Catatan Cak AT: Berdaya Diri Gaya Putri Ariani

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Di tengah hiruk-pikuk bazar perbankan syariah dan hingar-bingar industri modest fashion —yang biasanya sibuk menjual gamis bordir dengan bonus _tote bag_— tiba-tiba suasana hening. Hadirin menatap ke arah Putri Ariani yang duduk di kursi, di atas panggung.
"Malam ini, teman-teman, saya ingin menyanyikan lagu baru," katanya, dengan suara tegar. “Pernahkah kita sadari hebatnya diri kita yang selalu tangguh?” Ia mengaku, lagu "Berdaya Diri" ditulisnya untuk kita —mereka yang mesti terus melangkah, meski dunia tak selalu ramah.
"Ada kalanya hidup memang tidak berpihak pada kita. Tapi yakini, segala proses yang telah kita lewati atau yang akan kita jalani adalah bentuk dari bagaimana diri kita berdaya," lanjutnya, dalam kalimat-kalimat yang sekaligus menjadi tafsir dari lirik lagunya.
Putri membuka suara —secara harfiah dan simbolis— di panggung acara BSI International Expo 2025, di Jakarta tadi malam.
Baca juga: Catatan Cak AT: Dari Muharam ke Manhattan
Bukan untuk menjual saham syariah atau diskon _skincare_ halal, melainkan untuk menyanyikan lagu-lagu, termasuk yang baru ciptaannya.
Tapi sungguh, ini bukan sekadar lagu. Ini karya yang lahir dari pendalaman diri Putri, yang bukan hanya layak masuk _playlist_ harian, tapi juga pantas dikutip dalam khutbah Jumat dan _caption_ Instagram bertagar #inspirasi.
Suaranya menggetarkan. Bahkan mungkin sempat membuat para pejabat yang duduk tegak dengan wajah kaku di kursi VIP merasa seperti mereka juga ingin bangkit dan berdaya diri —walau hanya untuk berdiri dan ikut tepuk tangan.
Baca juga: Makan Bubur Suro dalam Acara Intimate 1 Suro Komoenitas Makara
Tapi yang lebih menggetarkan lagi adalah barisan kursi roda di deretan depan, diisi para penyandang disabilitas. Mereka tak sekadar menjadi "hiasan belas kasih", melainkan subjek kekuatan itu sendiri. Dalam lagunya, Putri bernyanyi seolah mengisahkan perjalanan hidupnya:
> Kelak perjuanganmu kan temukan jalannya,
> Langkah kecilmu membawa harapan
Tunggu. Ini bukan lirik biasa. Ini kisah tentang perjuangan Putri hingga tiba di puncak. Ini semacam kitab saku harian bagi siapa pun yang pernah jatuh, tersesat, atau tersandung selimut sendiri di pagi hari lalu memutuskan menyerah pada hidup. Dan lagu ini berkata: _jangan!_
Karena kamu —iya, kamu yang sedang lelah dan lupa password hidup— sungguh begitu bermakna.
Dan tentu, tak lengkap rasanya jika peluncuran lagu ini tak dikaitkan dengan kolaborasi. Zaman sekarang, bahkan lagu harapan pun perlu berjejaring.
Baca juga: Ketika Obrolan Wartawan Candain Kelakuan Istri, Apakah Juga Anda Alami?
Maka datanglah Klamby, brand _modest fashion_ nasional yang berhasil memadukan kain, kampanye, dan kekuatan afirmasi dalam satu gerakan bernama #LangkahBerdayaDiri.
Sambil menjual kebaya, mereka juga menjual ide: bahwa mencintai diri sendiri bukanlah dosa, apalagi bentuk narsisme —melainkan strategi bertahan hidup.
Putri menyebut, “Perempuan hebat adalah yang tahu cara merangkul kelemahan menjadi kekuatan.” Sebuah kalimat yang seharusnya ditulis di kaca kamar mandi, agar setiap pagi kita tahu bahwa bedak luntur dan jerawat hormonal bukanlah musuh besar hidup ini.
Namun di balik keindahan melodi dan kampanye ini, mari kita jujur. Masyarakat kita masih sering gagap ketika bicara soal disabilitas. Kita membungkusnya dengan istilah "berkebutuhan khusus", seolah hendak menyamarkan fakta bahwa dunia ini belum cukup ramah.
Baca juga: RSUI Gelar Donor Darah, Tak Hanya Membantu Sesama, Juga Bermanfaat untuk Pendonor
Kita bertepuk tangan panjang untuk Putri Ariani, tapi cobalah renungkan: masih banyak gedung tanpa akses kursi roda, masih banyak sekolah yang ragu menerima murid tunanetra karena "kurikulum belum siap", masih banyak dari kita yang tak mau memahami mereka yang berbeda.
Lagu "Berdaya Diri" ini seperti cermin —memperlihatkan bahwa suara penyandang disabilitas bukan untuk dikasihani, melainkan untuk dipahami dan diangkat. Bukan sekadar objek program CSR, tapi subjek perubahan sosial.
Dan akan sangat ironis jika lagu ini hanya berhenti di panggung, tidak menular ke kebijakan. Karena sehebat apa pun nada tinggi Putri Ariani, dunia tak akan berubah hanya dengan tangis haru dan _standing ovation._ Dunia berubah ketika keadilan menjadi kebiasaan, dan kesetaraan menjadi refleks sosial.
Baca juga: Disdik Depok Kembali Buka Pendaftaran, Ini SMPN yang Kekurangan Murid
Maka mari kita beri tepuk tangan —sekali lagi, bukan hanya untuk lagu, tapi untuk pesan di balik lagu. Lagu yang menampar kita dengan kelembutan, menggedor kesadaran dengan ketenangan, dan menyanyikan perlawanan dengan senyuman.
Putri Ariani memang tidak melihat. Tapi ia membuat kita melihat lebih jauh. Melihat bahwa berdaya diri bukan sekadar lirik indah, tapi kerja keras yang tak boleh berhenti. Dan tentu saja, seperti ia nyanyikan:
> Berani melangkah hadapi dunia,
> Yakini untuk kita percaya —karena kita bermakna.
Walau kadang dunia ini terasa seperti bazar fashion yang terlalu ramai dan penuh diskon palsu, tetaplah percaya bahwa kamu bermakna. Bahkan saat semua orang tampak sibuk membeli baju baru untuk menutupi luka lama.
Baca juga: Perkuat Ketahanan Pangan, Inflasi di Depok Terkendali
Akhirul kalam: Jika Putri Ariani bisa menyanyi dengan segenap jiwa, kita pun bisa hidup dengan segenap keberanian.
Kalau tidak percaya, ulangi lagu ini. Tapi jangan salahkan tetangga kalau kamu ikut menangis sambil pakai sheet mask. (***)
Cak AT – Ahmadie Thaha/Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 28/6/2025