Perum Bulog Pererat Hubungan dengan Media secara Strategis
RUZKA INDONESIA -- Visi transformasi yang salah satu dicanangkan oleh Perum Bulog pada pertengahan Mei lalu adalah kepercayaan.
Meraih kepercayaan setelah 57 tahun berdirinya yang sempat diwarnai dengan berbagai kejadian di masa lalu yang khas, tentu bisa menimbulkan rasa skeptis pada beberapa pemegang kebijakan.
Meyakini bahwa media menjadi salah satu pintu untuk meraih kepercayaan masyarakat kembali dan menyampaikan narasi dan visi transformasi, maka pada Senin, 15 Juli lalu, Perum Bulog menggelar acara Editors’ Gathering yang dihadiri oleh 25 pimpinan redaksi dan CEO grup media terkemuka di Indonesia.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan, transparansi adalah salah satu kunci utama untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat sesuai dengan salah satu visi tranformasi.
"Termasuk kami ingin mengajak rekan-rekan media yang hadir di sini, untuk dapat secara langsung menghadiri open-bid atau lelang terbuka pada pengadaan beras impor sehingga kami tidak mungkin melakukan penggelembungan harga seperti yang telah dituduhkan," ujar Bayu dalam keterangan yang diterima, Sabtu (20/07/2024).
Menurut Bayu, mekanisme lelang terbuka diawali dengan pengumuman terbuka bahwa Perum Bulog akan membeli sejumlah beras.
Lalu akan ada pendaftaran peminat lelang, yang jumlahnya antara 80 sampai 100 perusahaan eksportir penjual.
Tahap selanjutnya adalah sesi penjelasan di mana di sesi ini dijelaskan syarat dan ketentuan mengikuti lelang terbuka, yang merujuk kepada praktek transparan dalam perdagangan internasional.
Syarat tersebut antara lain eksportir harus punya pengalaman pernah mengekspor, harus bersedia diinspeksi jika perlu dan harus bersedia menerbitkan uang jaminan tender (bid bond) serta uang jaminan kinerja (performance bond) di bank terkemuka Indonesia, selain persyaratan administrasi lainnya.
Beberapa perusahaan, terutama yg baru, biasanya akan mundur karena persyaratan yg ketat tersebut, sehingga yang kemudian benar-benar ikut lelang sekitar 40-50 perusahaan.
"Lalu kami melakukan lelang secara terbuka, di mana pergerakan penawaran harga dari masing-masing calon pemasok bisa terlihat jelas oleh calon mitra lainnya serta semua peserta lelang. Semua kami lakukan secara transparan sesuai dengan komitmen kami dalam melakukan transformasi. Kepercayaan pada perdagangan internasional sangatlah mahal harganya, karenanya harus selalu kami jaga,” jelasnya.
Selain itu, dengan berkumpulnya para C-level dan Pemimpin Redaksi, diharapkan dapat terjalin komunikasi dua arah antara Perum Bulog dan media yang dapat mendukung kinerja satu sama lain.
Pada saat acara, juga dijelaskan mengenai fungsi utama Perum Bulog untuk melakukan distribusi pada rantai pasok pangan. Dalam 5 tahun ke depan, diharapkan Perum Bulog dapat mewujudkan ambisinya untuk menjadi pemimpin yang tepercaya pada rantai pasok pangan.
Walaupun berfokus pada distribusi pangan, namun Perum Bulog juga mencoba membantu mengatasi masalah produksi pangan yang ada, khususnya beras, dengan melakukan program huluisasi bernama Mitra Tani.
“Melalui program Mitra Tani, kami mendampingi para petani termasuk memperbaiki dan membantu mengatasi masalah mereka seperti kekurangan pupuk dan bibit, menjadi penjamin pembiayaan sehingga mitra petani yang menjadi pemasok kami, akan merasa terbantu," papar Bayu.
Saat ini sudah 250 Hektar lahan sawah yang menjadi mitra Perum Bulog dari target 100.000 Hektar sawah.
"Diharapkan program Mitra Tani bisa menjadi inspirasi bagi program-program serupa lainnya," harap Bayu.
Dengan terlaksananya acara Editors’ Gathering diharapkan kerjasama yang lebih erat terjalin antara Perum Bulog dan media, serta meningkatkan pemahaman publik mengenai fungsi penting Perum Bulog pada distribusi pangan serta komitmennya pada transparansi dan transformasi.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, A Widiarso mengatakan, acara ini diadakan untuk membina kembali dan mempererat hubungan antara rekan-rekan media dengan tim manajemen Bulog yang baru.
"Diharapkan akan terjalin kerjasama secara strategis di kemudian hari karena kami menyadari bahwa media adalah salah satu pemegang kebijakan pada ekosistem pangan yang penting," pungkasnya. (***)