Home > Nasional

Zionis Ratakan Gaza dengan Tanah, Jurang Genosida di Palestina Tengah Menganga

Apa yang sedang terjadi di Gaza, tegas Fahira Idris, adalah praktik pembersihan etnis yang sistematis karena dijalankan melalui bom, buldoser, dan proyek politik-ekonomi dengan tujuan menghapuskan sebuah bangsa dari tanahnya sendiri.
Warga Palestina melihat kehancuran akibat serangan udara dan darat Israel, di Jalur Gaza tengah, Kamis, 4 September 2025. (Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi/Dok RUZKA INDONESIA)
Warga Palestina melihat kehancuran akibat serangan udara dan darat Israel, di Jalur Gaza tengah, Kamis, 4 September 2025. (Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi/Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA–REPUBLIKA NETWORK – Serangan udara Israel di Jalur Gaza yang telah meninggalkan jejak kehancuran yang tak terperikan mendapat kutukan Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta yang juga aktivis Bela Palestina Fahira Idris. Ribuan bangunan sipil mulai dari rumah susun, sekolah, masjid, hingga rumah sakit bahkan kamp pengungsian diratakan dengan tanah.

Senator Jakarta ini mengungkapkan, dalih zionis Israel bahwa gedung-gedung tinggi yang dihancurkan, seperti Menara Sussi dan Menara Mushtaha, digunakan Hamas sebagai pusat operasi hanya akal-akalan. Kesaksian warga dan laporan media internasional justru mengungkap bahwa bangunan tersebut dihuni ratusan keluarga pengungsi.

“Serangan terhadap gedung sipil yang jelas-jelas menjadi tempat tinggal dan perlindungan bagi masyarakat sipil menegaskan bahwa operasi ini tidak semata-mata bernuansa militer, melainkan bagian dari praktik sistematis untuk mengosongkan Gaza dari penghuninya. Ini praktik nyata pembersihan etnis. Jurang Genosida tengah menganga di Gaza,” ujar Fahira Idris di Jakarta, Ahad (07/09/2025), menanggapi serangan udara Israel ke sejumlah gedung tinggi di Gaza City dan memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi atau menghadapi ancaman kematian.

Menurut Fahira Idris, saat ini nyaris tidak ada zona pengungsian yang aman di Gaza. Wilayah al-Mawasi di Khan Younis yang semula ditetapkan Israel sebagai “zona kemanusiaan” atau tempat aman bagi pengungsi, tetapi berulang kali digempur zionis Israel. Serangan ke tenda-tenda pengungsi bahkan menewaskan anak-anak yang sedang mengantre air.

“Jika sebuah wilayah yang diumumkan sebagai zona perlindungan justru menjadi sasaran, maka logis untuk menyimpulkan bahwa tujuan utama zionis Israel adalah penghancuran, pembersihan etnis, genosida, bukan perlindungan. Ini sungguh biadab,” tukas Fahira Idris.

Serangan udara dan pengusiran paksa ini, diyakini Fahira Idris tidak berdiri sendiri karena diduga kuat terkait dengan megaproyek “Gaza Riviera” yang ingin menjadikan Gaza kota futuristik penuh gedung pencakar langit. Proyek ini pada dasarnya akan menghapus kehadiran rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri, mengganti kampung halaman yang sudah rata dengan proyek properti yang hanya menguntungkan elite politik dan bisnis.

Apa yang sedang terjadi di Gaza, tegas Fahira Idris, adalah praktik pembersihan etnis yang sistematis karena dijalankan melalui bom, buldoser, dan proyek politik-ekonomi dengan tujuan menghapuskan sebuah bangsa dari tanahnya sendiri.

“Dunia internasional tidak bisa lagi berdiam diri di tengah bencana kemanusiaan yang nyata. Sebab, membiarkan Gaza hancur berarti membiarkan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan runtuh bersama reruntuhan gedung dan harapan warga Gaza,” pungkas Fahira Idris. (***)

× Image