Home > Gaya Hidup

Nursaedufy Sinergikan Hiburan Digital dan Budaya Indonesia

Di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak berusia dini di Indonesia semakin akrab dengan layar gawai.
UI melahirkan platform visual novel interaktif, yang menyinergikan hiburan digital dan budaya Indonesia. (Foto: Humas UI) 
UI melahirkan platform visual novel interaktif, yang menyinergikan hiburan digital dan budaya Indonesia. (Foto: Humas UI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Tim dari Universitas Indonesia (UI) melahirkan platform visual novel interaktif, yang menyinergikan hiburan digital dan budaya Indonesia, untuk menjawab keresahanorang tua terhadap minimnya produk media digital yang aman dan mendidik bagi anak-anak.

Di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak berusia dini di Indonesia semakin akrab dengan layar gawai.

Pada tahun 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 32 persen anak usia dini di perkotaan sudah mengakses internet, sementara mayoritas konten yang dikonsumsi anak-anak Indonesia masih didominasi produk impor, seperti Cocomelon dan YouTube Kids.

“Kami ingin screen time anak tidak lagi pasif, melainkan aktif, interaktif, dan mendidik,” kata salah satu anggota tim dari UI, Senopati Adi Prakoso, yang merupakan Project Director NusaEdufy dalam siaran pers yang diterima, Selasa (14/10/2025).

Baca juga: Promo Hemat BBM dan Bonus Menarik di Bulan Oktober Lewat MyPertamina

NusaEdufy dikembangkan oleh tim lintas disiplin ilmu dari UI. Selain Senopati Adi Prakoso, ada pula Muhammad Syakur, Grace Victoria Brahmana, Livia Lailatul Arsy, Denindra Dwiputra Margono, Muhammad Hadziq Razin dari Program Studi Bisnis Kreatif Program Pendidikan Vokasi UI.

Sementara itu, ada dua orang dari universitas lain yang turut berkontribusi dalam NusaEdufy, yakni Rawiansyah Andhika Suarnanusa dan Faris Zaidan Nafis.

Mereka datang dari beragam latar belakang, yaitu bisnis dan ilmu komputer. Kolaborasi tersebut melahirkan sebuah inovasi unik, yakni permainan visual novel berbasis budaya Indonesia.

“Anak usia 0-6 tahun berada pada golden period, saat perkembangan fisik dan psikologis mereka sangat pesat. Inilah masa terbaik untuk mengenalkan nilai budaya, karena anak masih sangat peka menerima stimulus,” kata Muhammad Syakur.

Baca juga: Produksi Bermutu dan Aman, Dinkes Depok Dorong Pelaku Industri Pangan Terapkan Cara Olahan yang Baik

Di NusaEdufy ada dua karakter anak bernama Asha dan Arsa, yang mengajak anak-anak sebagai penonton ikut terlibat dalam cerita interaktif penuh pilihan moral.

Sebagai contoh, dalam platform tersebut ada adegan karakter Bu Icih yang sedang mengalami kesusahan. Anak-anak pun diberi pilihan untuk membantu atau tidak. Itu menjadi skenario sederhana yang sarat dengan nilai gotong royong.

Jika platform lain lebih fokus mengunci atensi anak agar terus menonton, NusaEdufy menekankan pada pembelajaran budaya dan pendidikan karakter.

Setiap cerita hanya berdurasi 3-6 menit, sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar anak usia di bawah lima tahun tidak menghabiskan lebih dari satu jam screen time per hari.

Baca juga: Semarak Hari Kopi Sedunia, TOP Coffee Apresiasi Anak Muda Hingga Keluarga Petani Kopi Indonesia

Selain itu, NusaEdufy juga menggunakan warna pastel dengan saturasi rendah agar nyaman di mata anak, serta menekankan teks dalam visual novel agar selaras dengan kebiasaan membaca buku cerita.

Bagi anak-anak, NusaEdufy menawarkan pengalaman imersif untuk mengenal budaya, mulai dari pakaian adat, musik tradisional, hingga nilai gotong royong. Sementara bagi orang tua, aplikasi tersebut menjadi alat bantu diskusi tentang nilai kehidupan, sekaligus memberikan rasa aman karena konten yang disajikan sudah terkurasi.

"Dengan NusaEdufy, orang tua bisa memastikan screen time anak tidak sia-sia. Ada manfaat kognitif, emosional, sekaligus kultural,” tambah Senopati.

NusaEdufy juga berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti memastikan anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan berbasis budaya lokal (Pendidikan Berkualitas) serta membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari orang tua, lembaga pendidikan, hingga instansi pemerintah (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Baca juga: Hulu Indonesia Festival 2025, Rawat dan Rayakan Keterikatan dengan Tanah Lewat Seni, Suara, dan Aksi

NusaEdufy mengusung model berlangganan senilai Rp30.000 per bulan dengan manfaat jangka panjang bagi tumbuh kembang anak. Analisis pasar menunjukkan potensi besar, di mana dari 12 juta anak usia dini di perkotaan Indonesia, sekitar 4,5 juta di antaranya sudah memiliki akses ke ponsel pintar.

Meski tantangan, seperti manajemen tim lintas kampus dan keterbatasan komunikasi, sempat menghambat, namun semangat mereka tetap menyala.

Dalam peta jalannya, NusaEdufy akan menambah konten budaya dari berbagai daerah dengan menggandeng Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga menjajaki kemitraan dengan beberapa instansi pemerintah.

Di balik semua inovasi itu, tim NusaEdufy sepakat pada satu pesan penting, yaitu gawai bukanlah alat untuk menenangkan anak, melainkan sarana belajar yang perlu diawasi.

Baca, juga: Program Retail Make Over Siap Berkolaborasi Edukasi Bioetanol dan Perbaikan Layanan

Produk inovasi NusaEdify turut didukung oleh Ketua Prodi Bisnis Kreatif Vokasi UI Hadining Kusumastuti, S.Sos., M.Ak. Dia mengapresiasi pencapaian tim yang berhasil memperoleh dana sebesar Rp50 juta dari Program Pendanaan Inkubasi dan Akselerasi Vokasi.

“Keberhasilan NusaEdufy mendapatkan pendanaan inkubasi sebesar Rp50 juta menunjukkan bahwa ide kreatif mereka bisa diakui dan dipercaya untuk diwujudkan menjadi solusi nyata. Mereka berhasil memadukan pendidikan, teknologi, dan budaya menjadi inovasi yang relevan dan berdampak. Kami sangat bangga karena karya ini sejalan dengan misi UI dalam mendukung lahirnya innovator muda yang membawa perubahan positif bagi masyarakat,” ungkap Hadining.

Aplikasi program NusaEdufy dapat diakses melalui tautan https://www.nusaedufy.com/. (***)

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image