Home > Nasional

Suara Sumpah Itu Masih Bergema di Tengah Hiruk Pikuk Kota Depok

"Peringatan Sumpah Pemuda jangan hanya jadi seremoni, ujar Qonita saat ditemui pada peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, Selasa (28/10/2025).
Ketua BKD DPRD Kota Depok, Qonita Lutfiah. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Ketua BKD DPRD Kota Depok, Qonita Lutfiah. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Pagi di Depok tak jauh berbeda dari hari-hari lainnya.

Jalan Margonda sudah dipenuhi deru motor dan mobil yang berdesakan merayap laju, ojek daring melintas sambil menatap layar ponsel, dan pedagang sarapan sibuk menyiapkan lontong sayur di pinggir trotoar.

Warung, toko serta ruko-ruko sepanjang jalan Margonda, sudah membuka kembali tirai penutup usahanya, sebagai tanda kehidupan usaha dan berusaha dimulai kembali.

Di stasiun, kereta datang dengan wajah penumpang yang sebagian besar terburu waktu, bukan sejarah.

Walau hari ini bukan libur nasional, aktivitas warga tetap berjalan seperti biasa, pegawai bergegas ke kantor, pelajar menenteng tas, dan jalanan kota sesak oleh suara klakson yang bersahutan.

Baca: Pemuda-pemudi Gen Z Menagih Tanggung Jawab Iklim

Seolah tak ada yang istimewa di pandangan banyak orang, padahal kalender menandai Selasa, 28 Oktober hari ketika sembilan puluh tujuh tahun lalu para pemuda bersumpah atas nama persatuan.

Depok tetap bergerak seperti biasa: sibuk, ramai, dan kadang lupa bahwa sejarah pernah menulis sesuatu untuknya.

Namun di tengah kesibukan itu, Qonita Lutfiyah, Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Kota Depok, seperti biasa masih menerima rekan media yang meminta pendapatnya tentang makna Peringatan Hari Sumpah tahun ini.

Iya memandang wajah-wajah rekan media yang masih tampak muda di hadapannya, lalu berbicara dengan suara yang pelan tapi penuh keyakinan.

"Peringatan Sumpah Pemuda jangan hanya jadi seremoni,” ujar Qonita saat ditemui pada peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, Selasa (28/10/2025).

Baca juga: Ketika Api Sumpah Itu Nyaris Padam, (Refleksi Tema Sumpah Pemuda 2025: Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu)

“Ini harus menjadi momentum bagi kita semua, terutama anak muda, untuk menjadi garda terdepan menjaga persatuan bangsa.”

Kata-katanya terasa kontras dengan lalu lintas di luar sana, suara klakson, teriakan pedagang, dan notifikasi ponsel yang tak pernah berhenti.

Namun di antara riuh itu, kalimat Qonita seolah berusaha mengingatkan bahwa di balik hiruk-pikuk kota modern, masih ada sesuatu yang seharusnya dijaga: api persatuan yang dulu menyala di dada para pemuda 1928.

Menurutnya, peringatan Sumpah Pemuda tidak seharusnya berhenti sebagai rutinitas tahunan, tetapi menjadi cermin bagi generasi muda agar memahami betapa beragamnya bangsa ini dan bagaimana semangat itu dulu menyatukan segalanya.

“Momen peringatan Sumpah Pemuda bukan hanya sebagai seremoni, tapi juga sebagai pengingat lahirnya sejarah tersebut. Bagaimana bisa membangkitkan semangat para pemuda untuk menjadi garda terdepan dalam mempersatukan bangsa dan negara, yang punya banyak suku dan bahasa,” kata Qonita.

Baca juga: Seremoni Kecil Peringatan Sumpah Pemuda di Kantor PWI Depok, Ketika Kata Menemukan Rumahnya Kembali

Ia menambahkan, Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya kalimat di lambang negara, tapi napas kehidupan yang mengikat jutaan perbedaan agar tetap bergerak ke arah yang sama.

"Memotivasi kita saat ini untuk terus menjaga keutuhan NKRI. Bhinneka Tunggal Ika menjadi simbol kehidupan kita,” imbuhnya.

Sebagai anggota DPRD dari Fraksi PPP, Qonita menegaskan bahwa peran pemuda dalam membangun Depok tidak bisa diabaikan.

“Bukan hanya DPRD, tapi kita semua harus terus mendukung pemuda di Kota Depok untuk terus berkiprah, memberikan ide-ide terbaiknya, memberikan ruang untuk berekspresi positif dalam pembangunan Kota Depok, dan memastikan program-program pemerintah yang berkaitan dengan kepemudaan bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.

Namun bagi Qonita, pembangunan tidak bisa hanya berhenti di meja rapat atau forum resmi. Dia memandang pemuda sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat, penghubung yang mampu menjahit kolaborasi, mempertemukan ide dengan realitas.

Baca juga: Perkemahan Pramuka Masjid Pantai Bali, Satu Iman, Alam dan Pengabdian

“Perannya sangat besar, karena untuk mewujudkan Depok maju tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah ataupun sekelompok saja, tapi harus berkolaborasi dengan semua elemen masyarakat, termasuk pemuda,” ungkap politisi PPP ini.

Menjelang siang, matahari akhirnya menembus awan Depok. Suara lagu Indonesia Raya menggema di udara, sementara bendera merah putih melambai dengan gagah.

Di sana, di antara langkah-langkah para pemuda yang meninggalkan halaman dewan, semangat Sumpah itu seolah kembali bernyawa.

Tidak lewat seremoni megah, tapi lewat kesadaran kecil yang tumbuh di dada setiap anak muda: bahwa mereka adalah penjaga terakhir dari sesuatu yang bernama Persatuan.(***)

Penulis: Djoni Satria/Wartawan Senior

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image