Siwo Award 2025: Pejuang Arena Olahraga Siap Dicatat Sejarah

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Angin sore Jakarta bergerak pelan ketika langkah para undangan memasuki halaman Sekretariat PWI Pusat, Gedung Dewan Pers, Lantai 4, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa, (4/11/2025).
Di ruang yang menjadi saksi banyak cerita pers nasional, hari itu sebuah bab baru diperkenalkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat bersama Seksi Wartawan Olahraga Indonesia (Siwo) meluncurkan Siwo Award 2025. Setelah satu tahun vakum, penghargaan bagi insan olahraga Indonesia itu kembali hadir seperti obor yang dinyalakan lagi setelah hampir padam.
Di ruang rapat, Ketua Siwo Pusat, Suryansyah, berdiri tenang. “Siwo Award dirancang untuk mengapresiasi prestasi olahraga Indonesia secara komprehensif,” katanya.
Bukan sekadar seremoni, melainkan panggung penghormatan bagi mereka yang telah mengorbankan waktu, raga, dan mimpi demi nama bangsa. Penghargaan yang diberikan kepada insan olahraga Indonesia yang berprestasi, baik secara nasional maupun internasional.
Baca juga: Kapolres Garut Pimpin Apel dan Geladi Lapang Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Penghargaan ini akan digelar pada tahun depan, bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 8 Februari 2026 di Banten. Di malam itu, lampu-lampu akan dipadamkan, sorotan panggung akan diarahkan, dan nama-nama para juara akan disebut bukan hanya sebagai atlet tetapi sebagai penjaga martabat merah putih.
Tiga Pilar, Lima Belas Cahaya
Tahun ini, Siwo Award hadir dengan wajah yang lebih matang. Ada tiga kategori besar dengan total lima belas penghargaan. Delapan penghargaan utama diberikan untuk mereka yang menoreh sejarah di panggung internasional, mulai dari Olimpiade, Asian Games, SEA Games, hingga Kejuaraan Dunia.
Tidak berhenti di sana, tiga penghargaan khusus disiapkan untuk atlet disabilitas, sebuah bentuk penghormatan bahwa semangat tak pernah mengenal batas fisik. “Untuk kategori disabilitas, Siwo bekerja sama dengan National Paralympic Committee (NPC) agar penghargaan benar-benar sampai ke tangan yang tepat,” ujar Suryansyah.
Lalu ada empat penghargaan kehormatan bagi para pemimpin daerah, tokoh olahraga, dan pemangku kebijakan yang selama ini menjadi akar dari tumbuhnya ekosistem olahraga nasional.
“Untuk kriteria utama terdiri dari atlet putra dan putri terbaik, atlet favorit pilihan media, atlet harapan putra dan putri, pelatih terbaik, cabang olahraga terbaik, serta lifetime achievement bagi atlet atau tokoh legendaris,” sambungnya.
Baca juga: Desa Singasari Bogor Bangun Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Desa
Di Balik Panggung, Ada Penjaga Integritas
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, struktur penilaian kini diperkuat para profesional. Tim keabsahan dihuni oleh wartawan Putra Permata Tegar Idaman (CNNIndonesia.com), mantan atlet nasional Suryo Agung Wibowo, serta perwakilan Bidang Data dan IT KONI Pusat, Kurniawan.
Sementara itu, dewan juri diketuai wartawan senior dan Pemimpin Redaksi Suara Karya, Gungde Ariwangsa. Ia ditemani pengamat olahraga nasional M. Kusnaeni dan Kabid Binpres KONI Pusat, Gugun Yudinar.
Tim ini mulai bekerja setelah SEA Games 2025 di Thailand usai, 9-20 Desember mendatang. Dari ratusan nama, hanya lima terbaik di tiap kategori yang akan masuk nominasi. Lalu, dari meja juri, dipilih satu nama yang bukan hanya menang, tapi layak dikenang.
Pers, Atlet, dan Jejak yang Tak Pernah Hilang
Ketua Umum PWI Pusat, Akhmad Munir, memecah keheningan dengan kata-kata yang pelan namun menggema. “Seksi Wartawan Olahraga (Siwo) adalah jembatan informasi antara atlet dan publik,” ucapnya. Dalam tiap berita, ada napas para atlet; dalam tiap judul, ada darah, peluh, dan mimpi yang dicatat agar tak hilang ditelan waktu. Tak hanya prestasi yang dikabarkan Siwo tetapi juga menyebarkan insprirasi.
Baca juga: Usai Pencarian Sejak Pagi, BPBD Majalengka Temukan Bocah Hanyut di Sungai Kertajati
“Mempererat sinergi antara pers dan atlet, serta memberikan pengakuan atas dedikasi mereka, itulah alasan Malam Anugerah ini hadir,” lanjut Munir. “Ini adalah penghargaan tertinggi dari insan pers olahraga kepada para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di Arena Juara.”
Semua mata tertuju pada satu titik ketika Munir menutup peluncuran itu dengan kalimat lirih namun tegas, “Dengan membaca Bismillah, event Siwo Award kami luncurkan.”
Siang itu, Jakarta menjadi saksi. Bahwa olahraga bukan sekadar angka di papan skor, bukan hanya medali yang menggantung di dada. Ia adalah cerita, perjuangan, dan cara bangsa ini mengingat para juara bukan hanya di podium, tetapi juga dalam ingatan sejarah. (***)
Penulis: Djoni Satria/Wartawan Senior
