Home > Info Kampus

Ini Rekomendasi Mahasiswa UI untuk Lakukan Skrining Kesehatan bagi Calon Pengantin

Adapun paket manfaat skrining yang diajukan terdiri atas tiga skenario. Pertama, Paket Minimal, meliputi pemeriksaan fisik dan jiwa, biaya admisi, serta hemoglobin.
Mahasiswa UI, Dini Kurniawati dan Tim, menjuarai kompetisi “Rekomendasi Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Award 2024”. (Foto: Dok Biro Humas & KIP UI)
Mahasiswa UI, Dini Kurniawati dan Tim, menjuarai kompetisi “Rekomendasi Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Award 2024”. (Foto: Dok Biro Humas & KIP UI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Dini Kurniawati, bersama tim dari Thinkwell, LLC/USAID Health Financing Activity merekomendasikan kebijakan terkait “Potensi Penghematan Biaya Skrining Calon Pengantin (catin) terhadap Penurunan Penyakit”.

Upaya skrining kesehatan ini bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit pada pasangan pengantin maupun janin.

“Di Indonesia, skrining pada calon pengantin, baru diimplementasikan di DKI Jakarta sejak 2017. Karena itu, jika nantinya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ingin mengimplementasikan skrining calon pengantin ke seluruh Indonesia, tentu diperlukan formula perhitungan pada kebutuhan anggaran pemerintah serta bagaimana potensi penghematannya jika kebijakan ini diimplementasikan,” jelas Dini dalam keterangan yang diterima, Ahad (05/01/2025).

Formula penghitungan yang dilakukan Dini bersama tim ialah melalui proyeksi jumlah pengantin dalam lima tahun ke depan, dengan biaya satuan dari tiap komponen pemeriksaan serta angka inflasi.

Adapun paket manfaat skrining yang diajukan terdiri atas tiga skenario. Pertama, Paket Minimal, meliputi pemeriksaan fisik dan jiwa, biaya admisi, serta hemoglobin.

Paket Moderat mencakup Paket Minimal ditambah pemeriksaan HIV, sifilis, hepatitis B, TBC, diabetes mellitus, dan hipertensi.

Sementara, Paket Komprehensif meliputi Paket Moderat ditambah pemeriksaan cenarioia. Formulasi tersebut dilakukan dengan ataupun tanpa memperhitungkan kepesertaan JKN calon pengantin.

Menurut Dini, pembahasan tentang financing penting, namun belum banyak dilakukan. Untuk itu, mereka melakukan perhitungan dari target calon pengantin dikali dengan biaya satuan pemeriksaan.

Pada tahun 2025 dalam setahun, pada asumsi 1 didapatkan angka kebutuhan sekitar 44–256 miliar dan pada asumsi 2 sekitar 26–238 miliar.

Setelah perhitungan tersebut, dilakukan perbandingan dengan beban anggaran dalam satu tahun dari beberapa penyakit yang telah teridentifikasi sebelumnya. Hasilnya ternyata jauh lebih rendah dibandingkan beban anggaran sebelumnya.

“Hal ini bisa dilaksanakan sesuai asumsi atau skenario yang dipilih oleh Kemenkes. Dalam jangka panjang, kami berharap ini dapat menghasilkan penghematan pada dana jaminan sosial dan pemerintah tetap memantau pemanfaatannya dari pelaksanaan skrining, serta melihat dampaknya terhadap penurunan di semua penyakit hingga bagaimana penghematan biayanya,” ungkap Dini.

Atas rekomendasi kebijakan tersebut, Dini yang merupakan mahasiswa S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, menjuarai kompetisi “Rekomendasi Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Award 2024”.

SiBijaKs Awards 2024 merupakan kompetensi penulisan rekomendasi kebijakan kesehatan yang diadakan oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI, dengan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 sebagai sumber data utama.

Bentuk rekomendasi yang diberikan berupa risalah kebijakan (policy brief) yang fokus pada isu kebijakan tertentu serta menawarkan alternatif solusi.

Ia dan tim juga melakukan presentasi di depan para eselon 1 di Kemenkes untuk melakukan tindak lanjut terkait rekomendasi kebijakan bersama Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Usia Produktif dan Lanjut Usia yang merupakan penanggung jawab pelaksanaan skrining.

Dini berharap, hal yang telah diusulkan bermanfaat bagi Kemenkes dalam pengambilan kebijakan berdasarkan evidence based yang ada.

Dengan adanya kebijakan ini, Dini berharap adanya penurunan prevalensi penyakit menular dan tidak menular, serta prevalensi penyakit akibat keturunan.

Selain itu, kebijakan ini juga diharapkan dapat mendukung keberhasilan kehamilan dan berkontribusi pada generasi yang sehat, serta penurunan pada angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Atas prestasi yang diraih Dini bersama tim, Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, MS. DSc. memberikan apresiasi, sebagai akademisi kesehatan masyarakat, salah satu tugas kita adalah menyumbangkan buah pikir dan gagasan yang bernas untuk memperbaiki dan menyelesaikan permasalahan kesehatan di negeri kita tercinta.

"Sejak berdirinya di tahun 1965, FKM UI, telah menyediakan "kepala dan punggungnya" untuk turut memikul dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan di Indonesia," terangnya.

Sebagai mahasiswa S2 IKM, bagian dari keluarga besar FKM UI, Dini Kurniawati, bersama tim dari Thinkwell, LLC/USAID telah berperan nyata melalui kajian, formulasi dan rekomendasi kebijakan kesehatan yang relevan, konkrit dan berdampak yang menuai penghargaan yang sangat membanggakan.

"Harapan kami, rekomendasi-rekomendasi kebijakan kesehatan yang relevan, konkrit dan berdampak akan terus dilahirkan secara berkesinambungan oleh sivitas akademika dan alumni FKM UI secara khusus dan tentunya UI secara keseluruhan, untuk Indonesia yang sehat sejahtera,” terang Prof. Mondastri. (***)

× Image