Home > Info Kampus

FKUI Kaji Evolusi Urologi Pediatrik di Indonesia

Kemajuan ini memungkinkan prosedur bedah yang sebelumnya tidak dapat dilakukan pada bayi dan anak kecil.
Prof Dr dr Irfan Wahyudi, SpU(K), saat menyampaikan pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul “Evolusi Urologi Pediatrik di Indonesia: Belajar dari Sejarah, Menghadapi Masa Kini, dan Menyongsong Tantangan Masa Depan” Sabtu (28/09/2024) di aula IMERI FKUI Salemba, Jakarta. (Foto: Dok Biro Humas & KIP UI)
Prof Dr dr Irfan Wahyudi, SpU(K), saat menyampaikan pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul “Evolusi Urologi Pediatrik di Indonesia: Belajar dari Sejarah, Menghadapi Masa Kini, dan Menyongsong Tantangan Masa Depan” Sabtu (28/09/2024) di aula IMERI FKUI Salemba, Jakarta. (Foto: Dok Biro Humas & KIP UI)

RUZKA INDONESIA -- Perkembangan urologi pediatrik — subspesialisasi yang menangani masalah saluran kemih dan sistem reproduksi anak — tidak lepas dari kemajuan di bidang medis sepanjang abad ke 20, khususnya dalam bidang anestesi.

Kemajuan ini memungkinkan prosedur bedah yang sebelumnya tidak dapat dilakukan pada bayi dan anak kecil.

Prof Dr dr Irfan Wahyudi, SpU(K), menyampaikan hal ini dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul “Evolusi Urologi Pediatrik di Indonesia: Belajar dari Sejarah, Menghadapi Masa Kini, dan Menyongsong Tantangan Masa Depan”.

Ia dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Urologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada upacara yang berlangsung di Aula IMERI, Kampus UI Salemba, Jakarta, Sabtu (28/09/2024).

Dalam pidatonya, Prof Irfan memaparkan bahwa prosedur urologi pediatrik di FKUI-Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah berlangsung sejak 1990-an.

Meskipun begitu, peminatan khusus dalam bidang ini baru dimulai pada tahun 2000, ketika dr Arry Rodjani, SpU(K) dikirim untuk mengikuti pendidikan di Royal Children's Hospital, Australia.

“Sejak itu, tim urologi pediatrik di FKUI—RSCM terus berkembang. Saat ini, penanganan kelainan seperti undescended testis (UDT), hipospadia, dan disorders of sex development (DSD) menjadi fokus utama. Selain itu, kelainan kongenital ginjal dan saluran kemih (congenital anomaly of kidney and urinary tract atau CAKUT) juga memerlukan penanganan intensif, terutama dalam deteksi dini dan tata laksana yang tepat,” ungkap Prof Irfan.

Spektrum penyakit urologi pediatrik yang ditangani FKUI-RSCM sangat luas, meliputi gangguan berkemih, inkontinensia, batu saluran kemih, trauma urogenital, hingga tumor Wilms.

"Ini menunjukkan bahwa urologi pediatrik menjadi salah satu bidang operasi terbanyak di FKUI—RSCM,” kata Prof Irfan.

“Namun, jumlah spesialis urologi pediatrik di Indonesia masih kurang dan belum tersebar merata. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi melalui pelatihan, penyediaan fasilitas diagnostik, serta dukungan pembiayaan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sangat penting untuk memastikan akses layanan yang lebih luas,” papar Prof Irfan.

Selain itu, pemanfaatan teknologi juga menjadi perhatian utamanya. Ia menjelaskan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan operasi robotik akan semakin berperan penting dalam meningkatkan akurasi dan efisiensi penanganan urologi pediatrik.

Salah satu inovasi penting adalah Aplikasi Skrining Kesehatan Organ Kelamin Anak (ASHOKA), yang telah dikembangkan untuk mendeteksi kelainan genitalia pada anak laki-laki. “Pada 2024, Indonesia juga berhasil melakukan operasi telerobotik pertama di Asia Tenggara,” ungkapnya.

Prof Irfan menekankan pentingnya kolaborasi nasional dan internasional untuk mendukung perkembangan teknologi ini.

Selain itu, pengembangan pendidikan subspesialisasi dan pelatihan yang lebih luas sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

Fokus dan Tantangan Khusus di Indonesia

Menurut Prof Irfan, tantangan yang dihadapi oleh spesialis urologi pediatrik di Indonesia berbeda dari negara lain karena kompleksitas dan heterogenitas sistem kesehatan.

“Saat ini, tidak ada dokter spesialis urologi yang hanya menangani pasien urologi anak. Karena jumlah spesialis yang masih terbatas, kita juga dibutuhkan untuk menangani pasien urologi dewasa,” terangnya.

Ia menekankan pentingnya menjaga fokus dalam menangani urologi pediatrik. “Kita perlu terus memperdalam, memperluas, dan melihat lebih jauh dalam penanganan pasien urologi pediatrik,” kata Prof Irfan.

Sebelum mengakhiri pidatonya, Prof Irfan mengingatkan tentang pentingnya etika dan empati bagi para calon dokter dan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I.

“Bangsa ini sangat memerlukan dokter-dokter yang tidak hanya memiliki kemampuan dan kompetensi terbaik, tetapi juga beretika dan memiliki rasa empati. Junjung dan terapkan selalu 9 Nilai Dasar Universitas Indonesia dalam pendidikan, penelitian, dan pelayanan,” tuturnya.

Guru besar ini aktif menerbitkan berbagai karya ilmiah. Beberapa publikasi terbarunya adalah “Hypospadias Risk Associated with Chronic Hypertension During Pregnancy: A Systematic Review and Meta-analysis”, “End-to-End Anastomotic Urethroplasty Outcome in Anterior and Posterior Traumatic Urethral Stricture: A Single-Center Experience” dan “Cystostomy Diversion Reduced Complications Following Hypospadias Repair: A Systematic Review and Meta-Analysis”. (***)

× Image