FK UI Dorong Peran Remaja Sebagai Agen Perubahan dalam Pencegahan Tengkes

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Mahasiswa dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) mendorong peran para remaja untuk bertindak sebagai agen perubahan dalam mencegah tengkes (stunting) pada anak-anak di Indonesia.
Tim pengabdian masyarakat dari FK UI menilai usia remaja berada pada titik strategis karena nantinya mereka akan menjadi orang tua. Selain itu, remaja memiliki pengaruh sebaya (peer influence) dan kemampuan lebih baik dalam memanfaatkan teknologi, di mana beragam informasi penting terkait pencegahan stunting dapat tersiar dengan lebih cepat dan luas.
Salah satu upaya FK UI dalam menggaungkan peran remaja sebagai agen perubahan dalam pencegahan tengkes itu dilakukan dengan menggelar kegiatan bertema “Remaja Sehat, Generasi Kuat: Remaja Sebagai Agen Perubahan dalam Pencegahan Stunting” di SMKN 38 Karet Tengsin, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI dr. Vivian Soetikno, Sp.FK. menekankan pentingnya peran remaja dalam gerakan pencegahan tengkes.
Baca juga: Metrologi Legal Laksanakan RET dengan Disdagin Depok
“Remaja adalah generasi penerus. Dengan bekal pemahaman kesehatan yang kuat dan kreativitas yang tinggi, mereka dapat membantu keluarga serta masyarakat hidup lebih sehat, sekaligus menjadi garda terdepan dalam mencegah stunting,” kata dr. Vivian dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (25/10/2025).
Dalam kegiatan tersebut, Departemen Farmakologi dan Terapeutik bersama Program Studi Spesialis Farmakologi Klinik FK UI memberikan edukasi dan penambahan wawasan seputar tengkes kepada siswa-siswi SMKN 38, dengan tujuan pemahaman remaja terhadap stunting dapat semakin meningkat.
Dengan diikuti lebih dari 100 peserta, yang merupakan siswa dan guru SMKN 38 Jakarta, mereka mendapat edukasi tentang penggunaan vitamin, pemilihan suplemen yang tepat, dan pemahaman mengenai kosmetik yang aman bagi remaja.
Baca juga: Dinas PUPR Depok Tambah 3 Titik Bak Kontrol untuk Memudahkan Normalisasi Kali Cabang Timur
Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat itu dikemas menarik melalui penyuluhan, diskusi interaktif, permainan edukatif, hingga lomba pembuatan konten digital di media sosial.
Pemilihan SMKN 38 Jakarta sebagai mitra kegiatan itu karena sekolah tersebut memiliki siswa siswi kreatif, termasuk Jurusan Tata Boga yang kerap menghasilkan karya inovatif di bidang pengolahan makanan sehat.
Melalui kreativitas dan keterampilan yang dimiliki, diharapkan para siswa dapat menjadi perpanjangan tangan dalam gerakan “Remaja Sehat, Generasi Kuat”.
Staf pengajar Departemen Farmakologi dan Terapeutik Dr. dr. Dewi Selvina Rosdiana, M.Kes. menjelaskan tengkes merupakan kondisi ketika anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis.
Baca juga: Dorong Kota Hijau Berkelanjutan, PLN Icon Plus Wujudkan Vertical Garden di Cibeunying Kidul
Untuk mencegah tengkes, lanjut dr. Dewi, kecukupan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (zat besi, kalsium, vitamin, dan mineral lainnya) menjadi kunci pencegahan.
“Pada usia remaja, pemenuhan gizi seimbang sangat bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kognitif, imunitas, kesehatan tulang, mengejar pertumbuhan yang terhambat, serta memutus rantai stunting antar-generasi. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui konsumsi gizi seimbang, penggunaan garam beryodium, paparan sinar matahari pagi, serta menghindari makanan instan dan junk food,” jelas dr. Dewi.
Kemudian, dosen Departemen Farmakologi dan Terapeutik Dr. dr. Anggi Gayatri, Sp.FK bersama dua peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Farmakologi Klinik FK UI, dr. Anggraeni dan dr. Syahrendra, menjelaskan pentingnya penggunaan vitamin dan suplemen secara tepat.
Dr. Anggi menegaskan bahwa suplemen bukanlah pengganti makanan bergizi, melainkan berfungsi melengkapi kebutuhan zat gizi pada kondisi tertentu.
Baca juga: DPR Nilai Kinerja Bareskrim-BNN Nyaris Sempurna, Ini Nilainya
“Setiap individu sebaiknya mengutamakan gizi seimbang dari makanan sehari-hari. Suplemen hanya diperlukan pada kelompok berisiko atau ketika dianjurkan oleh tenaga kesehatan,” jelasnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Pengabdian dan Inovasi Sosial (DPIS) Universitas Indonesia melalui skema Hibah Pengmas Dosen.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FK UI Prof. Dr. Melva Louisa, S.Si., M.Biomed. berharap program tersebut dapat bersifat berkelanjutan.
“Kami berharap edukasi kesehatan, khususnya pencegahan stunting, dapat menjangkau kalangan yang lebih luas melalui media digital yang diprakarsai oleh generasi muda,” kata dr. Melva.
Baca juga: Bahlil Naikkan Tunjangan Kinerja ASN ESDM Sebesar 100 Persen
Kepala SMKN 38 Jakarta, Ida Saidah, M.Pd. mengapresiasi kegiatan pengabdian masyarakat tersebut.
“Terima kasih kami ucapkan kepada FK UI, terutama kepada Tim Pengmas Departemen dan Prodi Farmakologi Klinik. Edukasi semacam ini penting untuk membekali murid-murid kami dengan pengetahuan kesehatan yang benar, sehingga mereka bisa menjadi duta kesehatan, setidaknya di lingkungan keluarga masing-masing,” ungkap Ida.
Dekan FK UI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB turut mengapresiasi kegiatan ini. Dia mengatakan FK UI berkomitmen untuk terus hadir di tengah masyarakat melalui kegiatan edukasi dan pengabdian.
“Upaya pencegahan stunting tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan, tetapi juga perlu melibatkan generasi muda yang akan menjadi motor perubahan di masyarakat. Melalui kolaborasi seperti ini. FK UI ingin memastikan pengetahuan kesehatan yang lahir dari ruang akademik dapat diterjemahkan menjadi gerakan nyata yang membawa dampak luas bagi keluarga, sekolah, dan bangsa,” papar Prof. Ari Fahrial.
Baca juga: Donald Trump Ngumpul dengan Pemimpin ASEAN di Kuala Lumpur
Dalam kegiatan itu juga dilakukan lomba konten TikTok bertema “Kreatif Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat!”.
Melalui lomba itu, siswa siswi diajak untuk menyampaikan kembali pesan edukatif dengan cara yang kreatif, relevan, dan dekat dengan keseharian mereka.
Video berdurasi 60-90 detik yang dibuat secara individu maupun kelompok dapat menjadi sarana untuk menyalurkan ide, sekaligus memperkuat pemahaman bahwa pencegahan stunting adalah tanggung jawab bersama yang bisa dimulai sejak remaja. (***)
