Pengentasan Buta Aksara Al Quran, LPQQ Wisuda 10 Ribu Santri
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Lembaga Pembelajaran Qiroatil Quran Indonesia (LPQQ) melakukan wisuda 10 ribu santri di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Adapun kegiatan wisuda tersebut, merupakan bagian dari Gerakan Nasional Pengentasan Buta Aksara Al Quran dari LPQQ.
Kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan registrasi peserta yang diiringi oleh tim Marawis dari LPQQ Jakarta Utara.
Seluruh jamaah yang hadir diharapkan dalam keadaan berwudhu sebagai bagian dari penghormatan acara. Dilanjutkan pada pukul 10.00 WIB, pembacaan surat Al Mulk secara bersama-sama dilakukan oleh seluruh peserta wisuda.
Kemudian acara utama akan dimulai pada pukul 12.30 WIB. Pembacaan ayat suci Al Quran oleh Ustaz Maemona, dilanjutkan sambutan dari tokoh undangan termasuk Ketua Umum DPP LPQQ Indonesia, H. Mahbub Sholeh Zarkasyi, hingga aktivis dari Gaza, Syekh Belal Ramli Gaza.
Puncak acara ditandai dengan prosesi wisuda yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.
Momentum ini menjadi simbol keberhasilan LPQQ dalam mendidik dan memberantas buta aksara Al Quran di Indonesia.
Setelah sholat Ashar berjamaah, acara dilanjutkan dengan sesi penguatan Gerakan Nasional Pengentasan Buta Aksara Al Quran, yang dipandu oleh Prof. KH. Syukron Ma’mun,
Ketua Penasehat DPP LPQQ. Acara ditutup pada pukul 17.00 WIB dengan doa bersama dan ungkapan syukur atas kesuksesan kegiatan ini.
Sebelumnya diberitakan bahwa sebanyak 65% atau sekitar 154 juta warga muslim di Indonesia saat ini masih belum mampu membaca Al-Qur’an.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum DPP LPQQ Indonesia, H. Mahbub Sholeh Zarkasyi, yang menjelaskan bahwa situasi ini terjadi karena banyak masyarakat hidup di lingkungan yang sibuk dengan tugas dan aktivitas profesional mereka.
“Hal ini membuat mereka sudah tidak memiliki waktu luas untuk belajar setiap hari,” ungkapnya.
Menanggapi permasalahan ini, Lembaga Pendidikan dan Pengajaran Al-Qur’an (LPQQ) menawarkan solusi alternatif melalui metode pembelajaran Al Quran secara klasikal.
Metode ini dirancang agar para peserta dapat belajar membaca Al Quran hanya dalam waktu 2 hingga 3 hari, yang biasanya dilakukan pada hari libur.
"Program ini diharapkan dapat menjadi solusi praktis bagi masyarakat muslim di Indonesia yang ingin meningkatkan kemampuan membaca Al Quran meskipun memiliki keterbatasan waktu akibat kesibukan sehari-hari," pungkas Mahbub. (***)