Home > Info Sehat

Lintas Lembaga Kesehatan Audiensi dengan Menkes Swedia Bahas Penguatan Sistem Kesehatan

Beban ekonomi tinggi akibat penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, Annisa Pohan Yudhoyono (kiri) bersama Menteri Kesehatan Swedia H.E. Acko Ankarberg Johansson dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia H.E. Daniel Blockert. (Foto: Dok Ruzka Indonesia/YJI)
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, Annisa Pohan Yudhoyono (kiri) bersama Menteri Kesehatan Swedia H.E. Acko Ankarberg Johansson dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia H.E. Daniel Blockert. (Foto: Dok Ruzka Indonesia/YJI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK - Yayasan Jantung Indonesia (YJI) bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Indonesia Health Development Center (IHDC) menggelar audiensi strategis dengan Menteri Kesehatan Swedia H.E. Acko Ankarberg Johansson dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia H.E. Daniel Blockert di Business Sweden Indonesia, Jakarta.

Pertemuan itu membahas tantangan sistem kesehatan Indonesia dalam menangani penyakit tidak menular (PTM), termasuk penyakit jantung dan kanker yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, Annisa Pohan Yudhoyono, menyatakan sebagai organisasi yang telah 43 tahun berkecimpung dalam pencegahan penyakit kardiovaskular, YJI melalui 155 cabang di seluruh Indonesia per Mei 2025 telah membantu 2.412 pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) dari keluarga pra-sejahtera.

*Kami percaya kolaborasi lintas sektor dan negara seperti ini akan mempercepat tercapainya target kesehatan nasional," ujarnya.

Dalam audiensi lintas lembaga kesehatan tersebut, Yayasan Jantung Indonesia menekankan tiga tantangan utama yaitu:

- Beban ekonomi tinggi akibat penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

- Kesenjangan akses layanan kesehatan, terutama untuk deteksi dini PJB dan penyakit jantung rematik (RHD) di daerah terpencil.

- Minimnya kesadaran masyarakat tentang pencegahan, termasuk mitos bahwa PJB hanya terjadi pada anak-anak.

YJI mengidentifikasi potensi sinergi ke depannya dalam:

- Pembangunan kapasitas tenaga medis melalui pelatihan dan pertukaran pengetahuan.

- Inovasi teknologi kesehatan, seperti e-health dan alat diagnostik terjangkau.

- Penguatan pusat data nasional untuk penyakit kardiovaskular.

"Kami berharap melalui kemitraan dengan Swedia, yang memiliki sistem kesehatan preventif dan teknologi digital maju, memungkinkan dapat membantu mempercepat pencapaian target kesehatan Indonesia," tambah Annisa.

YJI mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah Swedia, untuk bersama-sama:

- Meningkatkan akses layanan kesehatan jantung di daerah tertinggal.

- Memperkuat edukasi pencegahan melalui pendekatan komunitas.

- Mendukung penelitian dan inovasi berbasis data.

***

× Image