Indonesia Emas 2045, Pola Pikir Siswa Indonesia dan Metode Teknik Logic 5

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Impian menuju Visi Indonesia Emas 2045 menghadapi tantangan berat. Visi Indonesia Emas 2045 adalah suatu gagasan yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur pada tahun 2045.
Pasalnya, Indonesia berada di urutan ke-69 dari total 80 negara yang dinilai dalam Program for International Student Assessment (PISA) 2022 yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Untuk informasi lebih lanjut tentang hasil PISA 2022, perhatikan ilustrasi berikut.
Posisi PISA 2022 Indonesia di Dunia
Grafik tersebut menunjukkan posisi Indonesia dalam peringkat PISA 2022. Indonesia menduduki peringkat ke-69, atau berada di urutan ke-12 dari bawah, dengan skor total 1.108.
Baca juga: Catatan Cak AT: Mata Kita dalam Memori AI
Peringkat teratas dipegang oleh Singapura dengan skor 1.679, diikuti oleh China dengan total 1.605 poin. Posisi ketiga diisi oleh Taiwan dan Jepang yang sama-sama meraih 1.599 poin.
Meskipun poinnya setara, Taiwan unggul di bidang matematika, sedangkan Jepang mendominasi dua bidang lainnya. Korea Selatan menempati posisi kelima, memperkuat dominasi negara-negara Asia dalam penilaian PISA tahun 2022.
Di bawah Indonesia, terdapat beberapa negara seperti Maroko (1.069), Filipina (1.058), Uzbekistan (1.055), Republik Dominika (1.050), dan Kamboja (1.012).
Baca juga: Didukung Emas Fisik, Investasi Emas Platform ini Mulai Dilirik karena Manfaatnya Beragam
Walaupun Indonesia memiliki skor lebih tinggi dibandingkan negara-negara tersebut, jarak yang cukup jauh dengan negara-negara teratas menunjukkan bahwa sistem pendidikan nasional masih perlu perbaikan signifikan untuk memenuhi standar global.
Posisi Skor PISA Indonesia di ASEAN
Dalam konteks ASEAN, posisi Indonesia dalam peringkat PISA 2022 masih berada di kelompok menengah ke bawah, serupa dengan peringkat globalnya. Singapura mendominasi sebagai yang teratas dengan skor tertinggi, yaitu 1.679. Di urutan kedua, Vietnam mencatatkan skor 1.403, diikuti oleh Brunei (1.317) dan Malaysia (1.213).
Indonesia menempati urutan keenam dengan skor total 1.108, berada di bawah Thailand yang meraih 1.182. Di posisi lebih rendah, ada Filipina dengan skor 1.058 dan Kamboja dengan 1.012. Capaian ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih perlu banyak perbaikan di berbagai aspek.
Baca juga: Membangun Pusat Keagamaan dan Wisata Berkelanjutan Melalui Wisatapreneur Masjid Pantai Bali
Langkah serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus segera diambil agar Indonesia lebih siap menghadapi PISA 2025 dan mampu bersaing pada standar global yang lebih tinggi.
Melihat posisi PISA 2022 tersebut membuat kita mempertanyakan ulang. Apakah negeri ini sanggup menyiapkan SDM unggul dari sekarang menuju Indonesia Emas 2045 nanti.
Pasalnya, Visi Indonesia Emas 2045 mengharuskan peningkatan mutu siswa Indonesia agar memiliki SDM yang unggul dan berdaya saing.
Baca juga: Ini Jadwal Pendaftaran Siswa Baru SMA/SMK/SLB di Jabar
Hal ini melibatkan berbagai upaya, termasuk peningkatan akses pendidikan, perbaikan kurikulum, dan pengembangan karakter siswa. Visi Indonesia Emas 2045 menargetkan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) hingga 0,73, yang mencakup pendidikan, kesehatan, dan standar hidup.
Metode Pembelajaran Berpikir Kritis
Dalam artikel 'Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di Indonesia: Rendah atau Tinggi?' yang ditulis Krishervina Rani Lidiawati & Trisha Aurelia (Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan), disebutkan bila Indonesia masih memiliki peluang besar untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Pasalnya, potensi dan kapasitas yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Mengutip pernyataan Azizah, Sulianto, dan Cintang (2018), berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk menganalisis permasalahan secara terstruktur, cermat, dan mendetail, serta kemampuan untuk mengevaluasi informasi guna merancang solusi.
Baca juga: Perayaan Hari Konsumen, Mendag dan Wamendag Ajak Masyarakat Gunakan PLN Mobile
Berdasarkan penelitian Khasanah dan Ayu (2020), keterampilan berpikir kritis dapat dinilai melalui indikator berikut:
1. Mampu mengidentifikasi inti masalah.
2. Mampu mengorganisasi fakta untuk menyelesaikan permasalahan.
3. Mampu menyusun argumen yang logis, relevan, dan tepat.
4. Mampu merancang strategi solusi dengan berbagai opsi.
5. Mampu mempertimbangkan risiko dari keputusan yang diambil.
Keterampilan berpikir kritis sangat memengaruhi perkembangan kognitif siswa dan kemampuan mereka untuk beradaptasi. Rendahnya kemampuan berpikir kritis di kalangan siswa Indonesia menjadi isu mendesak yang perlu segera ditangani.
Menurut Dari dan Ahmad (2020), metode pembelajaran yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan ini.
Baca juga: Mengambar Bersama di Bulan Menggambar Nasional
Pendekatan pembelajaran memiliki peran besar dalam membentuk pola pikir siswa, terutama dalam melatih perkembangan kognitif dan keterampilan berpikir kritis. Jika metode yang digunakan tidak sesuai, perkembangan kognitif siswa tidak akan optimal.
Untuk mengatasi masalah ini, Sartono (dalam Dari & Ahmad, 2020) menyarankan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Pendekatan yang tepat dapat memupuk rasa antusiasme siswa terhadap pembelajaran, sehingga mendorong mereka untuk berpikir kritis dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Baca juga: MPR Dorong Bali Terapkan Pariwisata Berkelanjutan
Sedangkan Hallatu, Prasetyo, dan Haidar (2017), pendekatan pembelajaran yang efektif adalah yang berfokus pada siswa (student-centered), sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Discovery Learning. Menurut Setianingrum dan Wardani (2018) (dalam Dari & Ahmad, 2020), Discovery learning memungkinkan siswa belajar secara aktif dengan menemukan sendiri konsep materi pembelajaran.
Pendekatan ini membantu siswa memahami dan mengingat materi lebih baik, sekaligus memperkuat rasa percaya diri dan keterlibatan mereka dalam proses belajar.
Metode kedua yang efektif yakni Problem-based Learning. Menurut Arends (dalam Hallatu et al., 2017), pendekatan ini mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah dengan mengintegrasikan pengetahuan mereka.
Problem-based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, kepercayaan diri, dan kemandirian siswa, karena metode ini merangsang rasa ingin tahu terhadap materi pembelajaran (Dewi, 2020).
Metode ketiga adalah Teknik Logic 5 (lt). Metode ini diterapkan langsung melalui pembelajaran di lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel), yakni Bintang Pelajar (BP).
Teknik Belajar Logic 5 (lt) merupakan metode yang dirancang khusus untuk membantu siswa menyelesaikan soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan 5 proses berpikir bernalar, yakni (1) Abstraksi: Menyaring informasi penting dan mengabaikan yang tidak relevan. (2) Dekomposisi: Memecah masalah kompleks menjadi bagian yang lebih mudah dikelola. (3) Pengenalan Pola: Mengenali hubungan dan pola yang membantu mempermudah pemecahan soal. (4) Algoritmik: Menyusun langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah secara runtut. dan (5) Refleksi: Mengevaluasi dan mempertimbangkan alternatif solusi serta memeriksa kesalahan.
Baca juga: Ekosistem Buku dan Minat Baca Masih Jadi Tantangan, Sensator Fahira Idris Paparkan 4 Strategi
Intinya, Teknik Belajar Logic 5 (lt) adalah bimbingan belajar yang dirancang untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Teknik ini menekankan pada analisis informasi, identifikasi masalah, dan pengambilan keputusan yang rasional, serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
Dalam buku berjudul 'Panduan LOGIC 5 (lt)' karya Tim Akademik Bimbel Bintang Pelajar yakni Zainal A. Yusufpati, S.Si., Harun Suaidi Isnaini, M.Pd., Ifni Muharman, M.Pd. dan Kusmayadi, S.Hut., disebutkan bahwa Elemen-elemen utama dalam bimbingan belajar Logic 5 (lt):
(a) Pengantar dan pendalaman materi: Bimbingan belajar ini akan memulai dengan konsep dasar berpikir kritis, kemudian memperdalamnya dengan contoh-contoh kasus dan latihan soal.
(b) Analisis informasi: Peserta akan diajarkan cara mengevaluasi keakuratan dan relevansi informasi, serta mengenali sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya.
Baca juga: Catatan Cak AT: 'Conclave': Ketika Politik Masuk Surga di Kapel Sistina
(c) Identifikasi masalah: Peserta akan dilatih untuk mengidentifikasi masalah dengan jelas, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
(d) Pencarian solusi: Peserta akan belajar untuk mencari solusi yang logis dan rasional, serta mempertimbangkan konsekuensi dari setiap pilihan.
(e) Pengambilan keputusan: Peserta akan diajarkan cara mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang tersedia dan solusi yang paling optimal.
(f) Berpikir kritis: Peserta akan terus dilatih untuk berpikir kritis, baik dalam konteks akademik maupun kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Gunakan Visa Kerja untuk Berhaji, 117 WNI Ditolak Masuk Arab Saudi
(g) Berpikir logis: Bimbingan belajar ini akan mengintegrasikan berpikir logis dengan berpikir kritis, sehingga peserta mampu membangun argumen yang kuat dan meyakinkan.
Sehingga, pelajar yang mengikuti bimbingan belajar Logic 5 (lt) akan mendapatkan banyak manfaat, seperti Menambah kemampuan berpikir kritis.
Bimbingan belajar ini akan membantu peserta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik dan menyelesaikan masalah dengan lebih efektif.
Manfaat kedua, Meningkatkan kemampuan penalaran. Peserta Bimbel BP akan belajar untuk berpikir secara logis dan rasional, sehingga mereka dapat membangun argumen yang kuat dan meyakinkan.
Baca juga: Mabes Polri Jamin Keamanan, Imbau Warga Tak Ragu Laporkan Premanisme
Selanjutnya, manfaat ketiga, Meningkatkan kemampuan analisis. Peserta akan belajar untuk menganalisis informasi dengan cermat dan mengenali sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya.
Manfaat keempat yakni Memperbaiki kemampuan komunikasi. Peserta akan belajar untuk mengkomunikasikan gagasan dan ide dengan jelas dan efektif.
Tidak kalah penting adalah manfaat kelima, yakni Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Peserta akan belajar untuk mengidentifikasi masalah dengan jelas dan mencari solusi yang tepat.
Menurut Zainal A Yusufpati, agar peserta Bimbel BP bisa memperoleh kelima manfaat di atas, maka dibutuhkan cara belajar yang efektif dalam Logic 5 (lt). Diantaranya, Belajar aktif; Peserta harus terlibat aktif dalam proses belajar, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan berpartisipasi dalam latihan.
Baca juga: Atasi Kemacetan, Pemkot Depok Segera Perlebar Jalan Raya Sawangan
Kemudian, Peserta didorong agar terus memperluas cakrawala. Peserta harus terus mencari informasi dan pengetahuan baru, serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
Langkah ketiga, Peserta menerapkan ilmu-ilmu dan teknik pembelajaran di bimbel dalam kehidupan sehari-hari. Artinya apa? Peserta harus mencoba menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pengambilan keputusan, komunikasi, dan pemecahan masalah.
Namun, dari sekian cara belajar tadi akan berhasil jika Peserta terus berlatih, dimana, menurut Zainal, kemampuan berpikir kritis harus terus diasah dan dilatih agar tetap tajam dan efektif.
Zainal menjelaskan, Buku Panduan Penerapan Logic 5LT Cetakan I Maret 2025 ini dapat diselesaikan dan disampaikan kepada seluruh guru Bimbel BP untuk dijadikan pedoman dalam mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir komputasional (computational thinking) ke dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pemahaman dan penyelesaian soal-soal penalaran bagi seluruh siswa.
Baca juga: Jelang Idul Adha, Depok Siapkan Langkah Pengawasan Hewan Kurban
Belajar (Soemanto, 2013) yang dikemukakan oleh Crunbach dalam buku yang berjudul Educational Psychology menyatakan bahwa belajar yang efektif melalui pengalaman yang didalamnya ada interaksi secara langsung dengan objek belajar dengan menggunakan alat indera yang terlibat aktif. Kemandirian belajar dalam Pemerintah dalam Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 menjelaskan sikap kemandirian belajar suatu sikap seseorang untuk belajar dengan inisiatif sendiri dalam upaya mengeinternalisasi pengetahuan tanpa tergantung dengan orang lain.
Dengan demikian, penggunaan metode Discovery Learning, Problem-based Learning maupun Teknik Belajar Logic 5 (lt) perlu dikembangkan terus-menerus di dunia pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan peringkat Program for International Student Assessment (PISA) di PISA 2025, nantinya. Dengan demikian, bisa memenuhi prasyarat terwujudnya 'Visi Indonesia Emas 2045', yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. InsyaAllah. (***)
Penulis: Zaky Al Hamzah/Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi UPNVJ, Konten Kreator, Penulis Buku