Home > Galeri

Pameran Lukisan Gurat Rasa Nusantara, Seni Rupa Menyatukan Bangsa

Ada sekitar 40 perupa yang berasal dari seluruh Indonesia turut berpartisipasi meramaikan pameran yang berlangsung hingga 10 April 2025 nanti.
Cerpenis, novelis yang juga perupa, Fanny J Poyk saat menghadiri pameran lukisan di Bess Galerry, Glodok Plaza, Jakarta. (Foto: Dok Fanny J Poyk) 
Cerpenis, novelis yang juga perupa, Fanny J Poyk saat menghadiri pameran lukisan di Bess Galerry, Glodok Plaza, Jakarta. (Foto: Dok Fanny J Poyk)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Vincent Van Gogh, perupa/pelukis asal Belanda yang lahir pada 1853, pernah berujar bahwa apa jadinya hidup jika kita tidak memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu?

Sebab kreativitas dan ketekunan adalah kunci dari kepercayaan diri untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan.

Menciptakan serangkaian hal-hal kecil yang disatukan ke dalam bentuk karya seni dalam hal ini seni lukis adalah perwujudan dari kreativitas yang harus dilakukan manusia selama dia masih menetap di bumi.

Berangkat dari pendapat sang maestro seni rupa terkenal itu, pada 15 Maret 2025, dilakukan pembukaan pameran lukisan yang mengambil tempat di Bess Galerry, Glodok Plaza, Jakarta.

Pameran yang dibuka oleh Mayong Suryo Laksono ini, merupakan bagian dari kiprah para seniman perupa Indonesia di dalam mengekspresikan imajinasi mereka ke dalam goresan beragam warna, beragam kisah kehidupan yang mengetengahkan banyaknya budaya juga kehidupan sosial di Indonesia.

Ada sekitar 40 perupa yang berasal dari seluruh Indonesia turut berpartisipasi meramaikan pameran yang berlangsung hingga 10 April 2025 nanti.

Di dalam kata sambutannya, Mayong Suryo Laksono yang pernah menjadi wartawan dari grup Kompas dan juga menjabat sebagai Dewan Pengawas Kantor Berita Antara ini menjelaskan bahwa ia juga menyukai dunia seni rupa selain menulis.

Ia berharap agar kiprah para perupa di Indonesia kian semarak dan kehidupan mereka semakin survive sehingga mereka tetap semangat di dalam mengembangkan kreativitas mereka pada dunia senia rupa.

Di tahun yang baru dengan pemerintahan yang baru dan sedang bekerja melalui akselerasi di berbagai lini, pemerintah tengah mempelajari tentang situasi sosial, politik, ekonomi di mana saat ini banyak diberitakan di media sosial tentang naiknya kebutuhan pokok, penghasilan kaum buruh, PHK dan pekerja yang tergerus inflasi bersama efesiensi yang berkaitan dengan penghasilan mereka. Hal ini membuat keberadaan perekonomian kian meluruhkan rasa gembira pada mereka.

Melihat situasi yang ada, semoga semangat para perupoa tidak menumpul, dengan hadirnya hampir empat puluh seniman Lukis yang berpameran di Bess Galery ini, hal tersebut secara tidak langsung mengajak kita untuk melihat kembali ke-Indonesiaan yang tidak penuh dengan goresan luka dan balutan amarah juga rasa pesimis.

Kita semua diingatkan bahwa yang terbaik dari negeri ini bukan hanya yang tersaji di media sosial, namun ada di hadapan dengan goresan indah yang menyejukkan mata dan menentramkan jiwa, kesemuanya itu terpancar dari lukisan yang terpajang di pameran tersebut.

Sambutan juga disampaikan oleh Farid Ardhiwicahya S.E dari manajemen Bess Gallery dan I Gusti Raden Arya Mahendra Putra selaku Ketua Panitia, serta Aryo Bimo yang juga panitia mewakili para perupa.

Mereka pada intinya mengapresiasi kegiatan pameran ini. Melalui pameran diharapkan para perupa saling berilahturahmi dan berkumpul serta sharing dengar pendapat melalui beragam topik tentang seni rupa dan seni lainnya.

“Meski beberapa waktu lalu gedung Glodok Plaza pernah terbakar, namun kita tidak boleh patah semangat untuk terus berkarya," ucap Farid Ardhiwicahya.

Harapan dari para perupa pun demikian. Di tengah gonjang-ganjingnya ragam berita tentang Pemutusan Hubungan Kerja, korupsi dan kelesuan perekonomian Indonesia yang mempersurut minat beli pada karya seni dalam hal ini seni rupa, para perupa yang notabene juga harus bertahan dengan eksistensi mereka di dunia tersebut, tetap musti berjuang keras agar karya-karya mereka selalu diminati oleh para pencinta seni rupa.

Dan para kolektor tetap bertahan dengan rasa cinta mereka pada dunia seni rupa Indonesia dengan membeli lukisan yang tengah dipamerkan.

Berjuang di ranah seni rupa memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para perupa yang masih meniti dengan bertahan di dunia ini, ada yang semangatnya tumpul untuk terus berkreasi di dunia yang menurut filsuf Albert Camus asal Prancis-Aljazair itu absurd.

Mereka harus berjuang dengan mengikuti pameran demi pameran dengan mengeluarkan biaya yang tak sedikit.

Sebab selain masalah transportasi dengan jarak tempat pameran yang cukup jauh, mereka juga harus membawa lukisan-lukisan yang dipamerkan melalui sarana transportasi online dengan biaya yang tak murah.

Belum lagi masalah ketersediaan alat-alat untuk melukis, biaya di dalam berpartisipasi untuk ikut serta dan lain-lain. Kesemua itu memang tidak murah.

Namun itulah yang disebut perjuangan dan harus tetap dilakoni karena sudah menjadi pilihan profesi, sebab jika mereka tetatp diam di tempat dan berharap hanya pada iklan dan medsos tanpa menampilkan jati diri yang akan menambah catatan portofolio mereka, maka eksistensi dan kualitas karya akan dipertanyakan, di sinilah pentingnya peran dari keikutsertaan sebuah ajang pameran bersama juga tunggal.

Memberikan image sebagai pelukis, baik melalui pamaran atau pun media lainnya agar nama semakin dikenal dan karya diakui kualitasnya, dibutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun serta kesetiaan yang spartan dan pantang menyerah.

Pelukis top seperti Van Gogh, namanya baru berkibar dan harga lukisannya mencapai milyaran Dollar, setelah tiada.

Sebelumnya ia memperoleh bantuan finansial dari adiknya yang bernama Theo. Dan demikianlah arti sesungguhnya dari sebuah perjuangan. Narasi tentang “tak ada makan siang yang gratis”, terkadang ada benarnya.

Semoga usaha dan kerja keras para perupa yang tergabung di grup yang bernama Guna Swara ini, memberikan hasil yang positif dan menggembirakan.

Melalui pameran yang berlangsung di Bess Galerry Glodok Plaza, kiranya semua itu dapat berjalan lancar dan memberikan hasil yang signifikan serta menggembirakan bagi para perupa juga panitia yang terlibat di dalamnya.

Acara yang juga diisi dengan tari-tarian yang merupakan ciri dari budaya Indonesia, menjadi suguhan yang menarik sambil menunggu waktu untuk berbuka puasa. Selain itu, kegiatan juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh penyair sekaligus perupa, Karenina. Salam seni rupa. (***)

Penulis: Fanny J Poyk (cerpenis/novelis/perupa)

× Image