Home > Nasional

Jamiluddin Ritonga: Ada Dua Penyebab Utama Fenomena Kotak Kosong

Contoh di Surabaya, kader beberapa partai dinilai tak mampu bersaing melawan calon petahana Eri Cahyadi dari PDIP.
Pilkada, cegah kotak kosong. (Foto: Dok REPUBLIKA)
Pilkada, cegah kotak kosong. (Foto: Dok REPUBLIKA)

RUZKA INDONESIA - Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta M Jamiluddin Ritonga menyebutkan setidaknya ada dua penyebab terjadinya kotak kosong di 41 daerah dalam Pilkada 2024.

"Pertama, adanya KIM (Koalisi Indonesia Maju) Plus. Hal ini membuat banyak partai mengikuti keputusan koalisi mengenai calon yang diusung di suatu daerah," ungkap pengamat yang kerap disapa Jamil ini di Jakarta, Selasa (10/09/2024).

Solidaritas koalisi membuat beberapa partai tak mengajukan kadernya yang potensial untuk maju. Akibatnya, satu calon diusung banyak partai.

Celakanya, lanjut Jamil, calon yang diusung tak punya prestasi atau yang tak diinginkan masyarakat. Akibatnya, calon yang diusung biasa saja dan hanya melawan kotak kosong.

"Dua, di beberapa daerah memang ada calon lawan kotak kosong karena kader partai yang lemah. Hal ini terjadi karena kaderisasi partai kurang baik," lanjutnya.

Contoh di Surabaya, kader beberapa partai dinilai tak mampu bersaing melawan calon petahana Eri Cahyadi dari PDIP.

"Akibatnya, partai di luar PDIP semuanya mengusung Eri Cahyadi-Armuji sebagai calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Duet ini akhirnya melawan kotak kosong," jelas Jamil yabg juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Padahal dalan kasus Surabaya, Gerindra, Golkar, dan PSI lebih dari cukup untuk mengusung calon. Namun hal itu tak dilakukan karena kadernya lemah sehingga dinilai tak mampu melawan duet Eri-Armuji.

"Jadi, dua penyebab itu tampaknya yang dominan terjadi kotak kosong di 41 daerah," tandas Jamil. (***)

Editor: S Dwiyantho Putra

× Image