MAC UI, Komoenitas Makara dan Urban Spritual Indonesia Kumandangkan Kidung Nusantara

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) bersama Komoenitas Makara dan Urban Spiritual Indonesia menggelar acara Majelis Nyala Purnama untuk yang ke-2 kalinya di selasar gedung Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) pada Kamis (12/06/2025) malam.
Majelis Nyala Purnama kali ini mengambil tema: “Kidung Nusantara”. Dalam masyarakat Nusantara, kidung yang berbentuk tembang atau syair yang dinyanyikan sering digunakan dalam konteks upacara adat dan agama.
Kidung biasanya memiliki fungsi untuk memuji Tuhan, melukiskan keagungan-Nya, memohon karunia, dan menyebarkan kebaikan.
Baca juga: Kegiatan Statistik Sektoral 2025, Diskominfo Depok Perkuat Tata Kelola Data
Adapun pada acara kali ini kidung yang dikumandangkan oleh para seniman yang tampil seluruhnya berbahasa daerah khas Nusantara, seperti Jawa, Sunda, Batak, Bali, Banjar, juga Betawi.
Majelis Nyala Purnama kali ini diisi oleh sejumlah penampil dari seniman, budayawan, juga akademisi, di antaranya: Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, Prof. Dr. Bagus Takwin, Dr. Turita Indah Setyani, Dr. Ari Prasetiyo, Fitra Manan, SHAE, Dr. Alfian Siagian, Swara SeadaNya, Ki Fakih Trisera, Willy Ana, Tora Kundera, Dr. I Made Suparta.
Mereka mengisi sejumlah sesi pementasan di dalam acara tersebut seperti Ngaji Budaya, Musik, Puisi, Tari, dan Meditasi di bawah Cahaya sinar bulan purnama.
Baca juga: Politisi PSI Samakan Jokowi dengan Nabi, Jamiluddin Ritonga: Perlu Dicek Kesehatannya
"Nusantara adalah negeri yang kaya literasi. Ribuan naskah karya para resi, pujangga keraton, dan ulama Nusantara adalah warisan literasi yang layak digali dan dikembangkan. Kidung Nusantara merupakan bagian dari karya literasi yang tidak hanya menjadi sumber pengetahuan tapi juga media healing jasmani dan rohani sekaligus sarana terapi fisik dan mental," jelas Kepala MAC UI sekaligus Pembina Komoenitas Makara Dr. Ngatawi Al Zastrouw dalam keterangan yang diterima, Jumat (13/05/2025).
Kidung Nusantara menjadi cerminan jiwa bangsa yang kaya akan estetika dan filosofi. Dari untaian macapat yang menenangkan jiwa, hingga irama pupuh yang mengalunkan kisah leluhur yang sarat makna sebagai penuntun budi pekerti.
"Memperkenalkan kembali kepada khalayak luas adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa kita tidak kehilangan arah di tengah arus modernisasi. Mari kita lantunkan kembali, pelajari kembali, dan cintai kembali warisan adiluhung ini," jelas Ketua Komoenitas Makara Fitra Manan.
Baca juga: Catatan Cak AT: AI di Gerbang Makkah
Kidung Nusantara telah mengantarkan penyatuan wiraga, wirama, dan wirasa dalam harmonisasi energi Nyala Purnama malam ini. Penyatuan energi tersebut semakin dapat dirasakan dalam penutup acara dengan diam atau meditasi di bawah Nyala Purnama (sinar bulan purnama).
Meditasi di bawah sinar bulan purnama dipercaya memiliki kekuatan energi yang dapat memberikan beberapa manfaat untuk kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
"Namun penting diingat bahwa manfaat tersebut tergantung pada kondisi fisik dan mental masing-masing individu. Meskipun demikian, secara umum, meditasi memiliki manfaat positif dalam kesadaran penyatuan energi mikrokosmos (diri manusia) dan makrokosmos (alam semesta)," ungkap pendiri Urban Spiritual Indonesia Dr. Turita Indah Setyani, yang malam itu bertindak sebagai instruktur meditasi.
Adapun sejumlah tamu hadir dalam acara ini, seperti Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Profesor I Nengah Duija dan Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Jaringan dan Pembudayaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Galuh Ibrahiem. (***)