Home > Nasional

Ganti Logo dan Tinggalkan Jokowi, Langkah Projo Berlabuh ke Gerindra Sangat Politis

Bagi Budi Arie, bila tetap menggunakan logo dengan siluet Jokowi dapat menenggelamkan dirinya dan Projo dalam politik nasional.
Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi menyampaikan pidato politiknya pada pembukaan Kongres III Projo di Jakarta, Sabtu (01/11/2025). (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi menyampaikan pidato politiknya pada pembukaan Kongres III Projo di Jakarta, Sabtu (01/11/2025). (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

RUZKA–REPUBLIKA NETWORK – Tak ada yang mengejutkan melihat rencana pergantian logo Projo bergambar siluet Joko Widodo.

Hal itu diutarakan Penfanat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta M Jamiluddin Ritonga. "Pergantian logo itu bisa jadi diinisiasi Budi Arie Setiadi, yang terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua Projo. Sebagai sosok pragmatis, kiranya wajar bila Budi Arie menginginkan pergantian logo tersebut," ungkapnya kepada RUZKA INDONESIA, Senin (03/11/2025).

Menurut pengamat yang kerap disapa Jamil ini, bagi Budi Arie, Jokowi sudah tidak punya nilai jual politik. Karena itu, Budi Arie perlu secepatnya menjauhkan dirinya, termasuk Projo dari Jokowi.

Salah satu upaya itu dengan mengganti logo. Bagi Budi Arie, bila tetap menggunakan logo dengan siluet Jokowi dapat menenggelamkan dirinya dan Projo dalam politik nasional.

"Upaya menjauh dari Jokowi juga terlihat dari pilihannya untuk bergabung ke Gerindra, bukan ke PSI. Sebab, bila Budi Arie ke PSI, ia akan dinilai masih ternak Jokowi. Hal ini tentu tidak menguntungkannya secara politis, dan dapat menenggelamkan karier politiknya," jelas Jamil.

Karena itu, wajar bila Budi Arie dan Projo berupaya balik badan agar predikat ternak Jokowi dapat diminimalkan. Untuk itu, semua hal yang terkait dengan Jokowi berupaya dihilangkan dari Budi Arie dan Projo.

"Jadi, pergantian logo dan Budi Arie ingin pindah ke Gerindra tentu dilakukan secara sadar. Hal itu dilakukan dengan kalkulasi politik yang matang, khùsusnya untuk memastikan Budi Arie bisa tetap eksis dalam politik nasional. Hal itu kiranya akan terus dilakukan Budi Arie. Ia akan berpindah perahu selama itu menguntungkan secara politis," tandas mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Budi Arie tidak akan peduli meninggalkan orang yang membesarkannya. Baginya, perahu itu hanya tempat persinggahannya.

Ia akan singgah di perahu itu selama menguntungkannya. Sebaliknya ia akan tinggalkan perahu itu bila secara politis sudah tidak menguntungkannya.

Di sisi lain Jamil juga mengingatkan bahwa Gerindra harus berhati-hati dalam menerima Budi Arie. Jangan sampai Gerindra hanya dijadikan perahu sementara untuk mewujudkan ambisinya.

"Bisa jadi, Budi Arie nantinya akan meninggalkan Gerindra bila dinilainya sudah tak punya nilai jual. Nasib Gerindra nantinya akan sama dengan Jokowi, Budi Arie akan beganti perahu lagi. Ini tentu menyakitkan bagi Gerindra," pungkasnya. (***)

Image
ao s dwiyantho putra

aodwiyantho@gmail.com

× Image