Home > Galeri

Museum Blawong dan Harapan Menjadi Muara Peradaban Masyarakat Pringapus

Pertemuan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 18 September 2025 di Serambi Masjid Jami Syekh Basyaruddin Pringapus dengan dihadiri 13 orang.
Tim Formatur Museum Blawong Pringapus Kabupaten Semarang menginisiasi pertemuan dengan para pemilik naskah kuno yang berada di wilayah Pringapus dan sekitarnya. (Foto: Dok Pipit Mugi Handayani) 
Tim Formatur Museum Blawong Pringapus Kabupaten Semarang menginisiasi pertemuan dengan para pemilik naskah kuno yang berada di wilayah Pringapus dan sekitarnya. (Foto: Dok Pipit Mugi Handayani)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Tim Formatur Museum Blawong Pringapus Kabupaten Semarang yang terdiri atas Nizar Ali (Sekretaris Takmir Masjid Syekh Basyaruddin), Zaeni Ahmad (Modin Pringapus) dan Pipit Mugi Handayani (Dosen dan peneliti naskah) menginisiasi pertemuan dengan para pemilik naskah kuno yang berada di wilayah Pringapus dan sekitarnya.

Pertemuan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 18 September 2025 di Serambi Masjid Jami’ Syekh Basyaruddin Pringapus dengan dihadiri 13 orang.

Para hadirin adalah tokoh Masyarakat yang berasal dari beberapa komponen di antaranya duriyah Syekh Basyaruddin yakni Kyai Mansyur, para pengurus takmir masjid Kyai Nizar dan Pak Biyantoro, pemilik naskah yakni Pak Luqman, Pak Subhan, Mas Syahal dan Pak Zaeni yang sekaligus Modin Pringapus.

Lalu, tokoh budaya desa yakni Pak Untung, Pak Fahrur dan Mas Imam, perwakilan Manassa Semarang yakni Widodo dan Pipit serta ahli Pernaskahan dari dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Tengah yakni Budi.

Baca juga: Catatan Cak AT: Sepuluh Teknologi Penyelamat Planet

Pertemuan tersebut dilakukan semata untuk memantapkan rancangan awal dan menguatkan dukungan berbagai pihak yang akan terlibat guna mewujudkan berdirinya Museum Blawong yang diharapkan menjadi muara peradaban Masyarakat Pringapus dan sekitar.

Pertemuan tersebut tidak dilakukan secara tiba-tiba akan tetapi merupakan lanjutan dari langkah konkret diwujudkannya Pembangunan Museum Blawong yang sudah dirancang sekitar 3 tahun lalu tepatnya sejak tahun 2022.

Awal perjalanan digagasnya Pembangunan Museum Syekh Basyarudin ketika Kitab Blawong dikabarkan raib sejak 2008 pada saat proses pemugaran masjid Jami' Syekh Basyaruddin Pringapus.

Kitab Blawong adalah julukan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat untuk menyebut Alquran tulisan tangan Syekh Basyaruddin.

Baca juga: Gawat, Jampidum Ungkap Judi Online Diminati Bocah SD Hingga Tunawisma

Peninggalan tersebut sangat dikeramatkan karena merupakan salah satu warisan berharga milik Masyarakat Pringapus dan sekitarnya.

Upaya yang telah dilakukan sebelumnya oleh berbagai pihak untuk menemukan Kitab tersebut tetapi belum membuahkan hasil. Upaya selanjutnya adalah pelacakan berbagai peninggalan Syekh Basyaruddin lainnya.

Dalam proses pelacakan tersebut ternyata terdapat temuan yang luar biasa yaitu berbagai benda purbakala yang diperkirakan adalah pusaka atau senjata yang terkubur ratusan tahun.

Di sisi lain juga ditemukan naskah-naskah dan Alquran tulisan tangan yang diperkirakan sezaman dengan Kitab Blawong. Terdapat berbagai pendapat tentang wujud Kitab Blawong.

Baca juga: Tak Punya Izin, 94 WNA Diusir dari KEK Sei Mangkei

Beberapa menyebutkan ciri-ciri sebagai penguat argumennya. Satu-satunya bukti seperti apa wujud Kitab Blawong tertera dalam sebuah skripsi tulisan Pipit Mugi Handayani, salah satu warga Pringapus yang saat ini masih berstatus mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia.

Dengan niat tulus menyelamatkan peninggalan tokoh penting yang menjadi bakon (Jawa: pendiri) Pringapus disertai ihtiar sungguh-sungguh maka tim Formatur Museum Blawong mencoba mengukuhkan posisi Kitab Blawong yang menjadi ikon Pringapus tetap menjadi tuntunan demi masa depan generasi penerus yang menjunjung tinggi akhlak dan identitas. (***)

Penulis: Pipit Mugi Handayani/Mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image