Home > Info Kampus

PPKB Bersama Bakul Budaya Hadirkan Dewi Motik Pramono dalam Kuliah Umum di FIB UI

Dalam kuliah umum tersebut, Dewi Motik didampingi oleh Ketua Umum Bakul Budaya FIB UI, Dewi Fajar Marhaeni, selaku moderator.
Dr. Dewi Motik Pramono, M.Si. (kiri) memberi Kuliah Umum
Dr. Dewi Motik Pramono, M.Si. (kiri) memberi Kuliah Umum "Membangun Kewirausahaan Budaya" didampingi Ketua Umum Bakul Budaya FIB UI, Dewi Fajar Marhaeni (kanan) selaku moderator. (Foto: Dok Bakul Budaya FIB UI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Tokoh publik Dr. Dewi Motik Pramono, M.Si. membagi pengetahuan dan pengalamannya serta memberi motivasi dalam Kuliah Umum "Membangun Kewirausahaan Budaya" yang berlangsung di Auditorium Gedung IV Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (18/10/2025), pukul 10.00-12.00 WIB.

Kuliah umum tersebut diselenggarakan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) FIB UI, yang berkolaborasi dengan komunitas inklusif Bakul Budaya FIB UI.

Dewi Motik dikenal publik sebagai pendidik, pemerhati budaya, penulis, motivator, pengusaha, penggerak pemajuan kaum perempuan, dan pendorong bisnis tingkat UMKM, tak terkecuali wirausaha budaya.

Perempuan yang lahir di Jakarta pada 10 Mei 1949 ini berlatar pendidikan S1 Ekonomi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.(IKIP) Jakarta, Bachelor of Art di Florida University, Amerika Serikat, S2 Bidang Pengkajian Ketahanan Nasional di UI, dan S3 Bidang Pendidikan dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Baca juga: Muhammadiyah Buka Ritel MentariMu Mart, Diharapkan Jadi Kekuatan Ekonomi Umat

Wirausaha budaya adalah bisnis yang dijalankan dengan memanfaatkan, mengelola, dan mengembangkan budaya. Contohnya, membuka sanggar seni.

Kuliah umum itu diikuti oleh 70 peserta--perempuan dan laki-laki. Mereka berasal dari berbagai kalangan dan wilayah tempat tinggal, antara lain anggota Bakul Budaya, pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) Kota Depok, anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), dan mahasiswa UI.

Dalam kuliah umum tersebut, Dewi Motik didampingi oleh Ketua Umum Bakul Budaya FIB UI, Dewi Fajar Marhaeni, selaku moderator.

Kuliah umum itu didahului dengan menyanyikan bersama Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya," berdoa bersama, dan penampilan Tari Topeng Kelana dari Cirebon, Jawa Barat, oleh Raden Gendis Puteri Kencana, mahasiswa S1 Program Studi Sastra Jerman, FIB UI, yang berasal dari Kesultanan Kanoman, Cirebon. Kemudian, Kepala PPKB FIB UI, Dr. Lily Tjahjandari, dan Ketua Umum Bakul Budaya FIB UI, Dewi Fajar Marhaeni, memberi sambutan.

Baca juga: Krisdayanti Raih Medali Perak di Kejuaraan Dunia Wushu 2025 di China

"Ibu Dewi Motik tentunya memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman yang bisa dibagikan kepada kita. Karena Ibu Dewi Motik terjun sampai ke masyarakat di bawah, apa yang ia berikan enggak muluk-muluk, tapi yang dari keseharian kita," ujar Lily Tjahjandari.

"Berbahagia sekali warga Bakul Budaya diberikan kesempatan mendapatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman Ibu Dewi Motik sebagai praktisi dan motivator dalam membangun sebuah usaha berbasis budaya. Dan, inti dari kewirausahaan berbasis budaya adalah, selain membangun nilai ekonomi, kita juga sekaligus melestarikan budaya Indonesia," Ungkap Dewi Fajar Marhaeni.

Dewi Motik, dalam Kuliah Umum "Kewirausahaan Budaya," menyampaikan prinsip-prinsip, motivasi, dan kiat-kiat bagi para peserta terkait wirausaha berbasis budaya, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya sepanjang puluhan tahun ia berkiprah.

Dewi Motik menekankan, semua yang diupayakan di bidang kebudayaan harus mengacu ke nilai-nilai yang ada dalam dasar negara, Pancasila dan semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika.

Baca juga: Mendikdas: Mulai 2027, Bahasa Inggris Pelajaran Wajib Sejak SD

"Kita harus percaya kepada Tuhan, apapun agama kita (Sila Ketuhanan yang Maha Esa). Kalau dalam Islam, habluminallah. Kita harus berdoa, bersyukur atas rezeki kita. Rezeki bukan berupa uang saja. Punya teman yang pintar, juga rezeki," tuturnya.

"Kita juga harus melihat hubungan manusia dengan manusia, habluminannas (sila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" dan sila "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia")," lanjut Dewi Motik.

Keberagaman, sambung Dewi Motik, termasuk keberagaman budaya, janganlah dijadikan hal.yang menakutkan.

"Justru keragaman itu kekayaan kita," ucapnya.

Lanjut Dewi Motik, terkait tujuan wirausaha bagi perempuan, yaitu menjadikan mereka mandiri, tetap saja perempuan yang sudah bersuami harus mendapat dukungan dari suami.

Baca juga: Grand Final Bright Gas Cooking Competition 2025: Finalis dari Jakarta Raih Juara 1, Siapa Dia?

"Dengan suami, kita harus berdampingan. Kita harus mendapat dukungan dari suami. Saya bisa seperti sekarang ini karena suami saya baik, mendukung saya," terang istri dari almarhum Pramono Soekasno ini.

Menurut Dewi Motik, bekerja sama dalam tim, menghargai kelebihan dan memaklumi kekurangan orang lain, mengalah untuk menang, jangan malas, dan jangan serakah merupakan hal-hal yang juga penting dalam berwirausaha.

Dalam sesi tanya-jawab, beberapa peserta meminta kiat berwirausaha budaya dari Dewi Motik. Contohnya, Wildan Faradila Harahap atau Butet, anggota Bakul Budaya yang membuat dan menjual, antara lain, kain batik Betawi. Dia bertanya, bagaimana kalau berkreativitas tinggi, tetapi tak memiliki banyak modal untuk berwirausaha.

Baca juga: P3M UNAS Sampaikan Kajian Refleksi Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran

Dewi Motik memberi kiat untuknya.

"Kalau bikin batik, misalnya, enggak usah yang banyak warna, karena biaya produksinya lebih besar. Bikin saja yang dua warna," katanya.

Atas apa yang diberikan oleh Dewi Motik dalam Kuliah Umum "Membangun Kewirausahaan Budaya," PPKB FIB UI dan Bakul Budaya FIB UI berterima kasih kepadanya dengan memberi tanda mata. PPKB FIB UI menyerahkan sebuah plakat, sedangkan Bakul Budaya FIB UI menghadiahinya sebakul bahan mentah rempah-rempah dan sayur-mayur. Dengan suka-cita, Dewi Motik menerimanya.

Kegiatan tersebut diakhiri dengan berfoto bersama Dr. Dewi Motik Pramono, M.Si. dan menyantap pempek, salah satu makanan khas Palembang, Sumatera Selatan, mengingat Dewi Motik berdarah Palembang. (***)

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image