Home > Info Kampus

Kalyanamaya, Program Hibah Kepmas UI Ubah Limbah Tenun Troso Menjadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Sebenarnya Tim Kepmas UI tidak mengajarkan menjahit. Para warga Desa Wanusobo sudah mahir dalam keterampilan menjahit.
Limbah tenun Troso menjadi produk kerajinan, tali jam tangan. (Foto: Dok Kepmas UI)
Limbah tenun Troso menjadi produk kerajinan, tali jam tangan. (Foto: Dok Kepmas UI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Kalyanamaya, salah satu kelompok Kepedulian Masyarakat (Kepmas) Universitas Indonesia (UI) melakukan kegiatan bersama masyarakat Desa Wonosobo untuk mengubah limbah tenun Troso menjadi produk kerajinan bernilai jual tinggi. Program ini berlangsung dari 24 hingga 30 Juli 2024.

Desa Wanusobo dikenal sebagai pusat kerajinan tenun Troso. Di balik keindahan dan popularitas kain Troso ini, terdapat persoalan lingkungan akibat limbah kain yang terus menumpuk.

Tim Kalyanamaya tergerak untuk memberikan solusi mengatasi persoalan limbah ini. Program ini berfokus pada pemanfaatan sisa kain tenun yang biasanya dibuang untuk dijadikan produk bernilai tinggi. Dalam hal ini dijadikan aksesori jam.

Tim Kepmas UI yang diketuai oleh Sahla Nurul Saniyyah (mahasiswi Program Studi Arab FIB UI angkatan 2022) bersama dengan 10 mahasiswa UI lainnya melakukan pelatihan kepada para warga Desa Wanusobo yang berada di sekitar pengrajin tenun Troso.

Pada saat pelatihan, Ibu Solikhatun, menanyakan kegunaan limbah kain “Mas, Mbak, emangnya limbah kain ini benar-benar bisa dijual?”

Anisah, salah seorang anggota tim menjawab dengan semangat, “Tentu saja bisa, Bu. Kita bisa mengubah kain-kain ini menjadi produk kreatif dan bisa dijual. Kami di sini akan membantu Ibu-Ibu dari awal hingga produk siap dijual.”

Sebenarnya Tim Kepmas UI tidak mengajarkan menjahit. Para warga Desa Wanusobo sudah mahir dalam keterampilan menjahit.

Pendampingan yang diberikan adalah berbagi ide tentang pembuatan produk kreatif dan bernilai jual dengan memanfaatkan limbah kain tenun Troso.

Tim mengarahkan kain-kain sisa tenun itu dijadikan aksesoris jam. Proses yang pertama ini tidak sulit, karena yang dikembangkan adalah potensi masyarakat lokal itu sendiri.

Selain keterampilan alih bentuk dari sisa perca kain menjadi aksesoris jam, Tim Kalyanamaya juga memberikan wawasan tentang pengemasan (packaging) dan pemasaran digital. Nah, ini yang merupakan ide inovasi yang sangat disambut oleh masyarakat.

Sahla menjelaskan bahwa pemasaran digital adalah kunci untuk membuat produk warga desa dikenal lebih luas dan karyanya lebih dihargai.

“Melalui media sosial, produk Ibu-Ibu bisa dikenal luas dan berpotensi menjadi produk unggulan desa Wanusobo!” jelas Sahla kepada para warga. “Selain itu, Ibu-Ibu mendapat penghasilan sampingan,” tambah Sahla.

Suranta, MHum., selaku pembimbing Tim Kepmas Kalyanamaya UI, menyatakan bahwa program ini sangat positif dan mengembangkan potensi mahasiswa dalam berkontribusi nyata di masyarakat.

Program Kepmas ini merupakan Program Hibah UI yang diberikan kepada mahasiswa. Suranta menyambut baik program ini, karena memberi ruang kepada mahasiswa untuk berpikir kreatif dan inovatif.

Ide kreativitas mahasiswa ini juga melalui upaya mengusung misi pemberdayaan masyarakat sesuai potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Dalam hal ini, sisa kain tenun Troso diubah menjadi produk bernilai jual.

Program Kepmas ini selain berdampak positif pada persoalan lingkungan, juga sekaligus menciptakan dampak ekonomi yang berkelanjutan bagi warga.

“Inisiatif Kalyanamaya ini semoga dapat ditiru oleh mahasiswa lainnya,” lanjut Suranta dengan bangga. (***)

Penulis: Anisha Ayu Ramandya Akhyar dan Shallma Nur Fitria Ahmad

× Image