Home > Nasional

Koperasi Merah Putih dan BPI Danantara Dinilai Jadi Solusi Deindustrialisasi Indonesia

Dalam keterangannya pada Rabu (23/04/2025), Sultan menekankan bahwa kontribusi sektor industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah mencapai 19,89 persen pada 2024.
Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan B Najamudin, mengatakan optimisme tinggi terhadap peran strategis koperasi Merah Putih dan BPI Danantara dalam menghadapi gejala deindustrialisasi yang tengah melanda Indonesia.

Melalui penguatan lembaga keuangan mikro berbasis koperasi, Sultan yakin industrialisasi nasional dapat didorong kembali dari tingkat desa.

Dalam keterangannya pada Rabu (23/04/2025), Sultan menekankan bahwa kontribusi sektor industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah mencapai 19,89 persen pada 2024.

Baca juga: DPD RI dan Menparekraf Bahas Solusi Pengangguran Sarjana lewat Ekonomi Kreatif

Menurutnya, angka ini berpotensi meningkat apabila program pemerintah yang padat modal dapat diarahkan menjadi koperasi produksi yang tersebar di berbagai desa.

“Deindustrialisasi serta praktik lintah darat dan pinjaman online kini sudah menjadi ancaman nyata bagi masyarakat. Karena itu, kehadiran koperasi Merah Putih menjadi harapan baru yang harus kita dukung bersama,” jelas

Sultan, yang juga pernah menjabat Ketua HIPMI Bengkulu, mengapresiasi pendekatan ekonomi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran. Ia menilai kebijakan mereka berani dan tidak populis, namun sangat dibutuhkan dalam situasi geopolitik dan geoekonomi yang menantang.

Baca juga: Penyusunan RAPBN TA 2026, Pentingnya Sinergi Pusat dan Daerah dalam Perencanaan Pembangunan serta Kebijakan Fiskal

Ia menjelaskan bahwa perubahan arah kebijakan dari belanja konsumtif pemerintah ke arah investasi produktif memang menimbulkan shock culture di kalangan birokrasi. Namun, transisi ini merupakan bentuk penyesuaian yang wajar demi menciptakan sistem ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

“Kebijakan yang lebih sistematis ini memang tidak memberikan dampak instan, tetapi hasilnya akan jauh lebih kokoh dalam jangka panjang. Maka wajar jika kita melihat perubahan mood sosial dan dinamika investasi pasar yang fluktuatif,” jelasnya.

Meski begitu, Sultan tetap optimistis terhadap masa depan ekonomi nasional. Ia percaya bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar dalam bentuk bonus demografi, kekayaan sumber daya alam, dan infrastruktur yang kian membaik. Semua ini, menurutnya, menjadi modal penting untuk menghidupkan kembali industrialisasi berbasis koperasi.

Baca juga: Jimly School of Law and Government Luncurkan Jimly Award, Jaga Penegakan Demokrasi dan Konstitusi

“Ke depan, kita akan menyaksikan tumbuhnya koperasi produksi di berbagai sektor seperti kelapa, kopi, perikanan, dan komoditas lainnya yang berbasis desa. Inilah bentuk industrialisasi rakyat yang sesungguhnya,” tutup Sultan dengan penuh harap.

Dengan optimisme dan dukungan kebijakan yang tepat sasaran, Indonesia memiliki peluang besar untuk keluar dari bayang-bayang deindustrialisasi dan menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (***)

Penulis: Bambang Priambodo/RUZKA INDONESIA

× Image