Home > Nasional

Senator Jakarta Tanggapi Keinginan Gubernur Pramono Hidupkan Kembali Pasar Tanah Abang

Pemprov perlu membentuk semacam Badan Revitalisasi Tanah Abang yang berfungsi sebagai think tank sekaligus pelaksana koordinasi.
Kondisi penjualan pakaian di Pasar Tanah Abang Jakarta, Senin (28/07/2025), terpantau sepi. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)
Kondisi penjualan pakaian di Pasar Tanah Abang Jakarta, Senin (28/07/2025), terpantau sepi. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA—REPUBLIKA NETWORK — Langkah Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang akan menghidupkan kembali Pasar Tanah Abang disambut baik dan didukung Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris. Sebagai pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara, Pasar Tanah Abang bukan sekadar ruang ekonomi, melainkan juga ikon sejarah perdagangan Jakarta.

Namun, harus diakui tantangan besar membayang mulai dari persaingan ketat dengan e-commerce, menurunnya daya beli, serta citra pasar yang mulai ditinggalkan generasi muda.

Senator Jakarta ini mengungkapkan, digitalisasi memang langkah penting, seperti penggunaan QRIS yang meningkat signifikan. Namun, revitalisasi Tanah Abang harus melampaui sekadar aplikasi pembayaran.

Dibutuhkan transformasi ekosistem pasar yang menggabungkan teknologi, kenyamanan, identitas budaya, dan integrasi urban.

“Menghidupkan kembali Pasar Tanah Abang bukanlah sekadar nostalgia masa kejayaan, tetapi peluang untuk membangun ekosistem perdagangan baru yaitu pasar yang berakar pada tradisi grosir, tetapi tampil modern, digital, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Fahira Idris dalam keterangannya kepada RUZKA INDONESIA, Sabtu (23/08/2025).

Menurut Fahira Idris, setidaknya ada enam strategi yang bisa ditempuh untuk menggeliatkan kembali Pasar Tanah Abang. Di antaranya hybridisasi pasar di mana Pasar Tanah Abang, kata Fahira Idris, sebaiknya tidak diposisikan sebagai pesaing e-commerce, melainkan mitra.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan PD Pasar Jaya dapat membangun platform e-commerce khusus Tanah Abang yang menghubungkan pedagang langsung dengan konsumen, baik grosir maupun retail. “Penjual yang kurang melek teknologi bisa difasilitasi lewat pusat logistik bersama dan tim kreator konten resmi pasar, sehingga pedagang kecil tidak kalah dengan penjual daring bermodal besar. Strategi ini memungkinkan Tanah Abang tetap menjadi etalase fisik sekaligus toko digital kolektif,” jelas Fahira Idris.

Demikian pula dengan revitalisasi fisik dan pengalaman pengunjung di mana momen belanja di Pasar Tanah Abang harus kembali menjadi pengalaman khas. Revitalisasi bukan hanya fisik, melainkan menghadirkan kenyamanan setara mal mulai dari pendingin ruangan di zona tertentu, jalur pedestrian yang ramah disabilitas, area pameran mode, hingga food street tematik Jakarta.

Pengalaman ini dapat menarik kembali generasi muda yang kini lebih memilih mal atau belanja daring.

Lalu soal integrasi transportasi publik agar pasar tidak akan hidup tanpa akses yang mudah dan terintegrasi. Kolaborasi dengan Transjakarta yang menargetkan seluruh pasar terhubung ke rute bus harus diprioritaskan untuk Tanah Abang.

Kehadiran halte modern, integrasi dengan KRL, MRT, serta ojol hub akan mengurangi kemacetan sekaligus membuat pengunjung lebih nyaman datang.

Sementara festival ekonomi kreatif dan wisata belanja, Fahira Idris mengusulkan, Pasar Tanah Abang juga menjadi destinasi wisata urban dengan semarak festival mode tahunan, pasar kreatif Ramadan, hingga kolaborasi dengan desainer muda bisa memperkuat citra Tanah Abang sebagai pusat tren, bukan sekadar pusat grosir. Wisatawan asing yang datang ke Jakarta akan punya alasan menjadikan Tanah Abang sebagai tujuan utama.

Terkait keberlanjutan dan inovasi hijau, bisa mengikuti jejak revitalisasi pasar lain seperti penggunaan panel surya dan sistem pengolahan sampah mandiri akan memberi identitas baru yaitu Pasar Tanah Abang sebagai pasar hijau pertama di Asia Tenggara. Identitas ini tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga menaikkan citra di mata investor dan konsumen global.

Selain itu kolaborasi multipihak agar revitalisasi ini tidak bisa hanya ditopang Pemprov DKI Jakarta. Dibutuhkan keterlibatan pedagang, asosiasi UMKM, startup logistik, bank daerah, hingga komunitas kreatif.

Pemprov perlu membentuk semacam Badan Revitalisasi Tanah Abang yang berfungsi sebagai think tank sekaligus pelaksana koordinasi.

“Jika strategi ini dijalankan, Tanah Abang bukan hanya akan ‘bergigi’ lagi, tetapi juga menjadi model kebangkitan pasar rakyat di era visi Jakarta sebagai kota global,” tandas Fahira Idris. (***)

× Image