Kasus Main Domino, Pengamat Sebut Raja Juli Layak Dicopot

RUZKA–REPUBLIKA NETWORK – Permintaan maaf Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni setelah viral main domino dengan mantan tersangka pembalakan liar Azis Wellang dan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding tentu sulit dipahami apalagi diterima. Hal itu diungkapkan M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta kepada RUZKA INDONESIA, Rabu (10/09/2025) petang.
Menurutnya, belakangan ini kesannya permintaan maaf sudah menjadi tren. Terutama para pejabat yang sudah terdesak karena tindakan atau pernyataannya, selalu berujung pada permintaan maaf.
"Permintaan maaf setelah viral mengesankan keterpaksaan. Padahal permintaan maaf sejatinya datang dari lubuk hati yang dalam karena menyadari sudah melakukan kesalahan. Permintaan maaf seperti itu didasari ketulusan. Kalau permintaan maaf seperti ini barulah kita terpanggil untuk memaafkannya," ungkap pengamat yang kerap disapa Jamil ini.
Kalau setiap pejabat meminta maaf setelah viral diaminkan, maka bisa jadi hal itu akan dijadikan modus. Pejabat merasa berbuat salah tidak menjadi masalah karena penyelesaiannya cukup dengan permintaan maaf.
"Permintaan maaf Raja Juli Antoni seharusnya tidak dianggap selesai. Raja Juli sebagai Menteri Kehutanan bermain domino dengan mantan tersangka pembalakan liar tentu sulit dipahami. Sebab, pembalakan liar berkaitan langsung dengan masalah kehutanan di tanah air," imbuh Jamil.
Semakin sulit dipahami lagi, lanjutnya, karena Raja Juli mengaku tidak mengenal Azis Wellang. Pengakuan Raja Juli ini justru menguatkan dugaan sebaliknya.
Seperti diketahui, pada November 2024, Direktorat Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan Azis Wellang sebagai tersangka pembalakan liar. Penyidikan Kementerian Kehutanan dihentikan pada Februari 2025 setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan praperadilan Azis.
"Jadi, sangat sulit memahami duduk bersama main domino tapi tidak saling kenal. Apalagi bila hal itu dilakukan seorang menteri, yang seharusnya sudah mengetahui gambaran sosok yang akan ditemuinya," tandas mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.
Jamil pun menilai, Raja Juli bermain domino dengan mantan tersangka pembalakan liar sangat tidak patut. Sebagai menteri, Raja Juli terkesan tidak tahu menempatkan diri.
Menurutnya, menteri semacam itu tak sepatutnya dipertahankan. Presiden Prabowo Subianto kiranya layak mencopot Raja Juli sebagai Menteri Kehutanan.
"Ketegasan presiden terhadap pembantunya perlu diwujudkan agar semua menteri tetap segaris dengannya. Jangan sampai presiden berteriak perang terhadap pembalakan liar, tapi menteri justru bermain domino dengannya. Menteri seperti ini sungguh tak layak menjadi pembantu presiden," tandas Jamil. (***)