Saatnya Kades Karamatwangi dan Si Meong Beraksi, Enyahkan Limbah Batok Kelapa Muda

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK – Akibat sering terjadi penumpukan sampah, didominasi limbah batok kelapa muda di beberapa titik pinggir jalan raya Garut-Pameungpeuk Provinsi Jawa Barat (Jabar) membuat miris banyak pihak.
Tak terkecuali masyarakat Kampung Cihideung, Cibuluh, Ciawi dan Cihanyawar Desa Karamatwangi, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut yang sering mendapat kiriman sampah bertumpuk di sekitar jalan raya wilayah desanya.
Masyarakat setempat merasa prihatin dengan ulah pembuang sampah limbah batok kelapa muda di pinggir jalan raya Garut – Pameungpeuk sekitar wilayah desanya.
Baca juga: Koperasi Merah Putih Akan Dikawal 8.000 Tenaga Pendamping
Sebagian wilayah Desa Karamatwangi sendiri sekira 7 KM dilalui bentangan jalan raya Pameungpeuk – Garut sepanjang 100 KM lebih.
Jarak dari desa tersebut ke Garut kota sekira 29 KM dan jarak ke Pameungpeuk, Garut Selatan sekira 72 KM.
Ironisnya, menurut warga, karena kondisi cuaca tidak memungkinkan pohon tersebut tumbuh dengan baik, di wilayah desanya tidak ada perkebunan kelapa, dan di sepanjang jalan raya wilayah desanya pun tidak ada rumah makan ataupun warung yang menjajakan buah kelapa.
Namun anehnya, hampir setiap hari di beberapa titik pinggir jalan raya sepi, jauh dari pemukiman sepanjang sekira 7 KM wilayah Desa Karamatwangi kerap didapati tumpukan karung berisi sampah limbah batok kelapa muda.
Baca juga: Polres Depok Gelar Gerakan Pangan Murah Serentak di Seluruh Polsek
Mendapati kondisi tersebut, hampir di setiap hari pula, Kepala Desa Karamatwangi, Atep Gunawan bersama warga beraksi mengangkut tumpukan sampah menggunakan “Si Meong”, sebutan warga untuk kendaraan Isuzu Fanther Pick Up tahun 1995 milik Kades Atep .
“Pernah satu hari mengangkut limbah batok kelapa muda dari beberapa titik pembuangan hingga 12 rit ke tempat pemusnahan, berjarak sekira 2 KM,” ujar Kades Atep, Sabtu (13/09/2025).
Pemusnahan limbah yang susah diurai tersebut, papar Kades Atep, dilakukan dengan cara dibakar di tempat aman, jauh dari pemukiman menggunakan alat pembakaran khusus hasil karya pemuda Cikandang dengan menggunakan oli bekas sebagai media pembakaran.
Tindakan tersebut dilakukan, ungkapnya, dalam upaya menciptakan lingkungan desa yang bersih dan rapi, termasuk di sekitar jalan raya provinsi wilayah Desa Karamatwangi. Sebab, ujarnya, kalau dibiarkan, akan sangat mengganggu keindahan dan kenyamanan.
Selain itu, kalau tidak segera diangkut dan dimusnahkan, ia khawatir tumpukan limbah batok kelapa muda tersebut tercecer dan berserakan hingga ke tengah jalan raya. “Ini tentunya membahayakan para pengguna jalan,” imbuhnya.
Terlebih jalan Garut – Pameungpeuk sendiri, terang Kades Atep sebagai jalur penyangga menuju destinasi wisata pantai unggulan di Garut Selatan yang kerap dilalui para wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Diakui Atep Gunawan, selama menjabat tiga periode dimulai tahun 2011 hingga 2025 ini, fenomena membuang sampah di tempat sepi sepanjang jalur Garut – Pameungpeuk, terutama di wilayah desanya kerap terjadi.
Sementara di desanya sendiri saat ini selain sedang gencar gencarnya melakukan pembangunan di segala sektor, termasuk membangun karakter masyarakat terhadap peningkatan kebersihan lingkungan, namun di sisi lain wilayahnya sendiri mendapat kiriman sampah dari wilayah lain.
Baca juga: Pastikan World Muslim Scout Jamboree 2025 Lancar, PLN Suplai Listrik 2.147.000 VA
Bahkan fenomena tumpukan sampah dibuang oknum tidak bertanggungjawab di pinggir jalan raya provinsi tersebut, tambah Kades Atep kerap ia lihat di beberapa titik sampai daerah perbatasan desa.
Desanya sendiri, terangnya berbatasan dengan Desa Cipangramatan Kecamatan Cikajang di sebelah utara, dengan Desa Cihurip Kecamatan Cihurip di sebelah Selatan dan di sebelah barat dengan wilayah Kecamatan Pakenjeng.
Padahal, lanjutnya, upaya penyadaran terhadap pelaku pembuang sampah yang entah dari mana asalnya tersebut, sering dilakukan melalui pemasangan papan dan baner himbauan dengan tulisan besar untuk tidak membuang sampah di tempat tersebut.
Namun disayangkan Kades Atep, upaya tersebut sia-sia. “Aksi buang sampah di jalur sepi di wilayah desanya bukannya berkurang atau berhenti, malahan papan atau banner himbauannya pun raib dalam hitungan jam,” ujarnya lirih.
Baca juga: Sah, 7.137 Orang Jadi PPPK Paruh Waktu di Pemkot Depok
Bahkan kondisi tersebut kerap memancing emosi warga. Mereka, kata Kades Atep geram terhadap aksi dan ulah oknum pembuang sampah di wilayahnya, meskipun sudah dilarang dan dihimbau berkali kali melalui papan peringatan.
Senada dengan warga Kampung Ciawi Desa Karamatwangi, Yayat (45) yang kerap berjibaku membersihkan sampah di pinggir jalan raya, ia mengharapkan para pelaku pembuang sampah agar segera bertaubat dan menghentikan aksi buang sampah sembarangan.
Limbah batok kelapa muda memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan menjadi berbagai produk bernilai tambah, misalnya briket arang untuk bahan bakar, bahan bangunan akustik, media tanam cocopeat, hingga kerajinan dan produk gaya hidup seperti alat makan dan dekorasi rumah tangga.
Meskipun memiliki sifat keras dan lambat terurai, pemanfaatan limbah ini dapat mengurangi dampak lingkungan dan menciptakan peluang ekonomi baru. (***)
Jaournalist : Ridwan