Home > Nasional

Menara Pantau Gajah: Inisiatif Harmoni Antara Manusia dan Gajah di Kabupaten OKI

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr Dolly Priatna, menekankan pentingnya Lanskap Padang Sugihan sebagai habitat utama Gajah Sumatra.
Belantara Foundation meresmikan Menara Pantau Gajah liar di Desa Jadi Mulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. (Foto: Dok Belantara Foundation)
Belantara Foundation meresmikan Menara Pantau Gajah liar di Desa Jadi Mulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. (Foto: Dok Belantara Foundation)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Upaya atasi konflik manusia-gajah yang kian meningkat, Belantara Foundation meresmikan Menara Pantau Gajah liar di Desa Jadi Mulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Adapun peresmian ini disertai penyerahan peralatan mitigasi konflik kepada masyarakat.di kawasan setempat.

Sejak 2022, program Living in Harmony (Kita Bisa Hidup Berdampingan) digagas Belantara Foundation untuk mendorong harmonisasi antara manusia dan gajah liar di Lanskap Padang Sugihan.

Program ini didukung oleh Keidanren Nature Conservation Fund (KNCF) Jepang serta melibatkan mitra lokal seperti Perkumpulan Jejaring Hutan dan Satwa (PJHS), Universitas Pakuan, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr Dolly Priatna, menekankan pentingnya Lanskap Padang Sugihan sebagai habitat utama gajah Sumatra.

Program ini berfokus pada tiga aspek: pelatihan mitigasi konflik manusia-gajah, edukasi kepada anak-anak, dan pengelolaan ekosistem yang mendukung kebutuhan nutrisi gajah.

"Melalui pelatihan, masyarakat di lima desa kini memiliki keterampilan menangani konflik gajah secara mandiri. Selain itu, dua Menara Pantau Gajah telah dibangun sebagai infrastruktur pendukung," jelas Dolly.

Tidak hanya itu, peralatan seperti Handy Talkie, teropong, dan meriam karbit juga diberikan untuk mendukung mitigasi konflik.

Di bidang edukasi, Belantara Foundation melibatkan pendongeng untuk menyampaikan pesan konservasi kepada lebih dari 400 siswa dan 60 guru.

Sebagai langkah lanjutan, modul kurikulum tentang pelestarian gajah dan habitatnya telah disusun untuk siswa Sekolah Dasar.

Melestarikan Habitat Gajah

Upaya konservasi juga mencakup pembangunan lima tempat garam (salt licks) artifisial di koridor ekologis dan penanaman sereh wangi di area desa.

Langkah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mineral gajah sekaligus mencegah mereka masuk ke pemukiman warga.

“Kami terus mengajak pemerintah, swasta, dan masyarakat luas untuk bersama-sama mendukung konservasi gajah agar tercipta harmonisasi antara manusia dan gajah liar,” tambah Dolly.

Harapan Masyarakat Lokal

Program ini mendapat apresiasi dari BKSDA Sumatera Selatan. Ruswanto, Polisi Hutan Seksi Konservasi Wilayah III, menyebut bahwa Menara Pantau Gajah dan peralatan mitigasi yang diberikan sangat membantu kesiapan masyarakat dalam mengatasi konflik.

Heryanto, Sekretaris Desa Jadi Mulya, mengungkapkan bahwa sejak kebakaran hutan pada 1990-an, konflik manusia-gajah semakin sering terjadi. Namun, dengan dukungan Belantara Foundation, masyarakat kini merasa lebih tenang.

“Menara pantau sangat efektif mendeteksi keberadaan gajah sebelum mereka memasuki desa. Pengetahuan yang kami dapatkan memungkinkan kami hidup berdampingan dengan gajah secara harmonis,” ungkapnya.

Melalui kerja sama berbagai pihak, program ini diharapkan menjadi langkah nyata untuk menciptakan keberlanjutan hidup harmonis antara manusia dan gajah Sumatra, sekaligus melindungi satwa yang kini berstatus kritis menurut IUCN. (***)

Reporter: Bambang Ipung Priambodo

× Image