Home > Info Sehat

Peran Kedokteran Keluarga dan Pelayanan Transisi dalam Pengelolaan Masalah Kesehatan di Indonesia

Tanpa pelayanan transisi yang baik, 1 dari 5 pasien berisiko masuk rumah sakit kembali dalam 30 hari.
Guru Besar FK UI, Prof. Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid, Sp.KKLP. (Foto: Dok Humas UI) 
Guru Besar FK UI, Prof. Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid, Sp.KKLP. (Foto: Dok Humas UI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid, Sp.KKLP, menyebut saat ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yakni peningkatan kasus penyakit kronik kompleks, seperti jantung, stroke, dan diabetes, disertai penyakit infeksi kronik seperti TBC dan HIV.

Untuk menghadapi tantangan ini, sistem layanan kesehatan tidak bisa lagi hanya berfokus pada pengobatan jangka pendek.

Tetapi harus bertransformasi menjadi layanan yang berkelanjutan, terintegrasi, dan berorientasi pada pasien.

Baca juga: Buku Ngebir Sebelum Sholat: 30 Kisah Rasa untuk Hari Kemerdekaan ke-80 RI

Oleh karena itu, dalam acara pengukuhan guru besarnya yang berlangsung pada Sabtu (16/8) di Aula IMERI FKUI, Prof. Retno menyebut perlunya penerapan Pelayanan Transisi (Transitional Care) sebagaiproses koordinasi perawatan saat pasien berpindah dari rumah sakit ke layanan primer seperti puskesmas atau kembali ke rumah.

Tanpa pelayanan transisi yang baik, 1 dari 5 pasien berisiko masuk rumah sakit kembali dalam 30 hari.

“Dalam sistem ini, dokter keluarga memegang peran kunci sebagai care coordinator yang menghubungkan rumah sakit, fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), dan komunitas agar pasien dapat pulih di rumah. Keterlibatan keluarga, kader kesehatan, serta layanan seperti home care dan pusat komunitas menjadi bagian penting dalam mendukung pasien secara menyeluruh,” kata Prof. Retno dalam siaran pers yang diterima, Senin (18/08/2025).

Baca juga: Indonesia Raih Perunggu di Kejuaraan Speed Slalom International di Lishui China

Menurut Prof. Retno, beberapa program seperti pengelolaan penyakit kronis, rujuk balik, dan kunjungan rumah sudah mencerminkan praktik pelayanan transisi, namun pelaksanaannya belum merata dan belum terstandar.

Dalam hal ini, sumber daya manusia yang terlatih masih minim, belum adanya standar pembiayaan khusus, serta sistem informasi yang masih terfragmentasi. Untuk itu, perlu adanya langkah

strategis sebagai upaya guna menjaga kesinambungan dan integrasi pengelolaan masalah kesehatan individu, keluarga, dan komunitas di Indonesia.

Baca juga: Hari Kemerdekaan, 862 Warga Binaan Rutan Depok Terima Remisi, 36 Langsung Bebas

Beberapa strategi yang dapat dijalankan, antara lain standardisasi discharge planning (perencanaan pulang) di rumah sakit, penguatan peran Spesialis Kedokteran Keluarga (Sp.KKLP), integrasi data medis lintas fasilitas, model pembiayaan berbasis nilai (value-based care) seperti bundled payment, serta pelatihan dan pendidikan kedokteran yang membiasakan pendekatan transisi sejak dini.

Pelayanan transisi memastikan kesinambungan perawatan saat pasien berpindah antar fasilitas kesehatan, khususnya pada kasus kronik. Layanan ini mencakup discharge planning, edukasi, pemantauan, dan koordinasi antar tim medis. Dalam pelayanan transisi, dokter keluarga dan komunitas berperan penting dengan memahami kondisi pasien sebagai bagian dari lingkungan serta aktivitas harian dan menjembatani koordinasi perawatan. Mereka mendorong keterlibatan keluarga, didukung oleh kader atau pekerja sosial di komunitas.

“Pelayanan kesehatan berbasis kedokteran keluarga dan komunitas serta pelayanan transisi akan memperkuat layanan primer dan memberikan solusi bagi Indonesia di tengah tantangan penyakit kronik dan populasi menua. Kedokteran keluarga, komunitas, dan pelayanan transisi adalah pilar penting layanan kesehatan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Ketiganya memastikan pasien tetap mendapat pendampingan saat berpindah dari fasilitas kesehatan ke rumah atau komunitas,” ujar Prof. Retno.

Baca juga: Naturalisasi Anak Depok Sebentar Lagi Final, Siap Bertarung di Round 4 Piala Dunia

Penelitian Prof. Retno berjudul “Kedokteran Keluarga dan Pelayanan Transisi: Upaya Menjaga Kesinambungan dan Integrasi Pengelolaan Masalah Kesehatan Individu, Keluarga, dan Komunitas di Indonesia” tersebut membawanya memperoleh gelar Guru Besar dalam Bidang Kedokteran KeluargaFKUI.

Penelitian lain yang pernah dilakukannya, di antaranya Excess Body Weight and Its Associated Factors among First-Year Health Sciences University Students in Indonesia (2025); Lessons Learned from the First 2 Years of Experience with Thyroid Core Needle Biopsy at An Indonesian National Referral Hospital(2025); dan Effect of the Family Medicine Approach in Reducing Stunting among Toddlers (2025).

Prof. Retno memperoleh gelar guru besar setelah sebelumnya menamatkan pendidikan Program Pendidikan Dokter FKUI pada 2000, Program Magister Epidemiologi Klinik FKM UI tahun 2006,

Baca juga: Kado HUT Ke-80 RI, Pertamina Gelar Promo Pembelian Bright Gas Isi Ulang

Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI pada 2016, serta memperoleh Sertifikat Kompetensi Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI)tahun 2020.

Acara pengukuhan guru besar Prof. Retno turut dihadiri oleh Tim Dokter Kepresidenan RI/Purnabakti Satgas Covid-19, Brigjen TNI (Purn) dr. Alexander K GintingS, SpP(K) FCCP dan Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Pusat/Purnabakti Kadinkes DKI Jakarta & Satgas Covid-19, Dr. Kusmedi Priharto, SpOT M.Kes FICS. (***)

× Image