Home > Galeri

Mengambar Bersama di Bulan Menggambar Nasional

Acara yang dibuka oleh Lenny Weichert ketua FDI (Forum Drawing Indonesia) yang didampingi Pustanto pelukis sekaligus Dewan Penasehat Bes Galeri, mendapat sambutan meriah dan positif dari para peserta.
Bulan Menggambar Bersama. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Bulan Menggambar Bersama. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Bertempat di Bes Galeri, Glodok Plaza Jalan Pinangsia Jakarta Barat, Jumat 17 Mei 2025, para pelukis/perupa Indonesia dan masyarakat umum penggemar seni lukis, turun ke lapangan untuk ambil bagian mengikuti aktivitas menggambar bersama.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka Bulan Menggambar Nasional yang jatuh pada bulan Mei ini.

Acara yang dibuka oleh Lenny Weichert ketua FDI (Forum Drawing Indonesia) yang didampingi Pustanto pelukis sekaligus Dewan Penasehat Bes Galeri, mendapat sambutan meriah dan positif dari para peserta.

Baca juga: MPR Dorong Bali Terapkan Pariwisata Berkelanjutan

Kegiatan yang juga dihadiri oleh komunitas Ruang Seni (KRS) yang bermarkas di Krendang Tengah Tambora, Jakarta Barat, serta Komunitas Perupa Perempuan Indonesia KOMPPI) semakin menambah semangat peserta untuk memeriahkan kegiatan tersebut.

Sambutan juga disampaikan oleh Ketua Panitia yang juga seorang pelukis, Aryo Bimo. Ia berharap agar dunia seni rupa kian digemari oleh masyarakat umum dan dapat menjadi saluran positif yang berdasarkan bakat sekaligus hobi.

Sebab melalui dunia seni rupa/lukis segala permasalahan kehidupan yang merupakan ekspresi jiwa, bisa dituangkan ke dalam lautan warna, kanvas dan imajinasi.

Baca juga: Prabowo Menolak Ambisi Dua Periode, Jamiluddin Ritonga: Beri Kesan Baru Sebagian Kecil Program yang Terwujud

Mencontoh pada pelukis dunia terkenal Pablo Picasso yang merupakan sang maestro seni rupa dengan aliran kubisme, mengungkapkan bahwa setiap pelukis memiliki kekukatan obyek untuk digambarkan.

Obyek-obyek yang digambarkan itu bisa dilakukan dari berbagai sudut pandang yang berbeda, esensi dari obyek bukan hanya melukiskannya secara realistik, namun gaya yang diciptakan dapat menginspirasi para perupa lainnya untuk mencari bentuk baru dalam seni.

Karya para perupa bisa dituangkan ke dalam beragam imaji yang tercipta di benak dan tertuang ke dalam kanvas atau kertas.

Baca juga: Ekosistem Buku dan Minat Baca Masih Jadi Tantangan, Sensator Fahira Idris Paparkan 4 Strategi

"Kami berharap para peserta bebas mengekspresikan apa yang mereka rasakan, lihat dan alami ke dalam beragam bentuk gambar di kegiatan ini, untuk itu pihak panitia telah menyediakan kertas folio yang cukup tebal untuk para peserta. Sedangkan cat acrilyc atau cat air bisa dibawa dari rumah oleh masing-masing peserta,” ucap Bimo kembali.

Di acara pembukaan Bulan Menggambar Nasional tersebut, juga diberi ruang untuk peserta yang menyukai dunia sastra untuk membacakan puisi.

Penyair sekaligus perupa Karenia dan Fanny J. Poyk

Fanny yang kini juga merambah dunia seni rupa dan telah menulis ratusan cerita pendek, puluhan novel juga puisi, esai dan beragam artikel sekaligus jurnalis, berharap ada apresiasi dari para pecinta seni rupa, pemerintah, pengusaha, pihak swasta atau kolektor untuk membeli dan mengkoleksi karya-karya para pelukis yang juga sedang dipamerkan di Bes Galeri ini.

Baca juga: Catatan Cak AT: 'Conclave': Ketika Politik Masuk Surga di Kapel Sistina

Berkaitan dengan dunia seni rupa, yang terkadang dinilai absurd karena para perupa itu terus melukis tanpa tahu apakah lukisan mereka laku atau tidak.

Seorang filsuf Prancis Albert Camus di dalam teori absurditasnya, mengungkapkan bahwa manisfetasi fisik budaya yakni properti budaya dalam bentuk lukisan, literatur sebagai obyek karya seni, dimaknai dengan akhir dari sebuah karya yang berupa lukisannya itu sendiri.

Kesimpulannya sang perupa itulah yang menciptakan dunia khayal mereka ke dalam bentuk gambar atau tulisan dengan sebuah harapan absurd bahwa suatu ketika ada seorang kaya raya dengan uang tak berseri datang dan membeli lukisan mereka, mereka terus melukis dan terus menulis hingga nafas terhenti dari ragara.

Baca juga: Gunakan Visa Kerja untuk Berhaji, 117 WNI Ditolak Masuk Arab Saudi

Dalam tulisannya yang terkenal berjudul The Myth of Sisyphus, Albert Camus memberikan penekanan pada absurditas dan alienasi kehidupan, keduanya akan menjadi tidak bermakna jika manusia dihadapkan dengan kematian.

Kesimpulan yang diperoleh secara subyektif, mungkin mengisyaratkan bahwa melalui dunia seni rupa juga sastra yang mengejawantah pada hasil dari sebuah imaji ke dalam gambar di kanvas berserta goresan cat warna-warni, mampu membawa manusia sejenak melupakan penatnya kehidupan yang dialami mereka hari lepas hari.

Dan, hal itu bisa diperoleh sejenak melalui keikutsertaan di ajang kegiatan melukis yang berlangsung di basemen Bes Bagri tersebut.

Pada akhir kegiatan, para pelukis profesional dan masyarakat umum yang ikut terlibat pada kegiatan ini, bersatu memamerkan hasil karya mereka di areal galeri.

Baca juga: Mabes Polri Jamin Keamanan, Imbau Warga Tak Ragu Laporkan Premanisme

Kegiatan dilanjut dengan foto bersama yang tentu saja ada harapan agar perhatian pemerintah terhadap dunia seni rupa Indonesia semakin bertambah dan budaya Indonesia kian dikenal di dalam negeri dan dunia luar.

Begitulah bentuk dari lajur kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Menjadi bahagia itu memang tidak selalu berada di ranah dan pemikiran yang sama.

Contohnya seperti pelukis, penulis, penyair atau sastrawan, ada yang berpendapat ini adalah dunia absurd yang minim materi, namun ada pula yang bahagia untuk menekuninya.

Dari jutaan kepala manusia yang ada di muka bumi, terdapat beragam pemikiran, kehendak dan pola hidup yang tidak selalu sama. Akhirnya, nikmati kehidupan dengan cara yang Anda ciptakan sendiri. (***)

Penulis : Fanny J Poyk

× Image