Transformasi Strategis Bank Jakarta Menjadi Pilar Kota Global

RUZKA—REPUBLIKA NETWORK — Perubahan Bank DKI menjadi Bank Jakarta pada peringatan HUT ke-498 Kota Jakarta, Ahad (22/06/2025) lalu disambut baik oleh Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris. Baginya, pergantian nama ini adalah transformasi strategis dalam menyongsong masa depan Jakarta sebagai kota global.
“Bank Jakarta berpotensi menjadi pilar penting dalam pembangunan Jakarta sebagai kota global. Lembaga keuangan ini bukan sekadar bank milik daerah, tetapi bisa dan harus menjadi kekuatan pendorong ekonomi, katalis transformasi digital, dan simbol kepercayaan publik,” ujar Fahira Idris di Jakarta, Selasa (24/06/2025).
Senator Jakarta ini mengungkapkan, jika dijalankan dengan visi, integritas, dan keberpihakan pada warga, Bank Jakarta dapat menjadi kebanggaan warga serta bagian penting dari mesin transformasi Jakarta menuju pentas dunia. Menurutnya, setidaknya ada lima alasan mengapa peran strategis Bank Jakarta menjadi sangat penting dalam mendukung visi besar Jakarta ke depan.
Pertama, representasi identitas dan “ambisi” global. Pergantian nama menjadi Bank Jakarta mencerminkan reposisi dan rebranding menuju identitas kota global. Nama "Jakarta" memiliki kekuatan simbolik yang lebih luas daripada sekadar singkatan administratif "DKI". Jakarta membawa resonansi yang dikenal dunia internasional yang sejajar dengan kota-kota seperti Tokyo, London, atau Singapura yang nama kotanya melekat erat dengan lembaga-lembaga keuangan kelas dunia.
“Langkah ini menguatkan narasi bahwa Jakarta siap bertarung di pentas global sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, keuangan, dan bisnis. Bank Jakarta dapat menjadi salah satu wajah kota ini dalam menjalin relasi dengan pasar regional dan internasional,” kata Fahira Idris.
Kedua, pendorong inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi lokal. Menurut Fahira Idris, sebuah kota tidak akan menjadi global tanpa menyelesaikan pekerjaan rumah di tingkat lokal. Di sinilah peran Bank Jakarta menjadi krusial. Sebagai bank milik daerah, Bank Jakarta memiliki akses langsung dan tanggung jawab untuk memberdayakan pelaku UMKM, sektor informal, dan komunitas ekonomi kreatif. Dengan dukungan pembiayaan yang inklusif dan program literasi keuangan yang massif, Bank Jakarta bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi warga.
Ketiga, menjadi fondasi keuangan bagi aglomerasi metropolitan. Fahira Idris juga menyoroti pentingnya Bank Jakarta dalam konteks kawasan aglomerasi Jabodetabekpunjur. Sebagai wilayah yang saling terhubung secara sosial dan ekonomi, Jakarta tidak dapat berkembang tanpa memperkuat kolaborasi dengan kota-kota penyangga. Bank Jakarta bisa memainkan peran sebagai lembaga keuangan metropolitan yang mendukung pembiayaan lintas wilayah, mulai dari proyek transportasi massal, hunian terjangkau, hingga pengelolaan sumber daya lainnya bersama.
Keempat, menjadi pemimpin transformasi digital dan keamanan siber. Transformasi digital menjadi indikator utama daya saing kota global. Fahira Idris menekankan bahwa Bank Jakarta harus menjadi pionir bank digital yang tidak hanya andal secara teknologi, tetapi juga adaptif dan aman. Keberhasilan Jakarta sebagai smart city tidak terlepas dari keberadaan sistem keuangan yang cepat, aman, dan berbasis teknologi mutakhir.
Kelima, menuju Initial Public Offering (IPO). Transformasi Bank Jakarta menuju IPO adalah langkah penting menuju tata kelola modern dan transparan. IPO bukan hanya cara untuk memperkuat modal, tetapi juga membuktikan kepada pasar bahwa Bank Jakarta mampu bersaing secara profesional. Langkah ini, tukas Fahira Idris, akan membuka peluang kolaborasi dengan mitra internasional, serta meningkatkan kepercayaan investor terhadap sektor keuangan daerah.
“Dengan struktur permodalan yang kuat, sistem manajemen risiko yang canggih, dan kepatuhan terhadap standar internasional, Bank Jakarta bisa berdiri sejajar dengan bank-bank besar Asia Tenggara yang telah mendunia,” pungkas Fahira Idris. (***)