Home > News

Hancurkan Bangunan hingga Gulingkan Truk, Ternyata Bencana Angin di Rancaekek Bukan Tornado

Berbeda dengan peneliti BRIN, BMKG mengatakan angin kencang di Rancaekek Bandung bukan tornado, melainkan puting beliung
Mampu membuat kerusakan besar, angin kencang di Rancaekek bukan tornado Sumber:tangkapan layar/istimewa
Mampu membuat kerusakan besar, angin kencang di Rancaekek bukan tornado Sumber:tangkapan layar/istimewa

Ruzka.Republika.co.id - Video angin kencang yang yang menyebabkan kerusakan bangunan dan bahkan membalikkan truk viral di media sosial. Seorang ahli klimatologi mengategorikan, angin kencang itu adalah tornado pertama yang terjadi di Indonesia.

"Kronologi foto-foto dan video yang dibagikan oleh masyarakat dan media sangat membantu para peneliti dalam mendokumentasikan kejadian ekstrem ini, yang dicatat sebagai kejadian tornado pertama di wilayah ini," ungkap Erma Yulihastin, seorang pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam akun Twitter @EYulihastin, seperti yang dilansir oleh Ruzka Republika Jumat (23/2/2024).

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat, dua kejadian angin puting beliung terjadi di Sumedang-Bandung.

Kejadian pertama terjadi di Kecamatan Jatinangor, Sumedang, sekitar pukul 16.00 WIB, sementara kejadian kedua terjadi di Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, pada sore hari.

Sang ahli juga mengungkap perbedaan durasi dari bencana ini dibandingkan dengan kejadian puting beliung biasa di Indonesia.

"Durasi bencana ini juga berbeda. Dalam kasus puting beliung yang umum terjadi di Indonesia, biasanya hanya berlangsung sekitar 5-10 menit, yang pada dasarnya sudah dianggap cukup lama. Hanya ada satu kasus yang tidak biasa di mana puting beliung terjadi selama 20 menit di Cimenyan pada tahun 2021," tambahnya lagi.

BMKG UNGKAP BENCANA ANGIN ITU BUKAN TORNADO

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan kepada semua pihak untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat setelah pernyataan dari peneliti BRIN mengenai kemiripan antara puting beliung di Rancaekek dengan tornado di Amerika Serikat.

BMKG menjelaskan bahwa pada dasarnya fenomena puting beliung dan tornado memiliki kemiripan visual, namun puting beliung tidak memiliki kekuatan sebesar tornado yang biasanya terjadi di wilayah Amerika.

"Kami mengimbau kepada siapa pun yang berkepentingan untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Cukup menggunakan istilah yang sudah dikenal di masyarakat Indonesia agar lebih mudah dipahami," jelas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, kepada Republika pada Kamis (22/2/2024).

Andri menjelaskan bahwa kemiripan visual antara fenomena puting beliung dan tornado terletak pada angin kencang yang berputar, berbahaya, dan berpotensi merusak. Istilah "tornado" biasanya digunakan di Amerika Serikat untuk menggambarkan angin kencang yang meningkat menjadi sangat dahsyat, dengan kecepatan angin mencapai ratusan kilometer per jam dan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer, sehingga dapat menyebabkan kerusakan luar biasa.

"Sementara di Indonesia, fenomena yang serupa dikenal sebagai puting beliung, dengan kecepatan angin dan dampak yang tidak sekuat tornado besar yang terjadi di Amerika," tambahnya.

Andri menjelaskan bahwa secara visual, puting beliung merupakan angin kencang yang berputar dengan kuat menyerupai belalai, dan biasanya dapat menyebabkan kerusakan di sekitar lokasi kejadian. Puting beliung terbentuk dari sistem awan cumulonimbus (CB), yang memiliki karakteristik dalam menyebabkan cuaca ekstrem.

Walau begitu, tidak semua awan CB dapat menyebabkan fenomena puting beliung, dan hal ini tergantung pada kondisi labilitas atmosfer.

Andri juga menyatakan bahwa kejadian puting beliung umumnya berlangsung dalam waktu singkat, dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit. Biasanya, puting beliung lebih sering terjadi pada periode peralihan musim dan tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada musim hujan.

Berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung, seperti pada tanggal 5 Juni 2023 di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah-Bandung. Fenomena ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan rumah warga.

"Pada tahun 2023 juga tercatat kejadian puting beliung di wilayah Bandung pada bulan Oktober di Banjaran dan bulan Desember di Ciparay, yang juga menyebabkan kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang. Bahkan pada tahun 2024, tepatnya pada tanggal 18 Februari 2024, puting beliung juga terjadi di Parongpong, Bandung Barat," tambahnya.

× Image