Pernyataan Jokowi Bisa Multitafsir dan Membuat Masyarakat Saling Curiga

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK - Pernyataan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali diungkapkan atas dasar feeling. Kali ini Jokowi memiliki feeling adanya sosok besar yang mem-back-up tuduhan ijazah palsu dan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka.
Terkait pernyataan Jokowi tersebut, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta M Jamiluddin Ritonga menanggapinya bahwa pernyataan Jokowi itu tentu bisa membuat masyarakat menerawang bebas dan liar mengenai sosok orang besar tersebut. Setidaknya dalam perspektif politik nasional, orang besar itu kerap diidentikan dengan penguasa atau mantan penguasa.
Hal itu bisa terjadi, karena makna pesan dalam paradigma interpretasi tidak inheren dalam pesan itu sendiri. Makna pesan muncul melalui interaksi antara pesan dan individu yang menerimanya, serta konteks di mana pesan disampaikan.
Jamil juga melihat bahwa makna pesan yang disampaikan Jokowi akan dipengaruhi oleh pengalaman dan perspektif masyarakat Indonesia. Pesan yang disampaikan Jokowi akan diinterpretasi oleh individu yang berbeda.
"Akibatnya, bisa saja ada elemen masyarakat yang kemudian menduga orang besar itu Presiden Prabowo Subianto. Elemen masyarakat itu bisa saja menduga Prabowo melakukan operasi silent dengan menggunakan tokoh atau kelompok tertentu untuk mengakomodir aspirasi Forum Purnawirawan TNI atau kelompok Roy Suryo," ungkap Jamil kepada RUZKA INDONESIA di Jakarta, Sabtu (26/07/2025) pagi.
Elemen masyarakat lain bisa juga menduga orang besar itu mantan-mantan presiden seperti Megawati Soekarnoputri atau Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Persepsi liar kelompok masyarakat ini bisa saja menilai Megawati atau SBY berada di balik isu ijazah palsu Jokowi dan pemakzulan Gibran.
"Jadi, pernyataan Jokowi ada orang besar di balik ijazah palsu dan pemakzulan Gibran dapat menimbulkan saling mencurigai di tengah masyarakat. Hal ini tentunya dapat menambah kegaduhan dalam politik nasional," jelas mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.
Jamil juga melihat pernyataan Jokowi itu sangat tidak etis dan kurang bersikap negarawan. Pernyataan demikian sungguh tidak seharusnya keluar dari seorang mantan presiden.
Lanjut Jamil, lebih bijak bila Jokowi menyebut dengan tegas orang besar yang mem-back-up tuduhan ijazah palsu dan pemakzulan Gibran.
"Dengan cara itu, masyarakat tidak liar dalam mempersepsi pernyataan Jokowi. Cara ini lebih elegan dan jauh dari kegaduhan di tengah masyarakat," pungkasnya. (***)