaan orang.

Kalau dipikir-pikir, dulu pernyataan politik seringnya cuma terbatas di ruang-ruang formal atau tulisan panjang yang nggak semua orang mau baca.

Sekarang? Cukup satu postingan, satu video, atau satu thread bisa langsung viral ke mana-mana. Influencer jadi kayak “toa besar” yang bikin masalah kecil berubah jadi isu nasional. Saking kencengnya suara itu, media arus utama kayak DetikJateng pun sampai nulis artikel khusus berjudul “17+8 Tuntutan Rakyat Apa Saja?”.

Intinya, gaya politik Gen Z beda banget sama generasi sebelumnya. Kita punya “senjata” tambahan: media sosial. Kalau generasi orang tua dulu sering bergerak lewat jalur formal atau turun ke jalan, kita bisa bikin satu video atau hashtag yang langsung bikin pejabat kaget dan waspada. Itu kelebihan sekaligus ciri khas politik anak muda sekarang.

Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas Mencapai 37,6C di Ciayumajakuning

Memang, ada tantangan yang nggak bisa dianggap enteng. Hoaks yang gampang viral, polarisasi di medsos, dan budaya instan kadang bikin diskusi politik terasa dangkal.

Tapi di balik itu semua, ada juga peluang besar. Politik bisa jadi lebih sehat kalau Gen Z makin kritis, jago ngolah data, dan nggak gampang kebawa arus. Modal terbesar kita ada di kreativitas dan koneksi digital yang nggak ada batasnya.

Aksi 17+8 buktiin kalau suara generasi muda nggak bisa diremehin. Walaupun nggak semua tuntutan bisa langsung dikabulin, ide-ide yang muncul udah nyebar luas dan bikin banyak orang mikir ulang soal kondisi negara.

Itu menunjukkan kalau Gen Z bukan generasi mager (malas gerak) atau apatis. Sebaliknya, mereka terus nyari cara baru buat bikin demokrasi tetap hidup dengan gaya yang unik, kreatif, dan dinamis.

Baca juga: Tangani Kasus Gigitan Hewan Liar, Puskesmas di Depok Jadi Rabies Center

Sekarang politik terus berubah bentuk. Dari TikTok sampai jalanan, dari meme receh sampai aksi massa nyata, semua bisa jadi bagian dari cerita. Dan Gen Z ada tepat di tengah perubahan itu.

Generasi ini punya potensi yang besar banget buat bikin politik Indonesia lebih kuat, lebih terbuka, dan lebih inklusif dengan gaya mereka sendiri. Dengan kreativitas tanpa batas dan jejaring digital yang luas, nggak ada alasan buat meremehkan peran mereka. (***)

Penulis: Cecylia Putri

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image