STAI Al-Bahjah Menuju Universitas, Cetak Ulama Zaman Now

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- STAI Al Bahjah Cirebon bersiap menjadi universitas berbasis pesantren modern. Kolaborasi dengan TMMS dan beasiswa Rimba Foundation mendukung generasi ulama yang relevan dengan zaman digital.
Perlu diketahui, di balik kesunyian Cirebon, di sebuah pesantren yang tenang namun dinamis, lahirlah harapan baru bagi pendidikan Islam yang menyatu dengan zaman.
STAI Al-Bahjah hadir bukan sekadar mencetak sarjana, tapi menciptakan ulama yang peka terhadap realitas masa kini. Pesantren dan kampus berpadu dalam satu napas, menyatukan kitab kuning dengan laptop, hikmah dengan logika, dakwah dengan data.
Langkah besar sedang dipersiapkan: transformasi STAI Al-Bahjah menjadi universitas. Bukan hanya soal status, tapi tentang memperluas ruang kontribusi untuk bangsa, lewat pendidikan berbasis nilai dan ilmu. Dan semua itu digerakkan oleh semangat satu nama: Buya Yahya.
Baca juga: Catatan Cak AT: Fatwa Darul Ifta' Mesir : Dam Haji Tak Harus di Makkah
Kampus, Pesantren, dan Mimpi Menjadi Universitas
Berada di bawah Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al Bahjah, STAI Al-Bahjah terus tumbuh dengan cita-cita besar. Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan & Alumni, Ustad Imam Abdullah, membagikan rencana besar itu.
"Insya Allah kami akan menjadi universitas dengan minimal empat fakultas," ungkapnya mantap.
Kurikulumnya unik. Mahasiswa belajar fikih dan akidah seiring dengan ekonomi syariah dan manajemen pendidikan. Pendidikan di sini bukan hanya soal lulus, tapi soal bagaimana hidup dijalani dan diwariskan dengan ilmu.
Baca juga: Kasus The Umalas Signature, Polda Bali Benarkan Penahanan BT dengan Tuduhan Penipuan dan Pengelapan
Prodi Ekonomi Syariah, Manajemen Pendidikan Islam, dan Tadris Matematika
Saat ini, tiga jurusan menjadi pondasi: Ekonomi Syariah, Manajemen Pendidikan Islam, dan Tadris Matematika. Tapi dimasa depan menunggu lebih dari itu. STAI Al-Bahjah tengah menyiapkan prodi-prodi strategis seperti Manajemen Haji dan Umrah, Hak Kekayaan Intelektual, Multimedia, hingga Ilmu Kesehatan.
Kampus ini pun merancang kader ulama digital. Dengan keterlibatan langsung Buya Yahya dan istri dalam mengajar, para mahasiswa belajar langsung dari sumber ilmu dan teladan akhlak. Sesuai moto mereka yang sederhana namun dalam, yakni mencetak sarjana yang ulama.
Di era digital, ketika informasi berseliweran tanpa arah, STAI Al-Bahjah hadir memberi arah. Mahasiswa tidak hanya menghafal, tapi berdakwah. Tidak hanya mengaji, tapi juga menjadi penerjemah, pengajar, dan pembicara publik.
Mulai dari pelatihan dakwah, materi khutbah, hingga praktik lapangan—semua dijalani untuk membentuk pribadi yang kuat iman, mantap ilmu, dan sigap berbicara.
Baca juga: Kampung Adat Ratenggaro Bangkit, Sumba Barat Daya Tegas Lawan Pungli!
Dari Tambang ke Pesantren
Namun mimpi kadang tak bisa berdiri sendiri. Maka hadir TMMS melalui Rimba Foundation, yang memberikan beasiswa penuh kepada 20 mahasiswa. Bukan hanya uang kuliah, tapi juga kebutuhan pondok dan keseharian.
Salah satunya Miftahul Arifin, hafidz 30 juz asal Kuningan. Kehilangan ayah sejak kecil tak menghalanginya menimba ilmu.
"Yang penting ingin bahagiakan ibu," katanya pelan, namun penuh semangat. Delapan tahun di pesantren, kini ia menatap masa depan dengan lebih terang.
Baca juga: Disaksikan Presiden Prabowo, PLN Teken Pemanfaatan Gas Domestik di IPA Convex 2025
Joko Prayitno dari Ngawi pun punya cerita serupa. Jauh dari rumah, tapi dekat dengan cita-cita.
“Kalau sudah jauh-jauh ke sini, jangan sia-siakan harapan orang tua,” ucapnya tegas.
Adalah Herryan Syahputra, CEO TMMS, menjelaskan bahwa dukungan terhadap STAI Al-Bahjah adalah bagian dari visi keberlanjutan.
“Kami tumbuh bersama masyarakat dan ingin terus memberi manfaat nyata,” katanya.
Dari digitalisasi tambang hingga dukungan beasiswa, TMMS membuktikan bahwa dunia usaha pun bisa menjadi bagian dari solusi sosial. Bukan hanya bicara profit, tapi juga tentang bagaimana menanam kebaikan yang bisa dituai bersama.
Pendidikan yang Menyentuh Hati, Menyentuh Masa Depan
STAI Al-Bahjah dan Meranti Group telah membuktikan bahwa kolaborasi pesantren dan korporasi bukanlah hal mustahil. Dari Cirebon, mereka menyusun masa depan: mencetak ulama yang bisa berbicara di podium internasional, membawa nilai tanpa kehilangan nalar.
Di tengah ketidakpastian dunia, harapan itu nyata. Pendidikan seperti ini yang dibutuhkan bangsa: menyatukan hati, ilmu, dan aksi. Karena di balik setiap beasiswa, ada doa yang dikabulkan. Dan di balik setiap mahasiswa, ada masa depan yang sedang disiapkan. (***)
Penulis: Bambang Priambodo/RUZKA INDONESIA