Kongres ARSPTN, Siap Dukung Penuh Akselerasi Pendidikan Dokter Spesialis dan Riset Hilirisasi Kesehatan

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Asosiasi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (ARSPTN) menggelar Kongres Nasional yang ke 6 di Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta selama dua hari, Jumat-Sabtu 3-4 Oktober 2025.
Kongres juga membahas konstribusi dalam peningkatan mutu pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan.
Ketua Umum ARSPTN, Prof. Dr. Nasronudin, menyatakan komitmen penuh seluruh Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Perguruan Tinggi Negeri (RSGM PTN) di Indonesia untuk mendukung dua program strategis nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Baca juga: Operasi Pencarian Korban Runtuhnya Ponpes Al-Khoziny: 118 Orang Ditemukan, 58 Masih Dicari
"Kami menyoroti berbagai tantangan dan potensi yang dimiliki oleh rumah sakit di bawah naungan perguruan tinggi," ujar Prof. Nasronudin.
Akselerasi Dokter Spesialis Jadi Prioritas Utama
Prof. Nasronudin menyoroti akselerasi pendidikan dokter spesialis 1 dan dokter spesialis 2 sebagai program nasional utama yang harus didukung.
Mengutip data Menteri pada 22 Juli 2025, Indonesia masih menghadapi kekurangan sekitar 70 ribu dokter dalam satu dekade ke depan, atau setara dengan kebutuhan 7.000 dokter spesialis setiap tahunnya.
"Ini menjadi pekerjaan rumah kami, Pemerintah, tetapi ini pekerjaan rumah juga bagi kami di RSBTN, RSGBTN, untuk bisa mendukung dan menyelesaikan program-program tersebut," jelasnya.
Baca juga: Catatan Cak AT: Kolonialisme Digital (1)
Untuk itu, RSPTN/RSGM PTN sudah mulai bergerak cepat, termasuk di Universitas Airlangga (UNAIR) di mana Prof. Nasronudin juga menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Satgas.
Langkah konkret yang diambil adalah membangun kolaborasi antar institusi perguruan tinggi serta penjajakan dengan 15 rumah sakit di Jawa Timur.
Ajakan untuk melakukan hal serupa juga disampaikan kepada seluruh direktur RSPTN/RSGM PTN se-Indonesia.
Mendukung Konversi Sinematografi Industri (KSI) dan Riset Hilirisasi
Program strategis kedua yang disoroti adalah Konversi Sinematografi Industri (KSI), yang dicanangkan dan diresmikan oleh Presiden Prabowo pada 8 Agustus 2025 di ITB.
Baca juga: 44 Kapal Pengangkut Bantuan ke Gaza Ditahan Tentara Israel
Prof. Nasronudin menegaskan bahwa seluruh RSPTN/RSGM PTN siap mendukung penuh program ini, khususnya dalam peran riset yang sangat penting.
"Bapak Menteri telah mencanangkan ada dua riset yang harus kita sukseskan, yaitu riset dasar dan riset terhilirisasi," tegasnya.
Terkait riset dasar, ARSPTN mendorong peningkatan kinerja dan perluasan kolaborasi untuk menghasilkan tiga produk akademis: publikasi, hak kekayaan intelektual (HKI), dan materi ajar. Khusus untuk publikasi, kolaborasi internasional didorong untuk meningkatkan dampaknya.
Sementara itu, untuk riset terhilirisasi, kolaborasi dengan industri nasional ditekankan. Targetnya adalah berkontribusi pada kemandirian Indonesia di bidang kesehatan, terutama dalam penyediaan alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan, mengingat saat ini 93% alkes dan obat-obatan masih diimpor.
Baca juga: Daur Ulang Sambil Berakhir Pekan: AQUVIVA Hadirkan RVM di Living World Alam Sutera
Revitalisasi RSPTN dan Harapan Menjadi Rumah Sakit Internasional
Lebih lanjut, Prof. Nasronudin menyebut bahwa Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) pada hakikatnya adalah "harta karun" yang perannya harus dioptimalkan.
Terutama bagi RSPTN yang sudah berstatus Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), mereka didorong untuk melaksanakan layanan unggulan, pendidikan medis berbasis pelayanan, dan penelitian berbasis pelayanan (misalnya, pelayanan robotik dan stem cell).
Terakhir, ARSPTN menaruh harapan besar pada program revitalisasi RSPTN dari pemerintah. Merujuk pada harapan Presiden Prabowo untuk merealisasikan pembangunan 58 rumah sakit di daerah 3T dan terbangunnya 500 rumah sakit unggul berstatus paripurna pada akhir tahun 2026, RSPTN sangat membutuhkan bantuan kelengkapan peralatan dan bantuan fisik bagi yang masih berstatus Satuan Kerja (Saker).
Baca juga: Fuel Terminal Labuan Bajo Diresmikan, Ketahanan Energi di Indonesia Timur Diperkuat
Dengan dukungan SDM yang unggul dan terlatih, Prof. Nasronudin berharap dari 40 RSPTN/RSGM PTN yang ada, pemerintah dapat membantu agar rumah sakit tersebut dapat diangkat menjadi rumah sakit berkualifikasi internasional, unggul, dan berstrata paripurna.
"Dengan tercapai rumah sakit unggul internasional paripurna tadi, maka pergerakan masyarakat Indonesia yang mencari pengobatan ke luar negeri, saya kira tidak perlu terjadi," harapnya. Ia juga menyinggung potensi penghematan dana sekitar 187 triliun rupiah per tahun yang saat ini mengalir ke luar negeri untuk pengobatan.
Sebagai penutup, ARSPTN memohon dukungan berupa mandat akselerasi dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menekankan pentingnya regulasi yang mengikuti akselerasi, bukan sebaliknya, demi tercapainya target-target program nasional dengan lebih cepat.
"Perlu sinergisitas untuk peningkatan daya saing dalam mewujudkan pelayanan unggulan," terang Prof Brian yang merupakan Guru Besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. (***)