Dari Muara Karang ke Monas, Hidrogen Listrik Itu Mengalir
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK - Wujudnya tak jauh beda dengan generator set atau genset lainnya, berlogo PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan berada di areal terbuka dengan fungsi sebagai cadangan atau backup kelistrikan saat ada kegiatan. Membedakannya, genset berwarna putih itu kali pertama berada di kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta untuk mendukung upacara Hari Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi, Oktober lalu.
Perbedaan lain, genset dengan label Hydrogen Fuel Cell Generator (HFCG) berkapasitas 100 kilo volt (kV) itu merupakan generator yang dapat menghasilkan listrik bersih dan bebas emisi. Ini terjadi, karena generator ini menggunakan sel bahan bakar hidrogen alias tidak pakai bahan bakar minyak (BBM) seperti genset pada umumnya.
HFCG tersebut didatangkan Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang yang dikelola oleh PLN Nusantara Power. Ada juga 4 cradle hidrogen hijau dan mobil inovasi H-E Nusantara. Bahkan, saat itu ditampilkan pula showcase electric vehicle (EV) charging atau pengisi daya mobil listrik dengan menggunakan green hydrogen.
Selain Monas, pada ajang PLN Electric Run 2024 di Scientia Square Park, Gading Serpong, Tangerang, kebutuhan listrik selama kegiatan dipasok sepenuhnya dari mesin pembangkit listrik bertenaga hidrogen (Hydrogen Fuel Cell Generator/FCG). Ini merupakan penggunaan genset hidrogen pertama di Indonesia.
Sebelumnya, PLN melalui subholding PLN Indonesia Power juga telah mengoperasikan Stasiun Pengisian Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) pertama di Indonesia yang berlokasi di Senayan, Jakarta. HRS ini siap melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen, seperti kendaraan pribadi, kendaraan umum hingga kendaraan berat. Asal tahu saja, bahwa HRS Senayan telah dilengkapi dengan HRS 150 bar, 300 bar dan secara bertahap akan dinaikkan hingga 700 bar.
Berdasarkan perhitungan PLN, bahan bakar green hydrogren yang dihasilkan dari sisa operasional pembangkit sangat kompetitif jika dibandingkan dengan BBM. Perbandingannya, per 1 kilometer (km) mobil BBM membutuhkan biaya Rp1.400, sedangkan mobil listrik Rp370 per km, sementara mobil hidrogen hanya Rp350 per km.
“Sehingga, transisi energi ini tidak hanya untuk mengurangi penggunaan energi beremisi tinggi di sektor transportasi, tetapi sekaligus beralih ke energi yang ramah lingkungan, bahkan nol emisi, dan tentu dengan harga yang jauh lebih murah,” kata Direktur Utama PT PLN (Persero),
Darmawan Prasodjo, memaparkan HRS Senayan akan semakin strategis karena di sana juga dibangun charger electric vehicle berbasis hidrogen yang memiliki fungsi sama dengan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Di sana juga dibangun Hydrogen Center dan Hydrogen Gallery Room sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia. PLN saat ini bisa memproduksi 199 ton green hydrogen.
Dari total produksi tersebut, PLN hanya menggunakan 75 ton untuk kebutuhan operasional pembangkit, sementara 124 ton sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Jumlah tersebut dapat digunakan untuk melayani 424 unit cell electric vehicle, sehingga dapat menghemat impor BBM sebesar 1,55 juta liter per tahun dan menurunkan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2 per tahun.
Untuk diketahui, saat ini PLN memanfaatkan hasil produksi hidrogen hijau dari 21 Green Hydrogen Plant (GHP) yang telah beroperasi sejak November 2023. Ke-21 GHP itu terdapat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Suralaya 8, PLTGU Cilegon, PLTU Labuhan, PLTU Lontar, PLTGU Tanjung Priok, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Muara Tawar, PLTU Indramayu, PLTGU Tambak Lorok, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Rembang, PLTU Tanjung Awar-awar, PLTGU Gresik, PLTG Pemaron, PLTU Paiton, KhPLTU Grati, PLTU Pacitan, dan PLTU Adipala.
Sebagai gambaran, PLTU Muara Karang yang dikelola PLN Nusantara Power (PLN NP), kini telah mampu memproduksi 51 ton hidrogen hijau (green hydrogen). Hidrogen tersebut diproduksi melalui Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah mengatakan hydrogen plant sudah ada di PLTGU Muara Karang untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan mesin pembangkit listrik. Dari empat electrolyzer yang terpasang pada hydrogen plant, unit pembangkit (UP) Muara Karang bisa menghasilkan 51 ton per tahun.
Dari total produksi hidrogen tersebut, pihaknya hanya memanfaatkan 8 ton per tahun untuk pendingin generator pembangkit. “Kami melihat peluang di dalam operasional peralatan hydrogen plant dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan green hydrogen sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis kami,” ujar Ruly.
Melihat potensi yang ada, pihaknya melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang sudah terpasang di Kawasan PLTGU Muara Karang ditambah dengan Renewable Energy Certificate (REC) dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang, Hasilnya, PLN NP dapat memproduksi 100 persen hidrogen hijau.
“Kini selain untuk pendingin mesin pembangkit, hidrogen hijau juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk industri pupuk, industri bahan kimia, co-firing pembangkit, hingga untuk Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV),” ucap Ruly.
Terbesar di Asia Tenggara
Sementara persiapan membangun ekosistem hidrogen listrik terus dipacu, PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) telah melakukan pengembangan fasilitas produksi hidrogen hijau di Sumatera, Indonesia. Proyek ini nantinya menjadi penghasil green hydrogen terbesar di Asia Tenggara.
Untuk itu, PLN EPI menandatangani Perjanjian Pengembangan Bersama (Joint Development Agreement/JDA) dengan Sembcorp Industries (Sembcorp) untuk. Kerjasama ini merupakan komitmen PLN EPI dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Penandatanganan JDA ini berlangsung dalam rangkaian acara Singapore International Energy Week (SIEW) 2024 dan merupakan lanjutan dari fase pertama studi bersama yang melibatkan pemilihan lokasi, penilaian risiko, serta pengembangan skema teknis. Dengan adanya JDA ini, proyek akan berlanjut ke fase berikutnya yang mencakup rekayasa detail dan perencanaan komersial.
"Kerjasama ini mencerminkan komitmen PLN EPI dalam mendukung transisi energi berkelanjutan. Proyek hidrogen hijau ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam transisi energi di ASEAN, tetapi juga membuka peluang besar untuk mengembangkan infrastruktur energi bersih yang dapat memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor." kata Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, Kamis (24/10/2024).
Iwan menjelaskan bahwa proyek pengembangan hidrogen itu =memiliki kapasitas produksi mencapai 100 ribu metrik ton per tahun dan akan menjadi proyek hidrogen hijau terbesar di Asia Tenggara, serta berperan penting dalam membentuk pusat hidrogen hijau regional yang menghubungkan Sumatera, Kepulauan Riau, dan Singapura.
Menurut Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero), Hartanto Wibowo, pengembangan hidrogen hijau menjadi salah satu strategi PLN dalam mengakselerasi proyek ramah lingkungan.
"Hidrogen hijau merupakan kunci energi masa depan. Proyek yang ditandatangani hari ini akan menjadi yang pertama dan terbesar untuk hub hidrogen Asia Tenggara. Ini merupakan bentuk komitmen nyata dalam membentuk kembali lanskap energi di kawasan ini," kata Hartanto.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam mendukung transisi energi dan mencapai Net Zero Emissions, proyek hidrogen hijau ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan. Hidrogen hijau akan menjadi salah satu solusi utama dalam upaya dekarbonisasi sektor energi, serta mendorong inovasi dan kolaborasi antarnegara di kawasan Asia Tenggara.
Proyek itu juga selaras dengan strategi hidrogen nasional Singapura yang fokus pada solusi energi berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon, serta sejalan dengan inisiatif Indonesia untuk membangun infrastruktur hidrogen yang kokoh. Hidrogen hijau yang dihasilkan dari proyek ini akan berperan penting dalam upaya dekarbonisasi industri, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh kawasan Asia Tenggara.
"Kami sangat antusias bekerja sama dengan Sembcorp dalam pengembangan proyek ini. Ini merupakan langkah nyata untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya berperan sebagai penyedia energi konvensional, tetapi juga menjadi pemain kunci dalam energi bersih di tingkat regional." kata Iwan.
Penggunaan hidrogen sebagai bahan baku listrik ternyata memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Selain efisien, hidrogen listrik juga ramah lingkungan.
Itulah sebab, PLN memastikan bahwa teknologi hidrogen akan digunakan untuk mendukung transisi energi bersih. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyatakan pihaknya akan terus melakukan inovasi untuk meningkatkan skala produksi hidrogen hijau.
“Hidrogen hijau ini adalah salah satu jawaban untuk menghadapi transisi energi. Kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan teknologi ini, agar dapat mendorong hidrogen hijau ini berkembang di Indonesia,” ujar Darmawan seperti dikutip dalam keterangan tertulis PLN, akhir pekan lalu.
Darmawan menjelaskan, ke depan, PLN terus mengembangkan GHP di 15 pembangkit lain milik PLN. Dari total tersebut diperkirakan memiliki potensi kapasitas hidrogen mencapai 222 ton per tahun.
“Sama seperti kendaraan listrik, di mana kami menjadi pionir dalam pembentukan ekosistem. Dengan ini kami yakin, PLN akan menjadi key player dalam penyediaan hidrogen hijau untuk berbagai kebutuhan, khususnya untuk kendaraan berbahan bakar hidrogen,” jelas Darmawan.
Tak dapat dipungkiri bahwa pengembangan hidrogen tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2), tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam kancah transisi energi global dan mendukung pencapaian target energi terbarukan. Seperti kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, potensi ekonomi hidrogen itu menjanjikan, karena pasar hidrogen hijau dunia diperkirakan mencapai nilai 11 triliun dolar AS pada tahun 2050. ”Kalau kita menggunakan hidrogen 10 persen saja, maka Indonesia berpotensi mampu menurunkan 11,6 juta ton CO2 per tahun," ujar Eniya.
Mumpung masih ada waktu, kini saatnya membangun ekosistem hidrogen sebagai sumber listrik. Apa yang telah dilakukan PLN mesti juga menjadi acuan bagi semua pihak, terutama para pemangku kepentingan. Percayalah, selama kita mampu mengembangkan teknologi dengan bijak, tak ada salahnya hidrogen menjadi sumber energi untuk kita semua. (yoyok b pracahyo)