Lansia dan Lolita Aktif, Syawal Reflektif: Momentum Halal Bi Halal Majelis Taklim Al-Muqorrobin Depok Utara

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Bulan Syawal bukan hanya penanda usainya Ramadhan, tetapi juga menjadi momen penting untuk refleksi, memperbarui niat, dan menjaga semangat ibadah yang telah dilatih selama sebulan penuh. Dalam semangat inilah, Majelis Taklim Al-Muqorrobin Depok Utara menyelenggarakan kegiatan Halal bi Halal pada Rabu (17/04/2025) lalu.
Giat dihadiri oleh jamaah dari berbagai usia—terutama dari kalangan Ibu-Ibu Lansia (Lanjut usia) dan Lolita (Lolos Lima Puluh Tahun) dan para lansia yang selama ini menjadi pilar utama dalam kehidupan keagamaan komunitas.
Bertempat di aula Masjid Al Muqorrobin Kompleks Perumnas Depok Utara, Beji, Kota Depok, suasana hangat dan penuh kasih menyelimuti pertemuan ini.
Baca juga: Depok akan Ikuti Verifikasi Lapangan Secara Hybrid KLA Tahun 2025
Rangkaian acara meliputi pembacaan shalawat, tausiyah dengan tema “Melanjutkan Keistikamahan dalam Ibadah, Selepas Ramadan”, yang disampaikankan oleh Ustadzah Ade Solihat, dan ramah tamah disertai makan bersama.
“Bulan Syawal adalah bulan setelah bulan Ramadhan yang penuh berkah. Jika kita memaknai Ramadan sebagai bulan latihan dan bulan penuh bonus bagi amalan ibadah yang intens, maka bulan Syawal dapat kita maknai sebagai bulan refleksi. Apakah latihan atau riyadhah kita selama bulan Ramadan lalu berhasil membawa kita kepada kehidupan yang terus penuh semangat beribadah selepas Ramadan?” tanya Ustadzah Ade Solihat mengawali tausiyahnya.
Ustadzah Ade Solihat, yang juga merupakan dosen Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini, melanjutkan dengan pertanyaan, “Apa saja ibadah atau kegiatan di bulan Ramadan yang paling berkesan dan ingin atau bisa dilanjutkan oleh Ibu-Ibu? Tentu setiap dari kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda.”
Baca juga: Wakil Ketua DPRD Depok Bersama Masyarakat Gelar Aksi Bersih-bersih Kali Laya
Ibu Tatang, salah seorang jamaah perintis Majelis Taklim Al-Muqorrobin menjawab, “bagi saya yang paling berkesan adalah menjalankan salat tarawih berjamaah di masjid; saya selalu bahagia melakukan ibadah salat tarawih di masjid, karena bersama-sama, jadi bisa bertemu dengan warga lainnya. Di luar bulan Ramadan tidak ada kebiasaan seperti ini. Selain itu, dengan berjamaah membuat salat tarawih tidak terasa melelahkan.”
“Saya berkesan dengan kegiatan makan bersama pada saat buka puasa bersama; kebersamaan selalu membawa kebahagiaan bagi saya” ujar Ibu Onie.
“Kalau saya senang membaca Al-Quran sepanjang bulan Ramadan,” sambung Ibu Tri.
Demikian, satu persatu Ibu-Ibu yang rata-rata telah melewati usia 65 tahun itu menjawab dengan sangat antusias.
Baca juga: Ajak Partisipasi Masyarakat, Depok Peringati Hari Jadi pada 27 April, Ini Tema dan Makna Logonya
“Nah, aktivitas-aktivitas, yang biasa dilakukan pada bulan Ramadhan, seperti berpuasa selama satu bulan penuh, banyak melakukan salat wajib dan tarawih berjamaah, tilawah (membaca Al-Quran), menahan diri selama berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan/atau maksiat, memperbanyak sedekah, kesyahduan ber-i’tiqaf, dan lain sebagainya, dapat diteruskan," terang Ustadzah Ade Solihat.
Memang tidak ada lagi kegiatan salat tarawih di luar Ramadhan, tetapi kebiasaan bangun malam dapat diisi dengan salat tahajud dan menciptakan nuansa i’tiqaf; kita juga bisa melanjutkan kebiasaan khatam Al-Quran, dan seterusnya berbagai kebaikan-kebaikan yang kita jalankan selama Ramadan.
"Oleh karena itulah, bulan Syawal ini dapat dijadikan waktu untuk refleksi terhadap pencapaian ibadah kita dan kelanjutannya di bulan-bulan yang lain,” demikian Ustadzah Ade Solihat menjelaskan panjang lebar pentingnya menjadikan bulan Syawal sebagai bulan refleksi," ungkap Ustadzah Ade Solihat.
Baca juga: Lomba Video Promosi Pelayanan, Senam dan Kuis Interaktif Meriahkan Semarak HUT ke-17 RSUD KiSA Depok
Merawat Kenikmatan Ramadhan
Bulan Syawal menjadi ruang spiritual untuk menjaga kenikmatan Ramadhan, bukan hanya dalam aspek ibadah, tetapi juga dalam semangat berbagi, berkumpul, dan memperkuat nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks inilah, Halal bi Halal Majelis Taklim Al-Muqorrobin Depok Utara menjadi sangat relevan dalam menjembatani nilai Ramadan ke dalam praktik sosial yang bermakna.
“Halal bi Halal ini memang momentum awal bagi dibukanya kembali kegiatan kajian rutin yang biasa dilakukan sepekan sekali,” ujar Bu Any, aktivis dari kalangan Lolita. Nanti kita bisa kita tambahkan dengan kegiatan kesenian Islam, misalnya latihan marawis, tambah Bu Any.
Para Lansia dan Lolita yang hadir bukan hanya peserta, tapi juga inisiator kegiatan. Mereka merancang, memimpin, bahkan menghidupkan suasana dengan cerita, doa, dan semangat beraktivitas yang tak pernah padam.
Baca juga: Anggota DPRD Depok Dorong Insentif Bebas PBB untuk Rumah Kader dan Pengelola Bank Sampah
Ada banyak kegiatan selain kajian rutin yang dilakukan, antara lain: memilah sampah, senam pagi, kegiatan pos yandu, dan lain-lain.
“Insya Allah di usia yang telah melewati 50-an, kami justru merasa lebih tenang, lebih dekat dengan Allah. Ramadan kemarin kami syukuri, dan di Syawal ini kami jaga ritmenya,” tutur beberapa orang Lolita yang hadir di majelis taklim ini.
Model Lansia Aktif ala Indonesia: Spiritual, Sosial, dan Produktif
Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki model khas dalam memperlakukan lansia: tidak hanya dilindungi, tetapi diberdayakan dalam kerangka spiritualitas komunitas.
Dalam ruang-ruang seperti majelis taklim, para senior tampil sebagai guru kehidupan, penggerak gotong royong, dan penjaga nilai.
Baca juga: Cegah Banjir, DPRD Depok Desak Dibuat Embung
Model ini berbeda dari pendekatan di masyarakat modern yang sering mengisolasi lansia dalam sistem panti atau hanya berfokus pada kesejahteraan material.
Di Indonesia, terutama di kalangan Majelis Taklim di Depok Utara, lansia masih berada di depan, di tengah-tengah komunitas, masih aktif bergerak, menasihati, memimpin, bahkan menjadi panutan spiritual.
Kegiatan majelis taklim menjadi sejalan dengan gerakan “Depok Sayang Ama Emak”, yang baru saja diluncurkan oleh Pemerintah Kota Depok. Sebuah gerakan peduli kepada lansia, yang diturunkan dari program Gubernur Jawa Barat, “Jabar Sayang” atau “Jabar Nyaah Ka Indung”.
Mungkin, selain disayangi dengan disantuni, program tersebut dapat diperluas dengan memfasilitasi kegiatan-kegiatan positif para Lansia dan Lolita di ruang-ruang aktivitas yang mereka pilih.
Baca juga: Pembinaan Kampung KTR, 7 RW di Depok Jadi Sasaran
Memang tidak semua Lansia seberuntung seperti komunitas Lansia di Majelis Taklim Al-Muqorrobin Depok Utara. Oleh karena itu, penting juga menggerakkan peduli lansia oleh para lansia itu sendiri, demikian menurut Ibu Ade Solihat.
Lanjut Ibu Ade Solihat lagi, “Majelis taklim menjadi arena antargenerasi yang langka, yaitu tempat di mana kebijaksanaan hidup diturunkan secara lisan; tempat nilai-nilai Islam tidak hanya diajarkan tetapi dihidupi bersama.
Selain itu juga, tempat Lansia diberi ruang untuk terus belajar, sesuai dengan prinsip “Long life education’, pembelajaran sepanjang hayat.” Oleh karena itulah, di tengah rutinitas mengajarnya, Ade Solihat menyempatkan diri memenuhi undangan Ibu-Ibu Majelis Taklim Depok Utara untuk menyampaikan tausiyah.
Kegiatan Halal bi Halal Majelis Taklim Al-Muqorrobin Depok Utara ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi menjadi simbol keberlanjutan semangat Ramadan dalam bentuk nyata.
“Syawal bukan bulan beristirahat atau terputusnya dari ibadah, tetapi bulan untuk menjaga apa yang telah diraih. Dengan menguatkan peran Ibu-Ibu Lansia dan Lolita, majelis taklim ini menunjukkan bahwa usia senja bukanlah akhir, melainkan perjalanan kehidupan yang lebih khusyu, berkualitas, dan penuh makna,” demikian Ade Solihat menutup tausiyahnya. (***)