Home > Ekonomi

Antisipasi Darurat Pangan, Peneliti CIPS Ingatkan Intensifikasi Lahan dan Perbaikan Irigasi

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan sangat mendesak untuk mengatasi seluruh tantangan yang ada di sektor pertanian.
Ilustrasi bawang merah di sebuah gudang penyimpanan. (Foto: Bapanas)
Ilustrasi bawang merah di sebuah gudang penyimpanan. (Foto: Bapanas)

RUZKA INDONESIA - Head of Research dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta mengungkapkan darurat pangan yang dikhawatirkan di Indonesia harus segera ditindaklanjuti. Untuk itu, intensifikasi lahan dan perbaikan irigasi bisa menjadi solusi.

"Intensifikasi lahan yang fokus pada pemanfaatan lahan yang sudah ada dengan menggunakan input pertanian berkualitas bisa mendukung sistem pertanian berkelanjutan dengan memastikan lingkungan bisa terus memberikan manfaat kepada manusia dengan cara yang aman," ujar Aditya Alta di Jakarta, Selasa (13/8/2024).

Aditya juga menyebut upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan sangat mendesak untuk mengatasi seluruh tantangan yang ada di sektor pertanian.

Statistik dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menunjukkan produktivitas padi di Indonesia sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 53,98 juta ton gabah kering giling (GKG). Ini mengalami penurunan sebanyak 767,98 ribu ton GKG (1,40%) dibandingkan 2022 yang sebesar 54,75 ton GKG.

Sementara produksi jagung pipilan kering sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 19,99 juta ton mengalami penurunan sebesar 2,37 juta ton (10,61%) dibanding tahun 2022 yang sebesar 22,36 juta ton.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura mendesak dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian di Tanah Air, seperti penambahan jumlah penduduk, berkurangnya lahan produktif dan peningkatan daya beli masyarakat.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, peningkatan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura diharapkan juga bisa meningkatkan daya saing pertanian nasional, karena peningkatan daya saing diharapkan bisa memunculkan peluang ekspor.

Ada sejumlah isu yang perlu dievaluasi sehubungan dengan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura, seperti catatan teknis terkait perhitungan produktivitas, tren perkembangan produktivitas dalam beberapa tahun terakhir, tingkat produktivitas padi dan palawija menurut profil budidaya usaha pertanian, disparitas atau kesenjangan produktivitas antar wilayah dan pengaruh teknologi melalui mekanisasi dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi di Indonesia.

"Selain intensifikasi lahan, peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya, perbaikan dan perluasan jaringan irigasi, penggunaan modifikasi cuaca untuk mitigasi perubahan iklim dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian," jelas Aditya.

Walaupun sektor pertanian memainkan peran penting dalam usaha pencapaian ketahanan pangan, keadaan infrastruktur irigasi di Indonesia kini memprihatinkan.

Meskipun sistem pengelolaan air berbasis masyarakat di Indonesia sudah ada, sistem pertanian yang efisien dan inovatif juga penting dalam mengatasi kekurangan air. Teknologi dan pendekatan modern memungkinkan peningkatan hasil panen sambil mengurangi konsumsi air. Irigasi tetes atau drip irrigation, misalnya, menyalurkan air langsung ke akar tanaman, sehingga mengurangi penguapan dan pemborosan air.

Namun, teknologi mutakhir tidak akan berfungsi tanpa memungkinkan lingkungan untuk meningkatkan sistem pertanian Indonesia melalui kebijakan yang mengatasi tata kelola (misalnya, meningkatkan kapasitas Perkumpulan Pemanfaatan Air (P3A)), akses, dan hambatan penerimaan masyarakat.

Indonesia harus meningkatkan investasi dalam sistem irigasi yang dapat memastikan akses yang merata bagi seluruh petani di dalam satu wilayah irigasi pada setiap waktu.

Sebuah sistem irigasi yang dapat diandalkan dapat membantu petani menghadapi kekeringan yang semakin meningkat dengan memastikan ketersediaan air yang konsisten bagi tanaman mereka.

Dengan menerapkan teknik-teknik irigasi modern seperti irigasi tetes (drip irrigation), irigasi sprinkler, sub irigasi dan hidroponik, para petani dapat mengoptimalkan penggunaan air dan menekan pemborosan air.

Sebuah aspek penting lainnya dari sistem irigasi yang baik adalah perannya dalam mendorong praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan.

Dengan teknik-teknik hemat air serta metode irigasi ramah lingkungan, seperti penggunaan air yang didaur ulang atau sumber-sumber air alami seperti hujan, petani dapat mengurangi dampak pada lingkungan serta menciptakan sistem produksi pangan yang lebih berkelanjutan.

Ini tidak saja akan melestarikan sumber daya air yang ada tetapi juga meningkatkan produktivitas tanaman sehingga pada jangka panjangnya juga berkontribusi pada ketahanan pangan.

Selain itu, sistem irigasi yang memadai juga dapat menghindari terjadinya banjir di daerah-daerah dengan curah hujan tinggi.

"Dengan pengelolaan aliran air serta drainase yang efisien, sistem irigasi dapat mengurangi risiko penggenangan serta erosi tanah yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen," tutupnya. ***

× Image