Home > Info Kampus

Pelatihan Membatik Motif Batik Depok bagi Lansia di Kampung Lio, Intervensi Budaya untuk Cegah Risiko Demensia

Namun, ini merupakan pertama kaki Kampung Lio mendapatkan pelatihan membatik dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
Pengmas UI gelar Intervensi Budaya pada Kelompok Lansia di Kampung Lio dalam Upaya Mencegah Risiko Demensia melalui Pelatihan Membatik Motif Batik Depok. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)
Pengmas UI gelar Intervensi Budaya pada Kelompok Lansia di Kampung Lio dalam Upaya Mencegah Risiko Demensia melalui Pelatihan Membatik Motif Batik Depok. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Universitas Indonesia (UI).melalui kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) menyelenggarakan program “Intervensi Budaya pada Kelompok Lansia di Kampung Lio dalam Upaya Mencegah Risiko Demensia melalui Pelatihan Membatik Motif Batik Depok.”

Kegiatan ini berlangsung di Kampung Lio, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, dan diikuti dengan antusias oleh para lanjut usia (lansia) di wilayah tersebut.

Acara dibuka dengan sambutan dari tokoh masyarakat Kampung Lio, Yusuf yang sambutannya, menyampaikan apresiasi mendalam atas kepedulian UI terhadap kesehatan lansia di tengah gempuran urbanisasi dan mobilitas tinggi di Kota Depok.

Baca juga: Catatan Cak AT: Robot di Meja Redaksi

Yusuf juga menjelaskan bahwa sebenarnya Kampung Lio sering dijadikan sebagai kawasan tempat pengabdian masyarakat dari berbagai kampus.

Namun, ini merupakan pertama kaki Kampung Lio mendapatkan pelatihan membatik dalam kegiatan pengabdian masyarakat.

“Bagi kami, kegiatan ini bukan hanya pelatihan membatik, tetapi juga ruang kebersamaan yang menguatkan ikatan sosial di antara warga. Lansia merasa dihargai dan diberdayakan, bukan ditinggalkan,” ujar Yusuf dalam keterangan yang diterima, Ahad (07/09/2025).

Baca juga: Fjall Green Tech Perkenalkan Hunian Ramah Lingkungan dengan Harga Terjangkau

Para peserta, yang sebagian besar merupakan kelompok lansia di Kampung Lio, menunjukkan semangat tinggi dalam mengikuti pelatihan.

Sebelum pelatihan dimulai, Ratna Septiana Wulandari, pemilik Ratna Batik and Craft sekaligus perajin batik Depok, menjelaskan sejarah batik dan adanya kegiatan membatik di Depok. Kegiatan membatik Depok diinisiasi oleh Nur Azizah Tamhid, istri dari Wali Kota Depok periode 2005-2015, Nur Mahmudi.

Ratna memulai bisnis batik sejak 2015. Ia diminta oleh Pemerintah Kota (Pemkot).Depok untuk menciptakan motif khas Depok untuk mengangkat nama kota tersebut.

Setelah melakukan riset dengan berkeliling kota Depok, Ratna membuat kreasi motif batik Depok, yakni Gong Si Bolong.

Baca juga: Waspadai Penyakit Menular Campak, Ini Gejalanya

"Motif Gong Si Bolong ini sebenarnya simbol ikonik kota Depok, yang ada di Tanah Baru, Depok. Banyak orang Depok belum mengenal Gong Si Bolong ini" jelas Bu Ratna.

Selain motif Gong Si Bolong, ada motif lain yang dikreasikannya dari unsur-unsur budaya masyarakat kota Depok. Salah satu motif diangkat dari kesenian Betawi, yaitu motif topeng Cisalak.

Ratna juga menemukan Benggol, mata uang zaman Belanda, yang dijadikan motif. Ada juga motif yang diambil dari Tugu Sawangan, yaitu sebuah tugu bersejarah yang terletak di tepi Jalan Muctar Raya, Sawangan, Kota Depok. Tugu Sawangan ini merupakan simbol sejarah perjuangan masyarakat Sawangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari sekutu.

Baca juga: Tunjangan Perumahan Dihapus, Kini Gaji Anggota DPR Rp65 Juta per Bulan

“Inilah keistimewaan batik Depok yang dikembangkan oleh Ratna Batik and Craft,” ujar Ade Solihat, inisiator program pengmas ini.

“keempat motif yang dikreasikan oleh Bu Ratna merupakan simbol sejarah dan budaya Kota Depok,” jelas Ade.

"Sebenarnya telah ada motif yang menonjolkan kekayaan alam kota Depok, antara lain: motif ikan memphis, motif belimbing dewa, dan masih banyak lagi,” lanjut Ade.

Baca juga: Catatan Cak AT: Bulan Berdarah

Kampung Lio sebagai Urban Village dan Tantangan Lansia

Kampung Lio, yang terletak tidak jauh dari UI dan Stasiun Depok Baru, dikenal sebagai urban village yang memang bernuansa kampung dengan ikatan sosial yang kuat.

Namun, posisinya yang strategis membuat wilayah ini menjadi buffer sosial dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, termasuk jumlah lansia yang signifikan.

Indonesia pada saat ini menghadapi tren penuaan populasi. Seiring meningkatnya angka harapan hidup, jumlah lansia di Kota Depok juga terus bertambah.

Baca juga: UI Sahkan Agus-Bintang Sebagai Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2025

“Sayangnya, lansia sering dipandang sebagai kelompok yang tidak lagi perlu beraktivitas. Pandangan ini keliru, sebab justru lansia perlu difasilitasi untuk tetap aktif melalui kegiatan yang merangsang kognitif dan motorik, seperti membatik, agar kualitas hidup mereka tetap terjaga,” demikian diuraikan oleh Gina Najjah Hajidah, selaku Ketua Pengmas UI.

Lebih lanjut Gina menjelaskan. “Kondisi ini mendorong perlu adanya inovasi dalam menjaga kualitas hidup lansia, agar mereka tidak hanya panjang umur, tetapi juga sehat, mandiri, dan produktif. Dengan dasar pemikiran itulah, kegiatan pengmas membatik di Kampung Lio ini digagas, bukan hanya bertujuan melatih keterampilan, tetapi juga diarahkan untuk mencegah risiko demensia.”

Intervensi Budaya untuk Cegah Demensia

Aktivitas membatik berfungsi sebagai stimulasi kognitif dan motorik, yang menurut penelitian neuropsikologi dapat membantu mempertahankan fungsi otak.

Baca juga: Mengenal Desa Kasokandel: Jejak Arya Salingsingan, Makam Buyut, hingga Tradisi Ujungan

Kegiatan seni dan kerajinan tangan yang melibatkan koordinasi tangan-mata, konsentrasi, serta memori kerja terbukti dapat memperkuat neuroplasticity, yaitu kemampuan otak membentuk koneksi saraf baru.

Dengan demikian, keterlibatan dalam aktivitas kreatif seperti membatik dapat menjadi salah satu bentuk cognitive reserve yang berperan penting dalam menunda penurunan fungsi otak dan menurunkan risiko demensia pada lansia.

Ayu, salah satu peserta pelatihan membatik, memang mengalami satu perasaan yang menenangkan.

“Membatik membutuhkan konsentrasi, koordinasi tangan-mata, juga perasaan,” kata Ayu.

Baca juga: Catatan Cak AT: Jaksa Menggali, Saksi Menyangkal

Keseluruhan Ibu-Ibu yang hadir dan mendapatkan pelatihan membatik hari itu merasakan hal yang sama dan sangat ingin kegiatan ini dilanjutkan. Pelatihan yang berlangsung pada Rabu, 27 Agustus 2025, memang hanya mempraktikkan membatik di media yang kecil, yaitu di atas tas berbahan canvas.

Ratna berjanji akan meneruskan kegiatan ini pada kesempatan lainnya. Hasil karya dari pelatihan dikumpulkan dan dikurasi untuk dipamerkan. Harapan Ratna, keseriusan ibu-ibu Kampung Lio akan menambah jumlah pembatik Depok.

Kegiatan ini semoga dapat menjadi model intervensi berbasis budaya dalam upaya pencegahan demensia, yang bisa direplikasi di wilayah perkotaan lain dengan karakteristik serupa, demikian harapan Ade Solihat, akademisi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI dan pemerhati Batik Depok. (***)

× Image