Pagelaran Malam Dzikir Puisi Makara Art Center UI Dihadiri Menteri Kebudayaan

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) kembali menjadi saksi perhelatan seni yang sarat makna melalui acara “Malam Dzikir Puisi” yang digelar oleh Teater Sastra Universitas Indonesia (UI), Sabtu malam (23/08/2025).
Acara yang berlangsung sejak pukul 19.00 hingga 22.30 WIB ini berhasil menghadirkan perpaduan religiusitas dan nasionalisme melalui pembacaan dan musikalisasi puisi bertema ketuhanan dan kebangsaan, dengan melibatkan alumni UI lintas generasi—mulai dari angkatan 1970-an hingga 2020-an.
Suasana hangat dan penuh kekhusyukan tercipta sejak awal acara. Yudhi Soenarto, pendiri dan artistic director Teater Sastra UI mengawali acara ini berhasil mengangkat suasana menjadi khidmat, syahdu dan menggetarkan hati dengan puisi berjudul “Doa Malam”.
Baca juga: Puncak Hari Kemerdekaan, Pasha Ungu Sukses Hibur Warga Depok
Yudhi Soenarto, doktor seni pertunjukan yang juga inisiator acara ini, menyatakan bahwa “Puisi adalah cara yang beradab untuk menyampaikan pikiran dan perasaan.”
Deretan alumni, yang telah dikenal sebagai penyair dan seniman intelektual, di antaranya Linda Djalil, Neno Warisman, Indrajaya Piliang, Ramdansyah, Ahmad Fahruroji, Irwan Jamaluddin, Ali Sonhaj dan Yahya Andisaputra, tampil membawakan puisi-puisi karya mereka yang dipadukan dengan lantunan musik sederhana namun menyentuh, menciptakan nuansa perenungan yang mendalam.
Politisi Sayuti Asyathrie dan aktivis Ishak Rafick memperkokoh bangunan suasana dengan penyampaian gagasan dan harapan mereka tentang pentingnya membangun kebudayaan agar masyarakat Indonesia menjadi adil dan beradab.
Baca juga: Catatan Cak AT: Lagu Open Source
Orkestra angklung Mawar Merah Putih Indonesia, kelompok Swara SeadaNya, D’Yello dan Ahmad Munjid melengkapi acara ini dengan lantunan lagu-lagu kebangsaan dan musikalisasi puisi yang apik dan menarik.
Hadir dalam acara ini Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Wakil Rektor I UI, Dekan FIB UI, dan sejumlah guru besar dari berbagai fakultas, juga tokoh-tokoh dan aktivis nasional seperti Refly Harun dan Roy Suryo.
Kehadiran mereka menunjukkan bahwa seni, khususnya puisi, mampu menyatukan berbagai kalangan dalam semangat kebudayaan dan spiritualitas.
Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon, M.Sc. memberikan apresiasi khusus terhadap penyelenggaraan acara ini.
Baca juga: Senator Jakarta Tanggapi Keinginan Gubernur Pramono Hidupkan Kembali Pasar Tanah Abang
Fadli Zon menyampaikan bahwa ia juga anggota Teater Sastra UI dan telah akrab dengan puisi bahkan sejak kanak-kanak.
“Teater Sastra UI telah memberi teladan bagaimana seni dapat menjaga nilai-nilai religius sekaligus memperkuat identitas kebangsaan. Tradisi ini perlu terus dijaga dan dikembangkan.”
Wakil Rektor I UI, Prof. Ir. Mahmud Sudibandriyo, Ph.D., yang membacakan sambutan Rektor yang berhalangan hadir, menyatakan “Saya menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada kelompok Teater Sastra UI, mas Yudhi Soenarto yang telah merintis dan membangun teater ini sejak masih berstatus mahasiswa, para alumni angkatan 70-an, 80-an sampai 2000-an yang akan tampil di panggung ini.”
Rektor UI, yang berasal dari Fakultas Teknik kemudian menegaskan bahwa sebenarnya sastra dan teknik bukanlah dua kutub yang bertentangan.
“Justru, keduanya saling melengkapi. Teknik mengajarkan ketelitian, sastra mengajarkan kepekaan.”
Refly Harun, yang tampil sebagai bintang tamu, menyatakan, “Saya tidak bisa membaca puisi, tapi saya terpanggil untuk ikut membaca puisi.” Roy Suryo, yang kemudian menyusul ke panggung, juga tidak mau ketinggalan untuk membacakan puisinya.
Acara yang penuh haru ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh para mahasiswa, dan kelompok rebana Hadrat Kei.
Tepuk tangan panjang dari penonton yang bertahan hingga akhir acara menjadi penanda bahwa “Malam Dzikir Puisi” bukan sekadar pergelaran seni, melainkan peristiwa kebudayaan dan perayaan spiritualitas, kebangsaan dan persaudaraan. (***)