Home > Kolom

Ketika Doa Menggerakkan Takdir

Resep rahasianya? Hanya satu kata: Istighfar.
Ketika Doa Menggerakkan Takdir, penulis: Bobby Sumantri. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Ketika Doa Menggerakkan Takdir, penulis: Bobby Sumantri. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Salah satu kunci mendapatkan semua yang kita inginkan. Pernahkah Anda sampai pada satu titik di mana rasanya semua jurus bisnis sudah dipakai?

Analisis SWOT, digital marketing, banting harga, inovasi produk, lembur sampai pagi... tapi hasilnya begitu-begitu saja. Rasanya seperti mendorong tembok besar. Lelah, frustrasi, dan mulai bertanya-tanya, "Apa yang salah, ya?"

Jika Anda sedang merasakan ini, mari kita rehat sejenak dari buku-buku strategi. Saya ingin mengajak Anda menengok sebuah "dapur" sederhana milik seorang tukang roti dari masa lalu, yang resepnya mungkin jauh lebih dahsyat dari strategi bisnis manapun.

Baca juga: Catatan Cak AT: Katalog Impor MBG (3)

Resep rahasianya? Hanya satu kata: Istighfar.

Terdengar terlalu sederhana untuk masalah bisnis yang rumit? Tunggu dulu. Simak kisah luar biasa ini.

Ketika Doa Menggerakkan Takdir: Kisah Tukang Roti & Imam Ahmad

Alkisah, ada seorang pembuat roti yang tangannya tak pernah berhenti bekerja, dan lisannya tak pernah lelah beristighfar. Sambil ia menguleni adonan, "Astaghfirullah."

Saat ia membentuk roti, "Astaghfirullah." Ketika ia memasukkannya ke tungku panas, "Astaghfirullah." Itu adalah musik pengiring kerjanya, napas dari setiap usahanya.

Baca juga: Kelompok Musik Etnik Ki Ageng Ganjur akan Tampil di Festival Musik Asia Pasifik di Fujian China

Suatu malam, seorang musafir terhormat, Imam Ahmad bin Hanbal, terdampar di kota itu. Beliau dilarang menginap di masjid dan kebingungan di tengah malam.

Si tukang roti yang baik hati ini melihatnya, lalu mengajaknya singgah di kedainya yang hangat.

Imam Ahmad memperhatikan kebiasaan si tukang roti yang tak henti-hentinya beristighfar. Beliau bertanya, "Sudah berapa lama engkau seperti ini?

Dan, apa yang kau dapatkan dari amalanmu itu?"

Dengan senyum tulus, tukang roti itu menjawab, "Seumur hidupku. Dan buahnya?

Baca juga: Apa itu Keloid? Penyebab, Penanganan serta Cara Mencegahnya

Demi Allah, tak ada satu pun doa yang kuminta, kecuali Allah kabulkan. Semua...!" Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "...kecuali satu saja."

"Doa apa itu?" tanya Imam Ahmad, semakin penasaran.

"Aku sangat ingin bertemu dengan ulama besar yang namanya begitu harum, Imam Ahmad bin Hanbal."

Imam Ahmad langsung terperanjat, seluruh lelahnya seakan sirna. Ia bertakbir, "Allahu Akbar! Doamu tidak hanya terkabul. Lihatlah, Allah telah 'menyeret' Ahmad bin Hanbal ini dari negerinya, membuatnya diusir dari masjid, hanya agar ia bisa datang dan duduk di hadapanmu malam ini!"

Baca juga: Rencana Skema Baru Antrean Haji Butuh Strategi Pendukung Menyeluruh, Transparan, dan Berorientasi Perlindungan Jemaah

Bayangkan perasaan si tukang roti. Doa yang ia anggap paling mustahil, ternyata dijawab dengan skenario yang tak pernah ia duga. Sang impian yang justru menjemputnya.

Oke, Kisahnya Keren. Tapi Apa Hubungannya dengan Omzet & Klien Saya?

Inilah bagian terpentingnya. Kisah ini bukan dongeng, tapi sebuah cetak biru spiritual untuk bisnis kita. Mari kita bedah "resep" ini untuk dapur bisnis kita sendiri.

1. Istighfar itu "Pembersih Pipa Rezeki"

Bayangkan rezeki (klien, ide, omzet, peluang) itu seperti air yang mengalir dari sumber yang tak terbatas.

Bisnis kita adalah pipanya. Seiring waktu, pipa itu bisa berkerak. Kerak dari apa? Mungkin dari ego kita saat merasa paling hebat, dari sedikit kelalaian pada kualitas, dari kata-kata yang menyakiti tim, atau dari rasa cemas dan pesimis yang berlebihan.

Istighfar bekerja seperti declogger paling ampuh. Setiap "Astaghfirullah" yang tulus adalah upaya kita merontokkan kerak-kerak itu.

Baca juga: Sasar Ribuan Warga Depok, Dinkes Depok Gelar Active Case Finding TBC

Ia membersihkan sumbatan, sehingga aliran rezeki yang tadinya hanya menetes, bisa kembali mengalir deras. Saat merasa penjualan seret atau ide buntu, coba jangan langsung pusing cari strategi baru.

Ambil jeda, tenangkan hati, perbanyak istighfar. Siapa tahu, bukan strategi Anda yang salah, tapi "pipa"-nya yang sedang sedikit mampet.

2. Mengundang Pertolongan dari Jalur "Langit"

Si tukang roti tidak punya nomor kontak Imam Ahmad. Ia tidak mengirim proposal untuk bertemu. Ia hanya punya keyakinan dan lisan yang basah oleh istighfar. Logikanya, pertemuan itu mustahil.

Tapi kuasa Allah menembus semua logika.

Dalam bisnis, kita sering dihadapkan pada target-target "mustahil". Ingin dapat proyek tender raksasa padahal perusahaan kita masih kecil? Ingin produk kita dilirik investor besar?

Baca juga: 24 SPBU Pertamina Hadir Hingga Pelosok 3T di Sumbagsel

Kerjakan semua bagian kita di bumi sebaik mungkin. Buat proposal terbaik, sempurnakan produk, bangun jaringan. Lalu, "adon" semua usaha itu dengan istighfar.

Istighfar adalah cara kita "mengangkat telepon" ke CEO-nya langit dan berkata, "Ya Rabb, urusan di bumi sudah saya maksimalkan. Sekarang, saya serahkan 'urusan gaib'-nya pada-Mu."

Jangan kaget jika tiba-tiba ada orang yang merekomendasikan Anda, atau ada pintu yang terbuka dari arah yang tak pernah Anda perhitungkan.

3. Bukan Sekadar Kata, Tapi Perubahan Mindset

Yang paling fundamental, istighfar membentuk ulang mindset kita. Dari seorang pebisnis yang sombong dan merasa "semua karena kerja kerasku", menjadi pebisnis yang rendah hati dan sadar bahwa ada kekuatan lebih besar yang mengatur segalanya.

Baca juga: Dukung Kawasan Industri Hijau, PLN Dirikan SPKLU di Kawasan Berikat Nusantara Cakung

Kerendahan hati ini membuat kita lebih bisa menerima masukan, lebih kuat saat menghadapi kegagalan (karena tahu ini bukan akhir segalanya), dan lebih tenang dalam mengambil keputusan. Ketenangan adalah aset paling mahal bagi seorang pemimpin bisnis. Dan ketenangan itu lahir dari hati yang senantiasa terhubung dan memohon ampun kepada-Nya.

Bagaimana Memulainya?

Tidak perlu menunggu harus ke masjid atau menggelar sajadah. Jadikan istighfar sebagai napas bisnis Anda:

• Saat di jalan macet menuju kantor: Ganti gerutuan dengan istighfar.

• Saat menunggu laptop menyala: Ucapkan beberapa kali.

• Sebelum memulai meeting penting: Mohon ampun dan petunjuk.

• Saat menerima komplain dari pelanggan: Redam emosi dengan istighfar sebelum merespons.

Baca juga: Catatan Cak AT: Siswa Korban MBG (2)

Ingat, tukang roti itu tidak meninggalkan pekerjaannya untuk beristighfar. Ia beristighfar sambil bekerja. Ini bukan tentang mengganti usaha dengan doa, tapi melapisi setiap tetes keringat usaha kita dengan kekuatan doa.

Cobalah resep sederhana ini. Mungkin Anda akan menemukan, sama seperti si tukang roti, bahwa impian-impian bisnis yang Anda anggap paling mustahil pun bisa datang menjemput Anda dengan cara-Nya yang paling indah. (***)

Penulis: Penulis: Bobby Sumantri (Pengusaha Muda Muslim Indonesia/Pemimpin Perusahaan Media Online Ruzka Indonesia)

Image
rusdy nurdiansyah

rusdynurdiansyah69@gmail.com

× Image