UI Bentuk Generasi Muda Peduli Kesehatan di Depok, Melalui Metode World Cafe dan Duta Budaya Sehat
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Sebagai upaya dalam mencetak generasi muda yang peduli kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) melakukan pengabdian masyarakat (Pengmas) yang bertajuk “Peningkatan Budaya Sehat Anak Sekolah di Kota Ramah Anak Depok”.
Program ini melibatkan pelajar dari SMPN 33, SMPN 32 dan SMPN 3 Depok dengan pendekatan inovatif berbasis World Cafe.
Dengan metode ini, siswa diajak berdiskusi secara interaktif tentang berbagai topik kesehatan yang relevan dengan kehidupan mereka, sekaligus membentuk mereka menjadi agen perubahan yang aktif di lingkungan sekitar.
Wakil Rektor Bidang Infrastruktur dan Fasilitas UI. yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan FIK UI, Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N., mengatakan, program ini adalah salah satu wujud nyata kontribusi FIK UI dalam membangun masyarakat yang lebih sehat.
"Kami percaya, generasi muda memiliki potensi besar untuk membawa perubahan, dimulai dari perilaku sehat sederhana yang dapat mereka praktikkan setiap hari," kata Agus yang mengungkapkan program dilaksanakan sejak 13 Agustus 2024 hingga 17 Desember 2024.
Pada pelaksanaannya, program dimulai di SMPN 33 Depok dengan program Training of Trainer (TOT) untuk tujuh siswa yang telah menjadi Duta Budaya Sehat sejak 2023.
Para duta ini kemudian mendukung pelaksanaan program di SMPN 32 dan SMPN 3 Depok dengan memberikan edukasi langsung kepada teman-teman sebaya mereka.
Tim pelaksana terdiri atas dosen FIK UI, yaitu Dr. Hanny Handiyani, S.Kp.; M.Kep., Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN.; Dr. Tuti Afriani, S.Kep., M.Kep.; dan Ns. Andi Amalia Wildani, S.Kep., M.Kep. Selain itu, tim juga disertai mahasiswa S3 FIK UI, yaitu Ns. Ichsan Rizany, S.Kep., M.Kep.; Ns. Cicilia Ika Wulandari, S.Kep., M.Kep.; dan Ns. Moh Heri Kurniawan, S.Kep., M.Kep.
Ketua Tim Pengmas FIK UI, Dr. Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep., menyampaikan harapannya atas dampak positif dari program ini.
"Kami berharap melalui kegiatan ini, siswa dapat menjadi agen perubahan dalam mempromosikan budaya hidup sehat di lingkungan sekitarnya,” kata Dr. Hanny.
Dia menjelaskan, pada sesi diskusi World Café, konsep ini berfokus pada lima topik utama yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai pentingnya perilaku hidup sehat dalam mendukung kesejahteraan fisik, mental, dan sosial mereka.
Salah satu topik yang menjadi perhatian adalah perilaku sehat sederhana, yang meliputi edukasi tentang cara mencuci tangan dengan teknik enam langkah yang benar, menjaga kebersihan diri seperti mandi secara teratur, serta kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kebiasaan ini tidak hanya membantu mencegah penyakit tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi siswa.
Selain itu, pentingnya pencegahan infeksi juga disampaikan, termasuk edukasi tentang etika batuk dan bersin, penggunaan masker saat sakit, dan mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir. Pendekatan ini bertujuan untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit menular di lingkungan sekolah maupun rumah.
Kemudian, topik lain yang menjadi fokus adalah bahaya perilaku tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan melakukan aktivitas berisiko lainnya yang dapat merusak kesehatan jangka panjang.
Diskusi ini memberikan pemahaman tentang dampak negatif dari perilaku tersebut, termasuk risiko penyakit serius seperti kanker, gangguan fungsi organ, serta konsekuensi sosial yang dapat merugikan masa depan siswa.
Selanjutnya, siswa diajak untuk memahami dampak buruk dari ketergantungan pada gadget, seperti gangguan tidur akibat penggunaan gadget sebelum tidur, penurunan kualitas interaksi sosial, dan munculnya perasaan isolasi.
Solusi praktis juga diberikan, seperti menetapkan batasan waktu penggunaan gadget, mengintegrasikan aktivitas fisik dalam rutinitas harian, dan mengatur jadwal belajar serta istirahat yang seimbang.
Selain itu, Dr. Hanny juga mengatakan bahwa diskusi ini juga menggarisbawahi pentingnya perilaku psikososial sehat, seperti upaya mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan sekolah.
Para siswa diajarkan bagaimana menciptakan hubungan yang positif dengan teman sebaya, menjaga kesehatan mental melalui pengelolaan stres yang efektif, dan berkontribusi dalam membangun lingkungan sekolah yang suportif dan inklusif.
Dengan memberikan siswa kesempatan untuk berbagi pengalaman dan ide dalam suasana yang kolaboratif, World Cafe tidak hanya menjadi ajang untuk belajar tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya mendukung kesehatan pribadi dan komunitas.
"Melalui pembahasan ini, siswa diharapkan mampu menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh untuk menciptakan perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi agen perubahan di lingkungan mereka,” terang Dr. Hanny.
Di akhir kegiatan, enam siswa terbaik dari masing-masing sekolah dipilih sebagai Duta Budaya Sehat. Mereka mendapatkan tanggung jawab untuk menjadi role model bagi siswa lainnya.
Untuk memperkuat peran mereka, para Duta Budaya Sehat diberikan panduan dan dukungan dari pihak sekolah, termasuk guru dan pembina, agar dapat melaksanakan tugas mereka secara maksimal.
Mereka juga didorong untuk berinovasi dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan melalui berbagai media kreatif, seperti poster, presentasi, atau kegiatan kampanye di sekolah.
“Acara pengabdian masyarakat ini adalah bentuk kepedulian antar sesama, termasuk di bidang kesehatan. Kegiatan ini juga mendukung program sekolah sehat. Setiap satuan pendidikan harus mengupayakan sekolahnya menjadi sekolah yang sehat,” ungkap Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Joko Soetrisno, M.Pd. (***)