Dokter Spesialis Bedah Umum Eka Hospital Depok Paparkan Gejala, Penyebab dan Pengobatan Radang Usus Buntu

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Usus buntu sebenarnya adalah suatu organ kecil yang berada di usus besar. Saat seseorang menyebut kena penyakit “usus buntu”, kemungkinan yang dimaksud adalah radang usus buntu, alias apendisitis.
Hal tersebut diutarakan dokter spesialis bedah Umum Eka Hospital Depok, dr. Koespriyandito, Sp.B, MT. BME dalam Media Meet Up bertajuk Radang Usus Buntu: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan di Tapos, Kota Depok, Rabu (28/05/2025).
"Peradangan pada usus buntu ini bisa bersifat akut ataupun kronis. Radang usus buntu yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan infeksi menyebar ke rongga perut dan membahayakan nyawa," jelas dr. Koespriyandito.
Baca juga: Warga Depok Diimbau Teliti Beli Hewan Kurban, Pilih yang Sesuai Syariat
Apa itu usus buntu?
Koespriyandito memaparkan, usus buntu adalah sebuah organ kecil yang terletak di ujung kanan bawah usus besar. Dalam bahasa medis, usus buntu disebut dengan apendiks.
Masalah kesehatan yang dapat memengaruhi apendiks adalah radang usus buntu, atau apendisitis.
Peradangan pada usus buntu dapat terjadi ketika ada sumbatan atau infeksi pada apendiks.
Peradangan ini bisa bersifat akut ataupun kronis. Akan tetapi, radang usus buntu akut adalah yang paling sering kita jumpai. Sementara, usus buntu kronis lebih jarang terjadi.
"Tidak semua radang usus buntu membutuhkan operasi. Dalam beberapa kasus, pengobatan dengan antibiotik dan pemantauan secara rutin juga dipilih jadi cara mengatasi radang usus buntu," paparnya.
Baca juga: Ribuan Siswa di Depok Jadi Sasaran Program Pemberian Obat Cacing
Gejala radang usus buntu
Sakit perut sebelah kanan bawah yang tiba-tiba adalah salah satu gejala khas dari radang usus buntu.
Berikut ini adalah beberapa gejala radang usus buntu yang perlu Anda waspadai:
● Sakit perut sebelah kanan bawah yang tiba-tiba
● Sakit yang bermula di perut bagian tengah (pusar) dan bergeser ke kanan bawah
● Rasa sakit yang semakin buruk saat batuk, berjalan, atau gerakan menghentak lainnya
● Sakit yang memburuk ketika menekuk kaki
● Mual dan muntah
● Nafsu makan hilang
● Demam rendah yang makin tinggi ketika peradangan memburuk
● Diare atau sembelit
● Perut kembung
Usus buntu pada anak mungkin lebih sulit dikenali dibandingkan pada orang dewasa. Ini karena gejala usus buntu pada anak menyerupai gejala penyakit lainnya. Terlebih, anak-anak juga cenderung lebih sulit mendeskripsikan sakit yang ia rasakan.
"Beberapa gejala usus buntu pada bayi anak hingga 5 tahun, antara lain mual, muntah, dakit perut, diare, dan demam," ungkap Koespriyandito.
Baca juga: Dinkes Depok Gelar Pelatihan Tingkatkan Kapasitas Personel Jejaring Ambulans Siaga
Penyebab radang usus buntu
Lanjut Koespriyandito, sumbatan di usus buntu yang terinfeksi adalah penyebab utama radang usus buntu.
"Usus buntu terletak di ujung kanan bawah usus besar. Ukurannya yang kecil membuat sisa makanan atau sisa pencernaan lebih mudah masuk ke dalamnya," terangnya.
Saat terjadi sumbatan, bakteri yang memang sudah hidup di usus akan berkembang biak dengan lebih cepat dan menyebabkan infeksi.
Ada beberapa hal yang membuat Anda lebih berisiko memiliki sumbatan dan menginfeksi usus buntu:
● Batu apendiks. Ini adalah sisa feses yang mengeras dan terjebak di lubang usus buntu. Ini dapat membuat bakteri berkembang biak dan menginfeksi usus buntu.
● Hiperplasia limfoid. Kelenjar limfe di usus buntu yang bertugas sebagai sistem imun dapat membengkak akibat infeksi yang mungkin terjadi di bagian tubuh lain. Ini bisa menyebabkan infeksi pada usus buntu.
● Kolitis. Peradangan pada usus besar (kolon) atau penyakit radang usus juga bisa menyebabkan peradangan dan infeksi pada usus buntu.
● Tumor. Meskipun jarang terjadi, tumor dapat tumbuh di dalam usus buntu dan menyebabkan radang usus buntu.
● Infeksi parasit. Jika parasit menyumbat sebagian lubang usus buntu maka peradangan usus buntu dapat terjadi.
Selain penyebab di atas, biji-bijian dari makanan yang kita makan, seperti biji cabai atau biji dari buah-buahan mungkin saja bisa berisiko tersangkut di usus buntu dan menyebabkan peradangan. Akan tetapi, kejadiannya sangat jarang.
Baca juga: Pemeriksaan Kesehatan Gratis di UI, Wamenkes Pastikan Sasaran Seluruh Kalangan Masyarakat
Diagnosis
Bila Anda datang ke dokter dengan keluhan sakit perut, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dulu, termasuk memeriksa perut Anda.
Untuk memastikan, dokter bisa merekomendasikan beberapa pemeriksaan, seperti:
● Tes darah lengkap
● Tes urine
● CT scan atau USG abdomen
Hasil pemeriksaan sel darah putih yang cukup tinggi bisa mengindikasikan adanya infeksi.
Pengobatan
"Tidak semua kasus apendisitis harus menjalani operasi. Jika baru berada di tahap awal, dokter mungkin hanya akan memantaunya.
Namun, dokter mungkin akan menganjurkan konsumsi antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri meluas," ungkap Koespriyandito lagi.
Apabila mengalami usus buntu akut dan peradangan cukup berat, Anda akan dianjurkan untuk menjalani operasi dalam 24-36 jam setelah gejala pertama dilakukan.
Operasi pengangkatan usus buntu, atau apendektomi, adalah gold standard untuk mengatasi apendisitis. Dalam proses pencernaan sendiri, usus buntu tidak terlibat. Itu sebabnya, Anda tetap dapat hidup normal meski tidak memiliki usus buntu.
Setelah menjalani operasi, Anda dapat benar-benar pulih dalam waktu 1-2 minggu. Proses pemulihan bisa jadi lebih cepat jika menggunakan teknik laparoskopi untuk mengangkat usus buntu.
Baca juga: Perda KTR, Upaya Depok Cegah Pengaruh Buruk Rokok
Komplikasi usus buntu
Walau cukup umum terjadi, radang usus buntu juga bisa menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Apalagi jika radang usus buntu berisiko pecah.
"Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan nanah mengontaminasi rongga perut. Ini adalah kondisi yang dapat membahayakan nyawa sebab rongga perut seharusnya dalam keadaan steril," papar Koespriyandito lagi.
Berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Iskemia dan nekrosis. Terputusnya suplai darah ke usus buntu sehingga membuatnya tidak mendapatkan nutrisi lagi dan akhirnya mati (nekrosis).
2. Gangren atau perforasi yang mulai terjadi ketika jaringan mengalami nekrosis.
3. Abses. Terbentuknya kantung baru di usus buntu yang berisi nanah.
4. Peritonitis. Kondisi pecahnya usus buntu sehingga bakteri yang menginfeksi mengotori rongga perut.
5. Ileus. Dalam beberapa kasus, radang usus buntu dapat memicu ileus, kondisi saat usus berhenti berkontraksi dan makanan tidak dapat bergerak melalui sistem pencernaan.
Apabila Anda curiga mengalami radang usus buntu dilihat dari gejala yang Anda alami, segeralah konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan masalah pencernaan.
Jadwalkan konsultasi Anda dengan dokter spesialis terbaik kami di Eka Hospital Depok. Hubungi Call Center kami di 1500129 atau layanan WhatsApp kami di 08118822564 untuk membuat janji temu. (***)