Soroti Kinerja Setahun Prabowo-Gibran, Senator Sampaikan Tiga Tantangan

RUZKA—REPUBLIKA NETWORK — Capaian yang telah diraih Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka selama satu tahun terakhir mendapat apresiasi dari Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris. Dalam waktu yang singkat, banyak program prioritas yang telah bergulir antara lain Makan Bergizi Gratis, Koperasi Merah Putih, proyek energi terbarukan, program ketahanan pangan, program pendidikan (Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda), dan berbagai program strategis lainnya.
“Tentunya di tengah berbagai capaian yang telah diraih ini, juga terdapat berbagai tantangan ke depan yang sudah menanti untuk diselesaikan. Setidaknya ada tiga tantangan utama yang penting mendapat perhatian khusus yaitu ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah, kemajuan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, serta pendidikan yang melahirkan manusia Indonesia unggul,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Senator Jakarta ini mengungkapkan, tantangan pertama dan paling mendasar adalah ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah terutama melalui kemandirian pangan dan ketahanan energi. Selama satu tahun terakhir, pemerintahan Prabowo–Gibran menunjukkan langkah awal menuju kemandirian pangan dan energi nasional.
Namun, keberhasilan sektor ini tidak cukup diukur dari jumlah produksi, melainkan dari akses rakyat terhadap pangan dan energi dengan harga terjangkau.
Parameter kemajuan di sektor ini, menurut Fahira Idris, setidaknya dapat dilihat dari tiga indikator yaitu pertama, indeks ketahanan pangan nasional yang meningkat seiring berkurangnya impor pangan strategis. Kedua, rasio energi bersih terhadap konsumsi total, yang menunjukkan kemandirian energi nasional. Ketiga, stabilitas harga kebutuhan pokok di pasar domestik yang mencerminkan keseimbangan antara produksi, distribusi, dan daya beli rakyat.
“Ke depan, keberanian pemerintah memperluas hilirisasi pertanian, menata tata niaga pangan agar petani dan konsumen sama-sama diuntungkan, serta mempercepat elektrifikasi berbasis energi hijau akan menjadi penentu keberlanjutan capaian ini,” ungkap Fahira Idris.
Tantangan kedua adalah percepatan kemajuan ekonomi dengan mengubah pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan yang inklusif dan menciptakan pekerjaan berkualitas. Pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk memperluas kesempatan berusaha, tetapi pekerjaan rumahnya belum selesai.
BPS mencatat angka pengangguran Indonesia mencapai 7,28 juta orang per Februari 2025 dan sebagian besar tenaga kerja berada di sektor informal. Artinya, pertumbuhan ekonomi harus semakin ditopang oleh investasi produktif dan industri bernilai tambah tinggi, bukan semata konsumsi.
Parameter keberhasilan dalam empat tahun ke depan di sektor ini, sambung Fahira Idris, antara lain penurunan tingkat pengangguran terbuka hingga di bawah 5 persen yang diiringi kenaikan proporsi pekerja formal dengan perlindungan sosial dan upah layak. Parameter penting lainnya adalah kenaikan kontribusi UMKM dan koperasi terhadap PDB nasional, seiring berkembangnya Koperasi Merah Putih dan ekonomi lokal.
Tantangan ketiga adalah di sektor pendidikan yang harus menjadi daya ungkit utama mewujudkan manusia indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak, dan berbudaya. Program Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda, Makan Bergizi Gratis, pemeriksaan kesehatan gratis bagi jutaan pelajar dan pembangunan unit sekolah baru di berbagai daerah merupakan langkah awal penting.
Namun, pendidikan bukan hanya soal akses, melainkan juga kualitas. Ke depan, tantangannya adalah bagaimana kebijakan pendidikan mampu mengintegrasikan kesehatan, karakter, dan keterampilan abad ke-21.
Keberhasilannya dapat diukur melalui terutama melalui penurunan angka putus sekolah di seluruh jenjang pendidikan. Parameter lainnya adalah peningkatan skor literasi, numerasi, dan sains siswa Indonesia dalam asesmen nasional dan internasional, termasuk juga kenaikan partisipasi pendidikan vokasi dan link-and-match dengan dunia industri.
“Kita harus optimis berbagai tantangan ini bisa kita hadapi dengan kebijakan yang berkesinambungan dan berbasis pengetahuan. Semoga, empat tahun ke depan menjadi babak kebangkitan baru Indonesia menuju bangsa yang kuat, berdaulat, dan berkeadilan sosial,” pungkas Fahira Idris. (***)
