Publish Your Book Without Writing
RUZKA INDONESIA -- “Mas, saya mau buat buku nih, bisa dibantu?”
Sebuah pesan WA masuk. Dari seorang dokter. Saya belum mengenalnya. Hanya, saat perhelatan pilpres kemarin, kami satu group WA. Pada sebuah deputi “Tenaga Kesehatan” (Nakes).
Ini semacam bagian dari Tim Sukses kandidat capres. Kebetulan saya dekat dan berpartner dengan beberapa dokter, jadi lingkungan saya memang bisa mengakses pergaulan para dokter.
Masuklah jadi “Tim Media” di group itu. Tawaran Sang Dokter, tanpa pikir panjang, tentu saya sanggupi saja.
“Baik dok, bisa Insyaallah”
Sebuah niat yang baik. Sayang, beliau sangat sibuk dengan aktivitasnya sebagai dokter. Waktu untuk wawancara secara langsung benar-benar tidak pernah terjadi.
Lalu, diputuskan pertanyaan-pertanyaan untuk buku saya kirim via WA dan beliau menjawabnya via “Voice note”. Begitulah prosesnya. Dua Minggu proses berjalan. Selesai.
“Mas, buku bisa dicetak pas hari ulang tahun saya nggak, tanggak sekian?” lanjutnya.
“Wah Seminggu ya dok waktunya, bisa tapi cetaknya di Jogja”
“Siap Mas, kirim biaya cetak dan transport akomodasi di Jogja”
Maka, secepat kilat kita buatkan cover, desain layout termasuk editing bukunya dan saya berangkat ke Jogja. Menuju percetakan langganan di daerah Sleman. Sehari sebelumnya, sudah mengirim file siap cetaknya agar bisa langsung diproses.
Beberapa hari saya di Jogja. Memantau pengerjaan pencetakan buku agar tak molor. Biasanya, masalah cetak mencetak ini, kalau kondisi normal, cukup kita serahkan ke tim, beres urusan. Tapi karena ini dadakan sekali, kudu harus turun langsung. Sehari sebelum deadline, buku jadi.
Senja itu, sekira pukul 16.30 dengan bus Agramas, saya bawa cetakan buku itu. Malam-malam dalam perjalanan, tentu penuh doa agar barang cetakan sampai tujuan dengan selamat. Alhamdulillah.
Pagi sampai Depok. Persiapan dan bersih-bersih sebentar, lalu meluncur ke Tangerang Selatan. Tepatnya di Kafe Kandang Jurank Doak milik Dik Doank, tempat peluncuran buku itu. Di situ, saya pertama kali bertatap muka dengan Sang Dokter
“Wah akhirnya kita bisa ketemu muka Mas,” katanya
Saya tentu tersenyum lebar.
Acara peluncuran buku sekaligus perayaan ulang tahun Sang Dokter lancar. Dihadiri oleh para sahabat dan juga pejabat. Salah satunya Wakil Walikota Tangerang Selatan, Pilar Saga. Kabar baik juga kami dengar saat beliau sambutan
“Buku cetak berapa Pak Dokter? kami beli semua yang ada untuk keperluan Puskesmas-Puskesmas,” terang anak muda kelahiran 1991 itu.
Akhirnya buku ludes terjual pada hari itu. Sebuah cerita, bagaimana menerbitkan buku tanpa menulis menjadi mungkin dan bisa dilakukan asal ada ide-ide yang ada sebelumnya, sebagai bahan baku.
Hari yang capek dan melelahkan saat itu. Tapi semua terbayar dengan kabar baik. Sebuah usaha yang dikerjakan dengan sepenuh hati, hasilnya juga pasti mengikuti. (***)
Penulis: Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory Indonesia)