Home > Bisnis

5 Tips Atur Keuangan Bisnis Bagi Sandwich Generation

Zaman sekarang semakin banyak anak muda, yang juga bagian dari generasi sandwich, memiliki mimpi untuk membangun usahanya sendiri, baik dalam skala kecil hingga besar.
Program ’Kedai Belajar powered by DBS di Pekanbaru, Selasa (30/10/2024). Program ini ditujukan untuk mendukung UMKM mengidentifikasi kesehatan keuangan usaha, cara mengelola keuangan, merencanakan anggaran, belajar fundamental perpajakan, serta merencanakan program untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan. (Foto: DBS)

RUZKA- REPUBLIKA NETWORK - Saat ini marak istilah sandwich generation atau generasi sandwich, kondisi ketika sebuah generasi harus menanggung hidup tiga generasi sekaligus, yakni orang tua, diri sendiri, dan anak (atau adik).

Zaman sekarang semakin banyak anak muda, yang juga bagian dari generasi sandwich, memiliki mimpi untuk membangun usahanya sendiri, baik dalam skala kecil hingga besar. Ini mereka lakukan untuk mengembangkan kondisi finansialnya, karena ingin berkarya secara independen, atau mempunyai passion yang ingin mereka kejar.

Data Kadin Indonesia menunjukkan jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai 66 juta dan berkontribusi sebesar 61 persen pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Nah, bagaimana generasi sandwich dapat menyeimbangkan kebutuhan pribadi, keluarga, dan membangun bisnis secara bersamaan? Bertepatan dengan Bulan Inklusi Keuangan serta mendukung Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) oleh OJK, Bank DBS Indonesia menghadirkan lima tips yang bisa dicoba:

Analisis kondisi keuangan diri sendiri dan keluarga saat ini

Sebelum membuat rencana keuangan dan rencana bisnis, penting untuk memahami kondisi keuangan diri sendiri dan keluarga secara detail. Mulai dari mencatat semua pemasukan dan pengeluaran, mengidentifikasi sumber utang, hingga menghitung persentase utang terhadap pendapatan. Pemahaman komprehensif ini untuk mendukung keputusan finansial yang lebih baik dan merencanakan bisnis dengan lebih realistis.

Dalam menilai kesehatan nilai utang atau utang keluarga, gunakan metode debt to income ratio, yaitu cicilan bulanan dibagi pendapatan kotor dikali 100 persen. Idealnya, debt to income ratio adalah di bawah 35 persen, menandakan kondisi keuangan yang sehat dan memudahkan untuk mengajukan pinjaman/kredit/cicilan kepada bank.

Sedangkan rasio 36-49 persen masih termasuk nilai yang bisa ditoleransi, namun perlu lebih ketat mengatur pengeluaran. Apabila rasio utang terhadap pendapatan sudah mencapai 50 persen bahkan lebih, sebaiknya pertimbangkan cara-cara untuk meningkatkan pendapatan atau mengurangi utang sebelum membangun bisnis.

Buat dan monitor rencana keuangan

Metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound) merupakan salah satu cara sederhana untuk menetapkan tujuan keuangan secara matang dan terukur.

Selain itu, perlu mengatur skala prioritas dalam menabung. Setidaknya, ada empat jenis kategori tabungan yang perlu disiapkan berdasarkan prioritas, tabungan untuk kebutuhan dasar, dana darurat, asuransi, dan yang terakhir investasi. Pelajari seluruh kategori tersebut karena masing-masing memiliki likuiditas serta manfaat yang berbeda.

Selanjutnya, perlu rutin memantau kondisi keuangan serta pelaksanaan rencana keuangan untuk membantu kamu mengetahui potensi masalah lebih dini dan mengambil tindakan perbaikan secara cepat dan efektif.

Pisahkan keuangan bisnis dan pribadi

Salah satu langkah krusial untuk diterapkan saat memulai bisnis adalah memisahkan keuangan untuk bisnis dan pribadi, termasuk menggunakan dua rekening yang berbeda. Dengan cara ini, kita bisa menyusun laporan keuangan kamu dengan lebih rapi dari dua sisi, memudahkan evaluasi keuangan yang akan membantu kamu dalam mengambil keputusan, serta memudahkan perhitungan pajak.

Selain itu, memisahkan keuangan bisnis dan pribadi bisa membantu kamu terhindar dari risiko menggunakan dana pribadi untuk kebutuhan bisnis, atau sebaliknya. Dengan memiliki rekening terpisah, kamu juga bisa memantau arus kas dengan lebih mudah untuk mengetahui berapa pendapatan dan pengeluaran dari usaha kamu. Langkah ini penting buat bisnis yang sedang berkembang supaya setiap transaksi dapat dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kebingungan atau kesalahan pencatatan yang akan mengganggu kestabilan usaha.

Bila dirasa perlu, mempekerjakan financial advisor atau penasihat keuangan terpisah untuk urusan bisnis. Penasihat keuangan atau akuntan dapat membantu kamu menyiapkan sistem yang tepat, terutama kalau kamu baru mengenal manajemen bisnis. Mereka juga dapat memastikan kamu mematuhi peraturan yang berlaku untuk melindungi keuangan pribadi dan bisnis.

Sulit namun perlu dilakukan: tetapkan batasan dengan keluarga

Ketika dihadapkan dengan keluarga dan orang-orang tersayang, mungkin insting pertamamu adalah untuk membantu mereka semaksimal mungkin. Gotong royong dan tolong menolong memang penting, namun menetapkan batasan juga tidak kalah penting.

Penting untuk membicarakan kondisi dan batasan keuangan kamu dengan keluarga dan prioritas kita saat ini agar bisa saling memahami, terutama ketika kamu memiliki prioritas lain seperti bisnismu.

Dalam buku “Perencanaan Keuangan Keluarga” dari OJK, disarankan untuk mengalokasikan maksimal 40 persen dari gaji untuk kebutuhan rumah tangga dan 10 persen untuk anak dan pendidikan, atau sama dengan 50 persen dari gaji untuk kebutuhan keluarga. Ini bertujuan agar kamu tetap memiliki dana yang cukup untuk mempersiapkan masa depan, baik untuk kebutuhan pribadi atau bisnis kamu.

Terus kembangkan skill manajemen keuangan

Seiring bertumbuhnya bisnis, tentu perlu semakin bijak dalam mengatur keuangan bisnis. Untuk terus melipatgandakan keuntungan, tentu harus terus memperkaya diri dengan banyak ilmu seperti budgeting, manajemen utang dan aset, strategi berinvestasi, hingga menentukan prioritas kamu.

Mengikuti kelas atau seminar merupakan salah satu cara terus mengasah growth mindset-mu dan menyajikan cara-cara menarik untuk menyelaraskan tujuan keuangan pribadi, keluarga, dan bisnis. Belajar menyiapkan dana darurat untuk keluarga, pendidikan anak, hingga alokasi dana untuk self-reward untuk mengurangi stres dan konflik keuangan.

Selain ilmu baru, seminar atau kelas finansial juga menjadi ajang networking yang berguna! Di sana, bisa bertemu dengan pelaku UMKM lain, bertukar insights, saling memberikan dukungan, dan bahkan bekerja sama di kemudian hari.

Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan positif (purpose-driven), Bank DBS Indonesia secara konsisten memberikan pemaparan literasi finansial, sejalan dengan fokusnya untuk memajukan inklusivitas di Indonesia. Salah satunya adalah melalui program ’Kedai Belajar powered by DBS’. Kegiatan ini rutin dilakukan dan akan kembali dilaksanakan pada 30 Oktober 2024 di Pekanbaru. Kehadiran program ini ditujukan untuk mendukung UMKM mengidentifikasi kesehatan keuangan usaha mereka, cara mengelola keuangan, merencanakan anggaran, belajar fundamental perpajakan, serta merencanakan program untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan. ***

× Image